TUJUH BELAS.

21.8K 2.1K 98
                                    

"Lelaki berjas?"

"Iya, yang minggu lalu datang ke kost-anmu malam hari."

Senja terdiam. Gilang tau darimana? "Kamu.."

"Iya, malam itu aku ke kost-an kamu mau ngasih makanan. Eh, kayaknya kamu asik sama dia jadinya aku balik lagi." Jelas Gilang sambil tersenyum tipis kearah Senja.

"Ih Gilang apa sih kok pesimis gitu. Aku juga pastinya lebih milih kamu kali daripada Dyzach." Bohong Senja sambil menatap Gilang penuh arti.

"Oh, namanya Dyzach." Gilang menganggukan kepalanya.

"Dia bukan apa-apa kok, Lang. Serius deh." Senja menaikkan kedua jarinya membentuk angka dua.

"Iya sayang, aku percaya." Gilang tersenyum setengah membelai rambut Senja perlahan.

"Lang."

"Ya?"

"Pulang yuk."

"Kok cepet banget pulangnya?" Gilang mengerutkan alisnya cepat. Tak biasa juga Senja meminta pulang lebih cepat seperti ini, biasanya ia ingin diajak berkeliling dahulu baru mau pulang.

"Aku gak enak badan kayaknya." Gilang diam sebentar menatap Senja yang sudah terlihat tidak mood lagi didepannya.

Gilang berdiri sambil menggenggam tangan Senja didepannya dan menggiringinya sampai ke motornya. "Senja."

"Kenapa, Lang?"

Gilang tersenyum. "Maaf, ya.."

"Kok minta maaf?" Tanya Senja heran dengan kata maaf Gilang barusan.

"Maaf belum jadi yang terbaik buat kamu."

"Apaan sih Gilang lebay banget." Senja sedikit cengengesan berusaha mencairkan suasana karena malah wajah Gilang yang sekarang melesu.

Gilang hanya tersenyum masih menggenggam tangan Senja lembut. "Senja." Panggilnya lagi.

"Iya?"

"Aku tau kamu nutupin sesuatu dari aku. Kalau kamu udah siap buat ungkapinnya, jangan sungkan-sungkan untuk cerita, ya?"

                                      ***

Dyzach memeriksa semua anggota staff barunya. Namun, ada nama yang mencolok disana.

Shiney Senja.

Yang benar saja ia mencalonkan diri menjadi OB? Ah, iya Senja mana tau kalau perusahaan ini juga miliknya. Yang Senja tau hanya apartmentnya saja. Dyzach sedikit lega, akhirnya juga ia tak usah susah-susah lagi mencari Senja di kost-annya. Cukup bertemu dikantor saja sudah cukup.

Sang sekretaris menatap Dyzach lama. Menunggu bos-nya ini berbicara. "Bagaimana, Tuan?" Tanya Shabina sopan sambil tersenyum manis kearah Dyzach.

"Untuk yang Shiney Senja, langsung terima saja."

Dengan cepat Shabina langsung mencontreng nama itu. "Untuk hari apa, Tuan?" Tanya Shabina lagi sambil tersenyum kearah Dyzach didepannya.

"Dia bisanya hari apa?"

"Itu semua terhantung pada anda, Tuan."

"Kan dia kuliah, Saya hanya tak mau mengganggunya apalagi kalau dia banyak tug-"

"Maksud Tuan?" Shabina mengerutkan alisnya cepat, tak mengerti maksud bos-nya barusan.

"Ah, maksud saya seumuran dia biasanya kuliah, kan?" Elak Dyz cepat tak ingin sekretarisnya curiga.

"Maka dari itu saya sedikit ragu untuk menerima nama ini."

"Tak usah ragu. Siapa tau dia ingin kuliah sambil kerja, mungkin dibalik alasan kenapa ia ingin bekerja faktor uang untuk kuliahnya." Timpal Dyz agar sekretarisnya sedikit percaya pada Senja.

KALT. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang