Geofan 5

7.8K 340 3
                                    

Dengan lampu kamar yang samar-samar, Geo memandang langit-langit kamarnya, fikirannya terus terpaku pada Kinan, kakak perempuannya, wanita tangguh yang berjuang demi keluarganya, demi dirinya, hingga ia bisa bersekolah setinggi-tingginya, ia bisa memiliki usaha kecil-kecilan, sampai kapanpun kenaikan mba nya itu tidak akan pernah terbalaskan.

Geo tau, ia adalah salah satu saksi keterpurukan Kinan, bagaimana Kinan harus terseok-seok saat ditinggal Pio, bagaimana Kinan harus kembali berdiri saat Pio meninggalkannya, kini disaat ia mampu berdiri kokoh, lelaki itu kembali, menggoyahkan kekokohan Kinan sekaligus memberikan darah bagi hidup Kinan.

Sesungguhnya Geo ingin sekali menghalangi hitungan Kinan dan Pio, tapi Geo tak tega mematikan kembali hati Kinan, namun disisi lain ia juga merasa kasihan pada Mario, lelaki yang rela menunggu Kinan dengan ketidakpastian, lelaki yang selalu ada untuk Kinan.

Diambilnya ponsel yang sedari tadi menyala, ia tersenyum melihat chat seseorang, seorang Salsa, wanita teman satu kampus yang telah mencuri perhatiannya dan kini menjadi miliknya.

Setidaknya dengan kehadiran Salsa disampingnya bisa meredakan kegalauan yang muncul karena Kinan.

---

"Hai.." sapa Pio pada lelaki dihadapannya, lelaki yang tidak bisa dikatakan ingusan karena ia pernah merasakan tonjokan hebat dari lelaki itu.

Geo hanya melirik sebentar, Pio yang merasa diabaikan tersenyum miris lalu duduk dihadapan Geo yang sedang memegang segelas es teh.

"Mau pesen makan?" Tanya Pio berbasa basi, lagi Geo hanya melirik laku diam.

Pio menggelengkan kepala, ia memanggil waiters dan mulai memesan, cukup kentang goreng dan kopi hitam.

"Apa kabar dengan mbakmu?" Tanya Pio membuka sesi percakapan.

Geo mendengus sebal, membuat Pio menghela nafas, kalau saja ia tak membutuhkan restu Geo, pasti sudah ditendangnya anak ini, hanya saja bila tanpa Geo, ia tidak akan bisa memiliki Kinan.

"Tolong tinggalkan mba Kinan bang." Ucap Geo pasti, matanya memandang tajam kearah Geo, yang dibalas dengan tatapan tajam dari Pio.

"Maksud kamu?"

"Mario."

Hanya kata itu yang Geo ucapkan tapi mampu menciutkan nyali Pio, membuat jantungnya seketika berdebar kencang.

"Kenapa?" Tanya Pio tak sabar.

"Geo fikir kak Mario yang lebih pantas untuk mba Kinan, bukan bang Pio." Geo menggeser tubuhnya, mencari tempat senyaman mungkin.

"Ge.." sela Pio.

"Selama ini kak Mario yang selalu ada disamping mba Kinan bang, selama ini kak Mario yang melindungi mba Kinan." Pio menghela nafas, menunggu kelanjutan perkataan Geo.

"Itu yang membuat Geo heran, kenapa mba Kinan lebih memilih mengacuhkan kak Mario, padahal bagi kak Mario mba Kinan lebih dari segalanya."

Beruntunglah waiters datang membawakan pesanan Pio, "terima kasih mba." Ucap Pio lalu matanya kembali terfokus pada Geo.

"Kak Mario sering melamar mba Kinan yang hanya dibalas dengan kata belum siap dari mba Kinan. Geo tau, mba Kinan bukan belum siap tapi tidak akan pernah siap."

Pio meremas gelas kopi yang masih mengepul, rasa panasnya tak sebanding dengan rasa sakit hatinya saat ini.

"Geo ingat bagaimana mba Kinan begitu terpuruk sehabis pulang dari bandara."

"Bandara?"

"Iya.. mba Kinan sebetulnya datang untuk mengantar Abang, bukan untuk merelakan Abang, tapi setidaknya untuk merekam memori tentang Abang diingatannya."

Demi sebilah pisau yang menusuk hatinya, kenyataan ini terasa lebih menyesakan.

"Geo tau karena Geo yang anter mba Kinan dan Geo yang meluk mba waktu mba nangis, Abang tau apa yang ada dipikiran Geo waktu itu?"

Geo menatap Pio kembali, Pio menggelengkan kepalanya, "pertama kalau kita bertemu lagi Geo pengen banget nonjok Abang, kedua Geo gak akan pernah kasih restu Abang sama mba Kinan."

Nafas Pio memburu, demi tuhan ia ingin sekali menghajar Geo, ia tak akan menyerah tidak akan, ia sudah berjanji akan mengejar kinannya.

"Geo, saya tau saya salah, kesalahan saya fatal bahkan mungkin tidak termaafkan tapi asal kamu tahu saya selalu serius dengan mbakmu."

"Serius tapi meninggalkan?"

"Mama saya sakit Ge, saya anak satu-satunya, saya tidak bisa dan tidak mungkin membiarkan orang tua saya sendirian."

"Dengan merelakan mba Kinan, kenapa bang? Kenapa Abang ninggalin mba Kinan, kenapa Abang lepaskan mba Kinan dan menyuruh mba Kinan untuk mencari lelaki lain?"

"Karena saya ingin ada yan menjaga Kinan."

"Kak Mario, kak Mario yang selalu jaga mba Kinan, asal Abang tahu."


"Saya ingin memperbaiki semuanya Ge."

"Kenapa bang? Kenapa setelah Abang melepas mba Kinan Abang datang lagi, bukankah Abang ingin mba Kinan cari lelaki lain, tapi kenapa Abang selalu menghalangi?"

Pio mengerutkan kening, selalu menghalangi? Padahal dirinya baru genap sebulan kembali ke Indonesia.

"Bukan diri Abang, tapi nama Abang, mungkin keinginan Geo yang pertama untuk nonjok Abang, bisa Geo wujudkan, tapi untuk keinginan Geo yang kedua, Geo rasa keputusannya ada di mba Kinan."

Senyum Pio muncul, ia mendesah lega, ah setidaknya Geo sudah mulai memberikannya jalan.

"Dengan satu syarat." Membuat senyum yang sebelum muncul kini kendur kembali.

"Apa?"

"Kalau Abang serius, seriusi mba Kinan, kalau Abang tidak serius 2 Minggu lagi kak Mario akan melamar mba Kinan, Geo ga bisa jamin mba Kinan akan menolak."

"Kamu?"

"Geo hanya ingin yang terbaik untuk mba Kinan, Geo tau hati mba Kinan buat siapa, karena itu Geo bicara dengan Abang."

Geo bangkit dan pergi begitu saja, membiarkan Pio duduk lemas dan memijit alisnya, ia harus secepatnya meminta Kinan menjadi miliknya kembali.

---

KINANTIOnde histórias criam vida. Descubra agora