TUJUH.

24.9K 2.2K 60
                                    

"Terus dia pergi gitu aja?" Tanya Nia setengah tak percaya. Senja hanya mengangguk pasrah dengan apa yang sudah terjadi tadi sore.

Sakit hati sekali hatinya. Bayangkan saja sudah menunggu dari sebulan yang lalu, sewaktu sudah ketemu malah ditinggalkan. Memang sih, dirinya bukan siapa-siapanya Dyzach. Tapi kan setidaknya, Dyzach menghargai usahanya.

"Bodo amat, ah!"

"Udah, sama Gilang aja. Lo udah paling bener emang sama Gilang doang."

"Bener gimana maksudnya?"

"Paling bener-bener pasti sama lo maksud gue."

"Sok tau!"

"Kok sok tau sih?"

"Emang sok tau!"

"Eh, Nya."

"Ha?"

"Kalau Gilang.. responnya gimana?"

"Dia percaya pas aku bilang itu saudara aku." Nia hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Pinter juga alesan lo." Ujarnya sambil menepuk-nepuk bahu Senja pelan. "Cuman ya, Nya. Gue saranin aja nih."

"Apa?"

"Kalau lo udah tau bahwa Dyzach gak pasti buat lo,langsung terima aja si Gilang. Oke?."

***

Dyzach duduk dikantornya masih memikirkan kejadian tadi sore. Bagaimana bisa dirinya langsung lupa dengan Senja? Perempuan yang ia tabrak beberapa bulan lalu.

Ah! Bodohnya dirinya,ia lupa menanyakan kabar kakinya gara-gara telpon dari George tentang meeting mendadaknya itu. Sepertinya dekat-dekat ini ia harus mengunjungi kost-an Senja hanya untuk sekedar menanyakan kabarnya saja.

Seketika pikirannya langsung pudar saat ada yang mengetuk pintu ruangannya. "Ya?"

"Ini saya. April, Tuan."

"Masuk."

April cepat-cepat membuka knop pintu lalu berjalan dengan tegas kearah Dyzach yang sedang memperhatikannya. "Maaf Tuan, saya lancang." April menunduk tak berani menatap Dyzach didepannya.

"Kenapa?"

"Beberapa minggu yang lalu ada seorang wanita yang meminta kartu nama Tuan."

"Lalu?"

"Saya langsung memberikannya."

Dyzach mengerutkan alisnya cepat. Bukannya dirinya sombong atau bagaimana, namun bisa dikatakan beberapa nomor ponsel dan hal penting ada di kartu nama yang tak sembarang orang bisa dengan gampangnya memilikinya. "Atas dasar apa?"

"Perempuan itu bilang bahwa ada temannya yang menyukai Tuan."

Dyzach kembali mencerna kata sekretarisnya barusan, lalu kembali menatap sang sekretaris dengan tatapan tajam nan dinginnya. "Kau tau namanya?"

April hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya saat Dyz berdiri dan langsung mendekatinya perlahan. "Tak apa, lain kali jangan diulangi lagi." Ujar Dyz sambil melewatinya yang membuat April langsung menghembuskan nafas lega.

***

Senja berjalan kearah pintu untuk keluar,lelah sekali dirinya hanya berdiam diri seharian di kost-annya. "Mau kemana?" Teriak Nia sambil menoleh kearah Senja yang seperti terburu.

KALT. [END]Where stories live. Discover now