LIMA.

24.7K 2.1K 12
                                    

SENJA POV.

Dari seminggu yang lalu aku mencari-cari alamat email Zach yang benar, walau sampai sekarang aku belum menemukannya juga. Hft, lelah sekali rasanya.

Diriku semakin bingung dengan sifat Gilang yang terlalu baik dan perhatian bagiku, sifat yang jarang ditampilkan sekali saat aku bersamanya dahulu. Apa memang Gilang benar-benar mencintaiku sekarang?

Ah, aku tak boleh terlalu percaya dengan sifatnya yang mungkin saja dia sedang menipuku, kan. "Anya!" Aku menoleh kearah Nia yang sedang menyodorkanku sebuah kartu nama dengan wajah girangnya. "Gue nemu kartu nama Dyzach!"

"Ketemu dimana?!" Aku sangat terkejut. Bagaimana bisa Nia mendapatkannya?

"Gue minta sama Apartmentnya! Itu aja gue di interogasi dulu, butuh perjuangan tuh!" Nia mengibaskan kartu nama Dyzach ditangannya kearah wajahnya.

"Kamu ngomongnya gimana?"

"Gue bilang kalau temen gue suka sama Mr.Dyzach." Nia terbahak membayangkan interogasi yang padahal sangat berjalan mulus tadi. Aku menoyol kepalanya pelan. Ya gila saja, bagaimana jika Mr.Zach tau bahwa aku mencarinya selama dirinya di German?

"Gila! Trus langsung dikasih gitu?"

Nia mengangguk. "Malah katanya mau dibantuin sama sekretarisnya."

"Sekretaris?"

"Iya, kenapa?"

"Cewek atau cowok?"

"Cewek ilah udah ibu-ibu." Aku menghembuskan nafas lega. Sepertinya aku memang lebih cocok menjadi sang lelaki dan Dyzach sebagai wanitanya. Dunia sudah terbalik memang,malah aku yang mengejar Mr.Zach bukan Mr.Zach yang mengejarku.

Sebentar, apa tadi kataku?

Mr.Zach mengejarku?

Im-po-ssi-ble.

Senja...Senja...kau memang ahlinya berimajinasi.

"Nya?"

"Anya!"

Aku sedikit terkejut saat Nia mencubit lenganku pelan. "Ha..i..iya."

"Yaudah nunggu apalagi? Chat cepet!"

Aku?

Ngechat?

"Nya, apaan sih bengong mulu dari tadi?"

"Sa..sabar kali!"

Perlahan, aku membuka laptopku dan mengetik alamat email Zach disana. Semoga saja dibalas olehnya.

***

DYZACH POV.

Lelah sekali hari ini, banyak tugas yang harus aku kerjakan. Apalagi presentasi akhir bulan ini, rencanannya aku akan melanjutkan S3 di Jakarta saja, sambil menemani Mom ku disana. Sebulan lagi adalah waktu terakhirku di German.

Ah, berat sekali rasanya meninggalkan negara yang sudah ku tempati kurang lebih lima tahun ini.

Terkadang, jika aku meningat tempat tinggalku aku selalu teringat wanita yang ku tabrak beberapa bulan lalu. Wanita yang tiba-tiba memelukku dibandara tiga bulan lalu, aku saja masih memikirkan alasan mengapa dirinya memelukku saat itu.

Dan yang lebih membingungkan adalah ketika dirinya menangis saatku ingin pergi. Apa yang harus ditangisi dari diriku?

Hanya dia dan Tuhan yang tau alasannya mungkin.

KALT. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang