"KAK SHANEEEE AWASSS." Teriakku sangat keras, hampir saja mobil kak Shane menabrak motor di depan. Jalanan memang sepi karena sudah malam, tapi masih ada juga yang berlalu lalang.

"Hiksss hiksss kak Shane aku takutt." Satu suarapun tak keluar dari mulut kak Shane, aku semakin takut, tanganku mulai gemetar.

"Hikss hikss aku takut." Lirihku dalam tangisanku. Aku sungguh takut.

Hatiku rasanya sakit sekali, bukan mataku saja yang menangis tapi hatiku juga ikut menangis. Kenangan buruk yang lama kupendam muncul dalam pikiranku lagi. Aku benci ini semua. Aku teringat kedua orang tuaku yang sudah tiada.

Aku teringat senyuman mereka di atas motor di tengah jalan. Mereka sedang menatapku yang berdiri di depan gerbang sekolah. Mereka akan menjemputku, mereka ingin menyebrang jalan dan menemuiku. Aku sambut mereka dengan senyuman ku lambaikan tanganku ke udara.

Tapi senyuman itu pudar begitu saja saat dengan cepatnya sebuah mobil menyambar motor kedua orang tuaku. Tangisku langsung pecah, teriakanku begitu kerasnya memanggil mereka.

"AYAHHHH........ IBUUUUUUU." Begitulah teriakanku yang terus ku ulangi beberapa kali. Teriakan seorang anak kecil.

Nyawaku seakan ikut hilang saat melihat darah berlumuran di tubuh mereka. Aku sudah tidak berdaya, sampai beberapa orang mengerumuni mereka bahkan beberapa polisi dan juga sirine ambulance yang datang bersamaan di depan mataku. Aku melihat semuanya dengan kedua bola mataku sendiri. Saat itu aku ingin bilang pada mereka.

"Ayah aku bisa pulang sekolah sendiri..."

"Ibu aku bisa pulang sekolah sendiri..."

"Kalian tidak perlu menjemputku..."

"Aku bisa pulang sekolah sendiri Ayah Ibu."

Ayah...Ibu.. seandainya kalian tidak menjemputku waktu itu, pasti sampai saat ini aku masih bisa melihat senyum kalian.

"STOOPP KAK, AKU TAKUTT HIKSS HIKSS." Kak Shane bahkan tidak mendengarku, nafasku sesak sekali, bayangan ayah dan ibu semakin tergambar jelas di pikiranku. Kak Shane tanpa henti menginjak gas.

"Kak...Aku takut hikss hiksss."

"Hiksss hiksss."

Mobil sudah berhenti kak Shane mengeremnya dengan mendadak, dengan cepat kak Shane keluar dari mobil dan membawaku keluar. Dia menarikku dengan paksa masuk ke dalam rumahnya.

"Kak Shanee, kakiku sakitt kak hikss hikss." Dia kembali mengabaikanku.

Dia menarikku menaikki tangga dan membawaku masuk ke dalam kamar Viona. Kak Shane membuka kamar Viona dengan kasar.

"VIONA, CEPET BILANG KALO BUKAN AKU." Kak Shane membentak Viona yang sedang duduk di pinggir ranjang. Kak Shane mengenggam tanganku erat sekali.

"A..pa ma..maksud kakak?" Viona nampak ketakutan.

"KATAKAN JIKA BUKAN AKU YANG MENGHAMILIMU." Hatiku juga sakit mendengar bentakan kak Shane yang tepat berada di sampingku. Tanganku gemetar, keringat mulai bermunculan.

"Enggak kak." Viona menggelengkan kepalanya dia masih belum mengakui.

"VIONAAA." Kak Shane mengangkat tangannya tinggi dan ingin menampar Viona dengan cepat aku menahannya.

Aku sangat geram dengan kak Shane, aku sudah tidak membutuhkan jawaban dari Viona lagi, tubuhku gemetar, pikiranku terus tertuju pada kedua orang tuaku.

"KAK SHANE DIA ITU ADIK KAMU KAK." Dengan sekuat tenaga aku menahan tangan kak Shane.

"DIA BUKAN ADIK AKU." Aku terkaget dengan perkataan kak Shane begitu juga dengan Viona.

"Kak Shane, sadar kak." Aku menggerakkan badan kak Shane.

"BAIK, AKAN AKU AKUI, MEMANG INI BUKAN ANAK KAMU KAK, PUAS KALIAN, PUAS? HAH? KAK OCHA? PUAS KAK?" Viona berteriak dengan begitu kerasnya dia terlihat begitu tertekan.

Jawaban dari Viona memang yang aku harapkan, tapi hati ini terlanjur sakit. Di tambah lagi ingatan kedua orang tuaku yang kembali terlintas menambah sakit hatiku.

"Ada apa ini? Viona? Kamu gakpapa." Tiba- tiba papa kak Shane masuk ke dalam kamar Viona dan memeluk Viona.

"Shane, kamu kenapa bentak Viona?" tante Gina sepertinya khawatir dengan keadaan Viona. Kak Shane masih berdiri dan diam saja.

"Hikss hikss." Viona menangis di pelukan papa kak Shane.

Aku beranjak pergi dari kamar Viona dan menuruni tangga dengan cepat, aku ingin keluar dari rumah kak Shane. Tapi itu gagal karena tangan kak Shane menahan pergerakanku. Dia membalikkan badanku dan memelukku dengan erat.

"Sayang..kamu sudah dengar sendiri kan? Bukan aku yang melakukannya."

"Hikss hikss." Aku hanya bisa menangis sesenggukan.

"Jangan tinggalin aku.."

"Ayahhh hikss hiksss." Panggilku dengan kata yang sudah lama tidak terucap.

Entah kenapa kata ayah keluar dari mulutku. Aku begitu sedih, badanku tiba- tiba lemas dan seketika semuanya menjadi gelap.

***

Ku kerjapkan mataku beberapa kali, kepalaku terasa pusing. Ku lihat sekitar ku gerakkan kepalaku, ternyata aku berada di dalam kamar kak Shane. Kak Shane juga berada di sampingku. Dia duduk di lantai dan menggenggam tanganku. Dia menyenderkan kepalanya pada tepi ranjang dengan mata masih tertutup.

Aku mencoba untuk bangun , tapi itu membuat kak Shane terbangun.

"Sayang kamu udah bangun."

"Hmm." Dia membantuku untuk duduk dan bersandar, kak Shane meletakkan bantal di belakang punggungku.

"Maaf." Lirihnya sambil mengusap tanganku. Kini dia sudah duduk di tepi ranjang.

"Jangan lakukan itu lagi, aku takut."

"Iya, maafin aku. Untuk ciuman itu, Viona yang melakukannya terlebih dulu, aku sudah menghindar tapi dia terus saja memojokkanku. Maaf, aku benar benar minta maaf sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu." Terasa air mata kak Shane jatuh dan mengenai tanganku.

"Iya aku mengerti, sudah jangan menangis." Ku usap air mata kak Shane.

"Jangan pergi.." kak Shane tiba-tiba memelukku.

"Hikss hikss iya kak." Entah mengapa aku menangis begitu saja.

"Aku janji tidak akan menyakitimu lagi." Kak Shane semakin erat memelukku.

"Iyaa."

Kak Shane melepaskan pelukannya dan mengusap pipiku perlahan. Dia menatapku lekat lekat, dan menyentuh kalung berbandul cincin yang ada di leherku.

"Sayang, cincin ini akan berpindah ke jarimu."

"Maksud kamu?"

"Aku akan melamarmu besok, aku tidak ingin berlama- lama lagi."

"Kamu yakin?"

"Iya aku sangat yakin."


Aku belum kalah Viona



Hai, semuanyaa.

Gimana ? Masih penasaran gak nih sama kelanjutannya? Semoga masih ada yang mau baca cerita lanjutannya lagi ya.

Makasih yang udah baca plus vote juga kutunggu comment nya yaa.

Wait for the next yaaa

Thanks for reading. Don't forget to vote and comment yaa.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum