19;

835 107 12
                                    

seharian ini yuqi melakukan aktivitas sendirian di sekolah. tidak ada si pelawak soyeon yang menemaninya

soyeon hari ini tidak masuk sekolah. entah apa alasan sebenarnya, tadi pagi surat di izinnya disebutkan bahwa soyeon sakit

sejak kemarin sudah ratusan kali yuqi menelponnya, tetapi tak ada satupun telepon yang dijawab. yqi juga sudah melakukan spam di seluruh akun media sosial milik soyeon, tetapi tetap saja tak ada respon dari cewe itu

"gimana rasanya makan di kantin sendirian?"

yuqi tersentak ketika seseorang tiba tiba duduk di sebelahnya. matanya menyipit setelah mengetahui siapa orang yang duduk di sampingnya sekarang

"lo ngapain ke sini?" tanya yuqi ketus

"mau nemenin lo makan."

yuqi mendengus, lalu membasahi bibirnya. ia merasa kesal kesal sekali melihat wajah guanlin

"tesa bisa marah kalo dia ngeliat ini."

"hmmm. tapi gue udah putus,"

cowo itu tersenyum tanpa rasa menyesal sedikit pun. wajah yuqi seketika menegang. ia tau sekali soyeon sangat menyayangi guanlin.

"gak bisa."

"kenapa gabisa? bisa ajalah. gue yang mutusin kok. lagian gue gapernah sayang sama dia," tutur guanlin santai

yuqi menggeleng tak percaya. ia bisa merasakan bagaimana sedihnya soyeon saat ini.

"kalo lo gak sayang sama soyeon, kenapa lo macarin dia, bangsat?"

kini nada suara yuqi meninggi disusul gebrakan meja. yuqi mengepalkan tangan.

"ya biar gue bisa deket sama lo. tapi ternyata dia gabisa diandelin. temen lo itu gak berguna."

yuqi sudah tak tahan. ia kemudian berdiri dan hendak beranjak pergi. guanlin meraih pergelangan tangan yuqi dan ikut berdiri

"mau kemana? temenin gue makan dulu."

mata yuqi memejam sesaat, kemudian melepaskan genggaman tangan guanlin. ia sudah emosi. yuqi merasa darah di dalam tubuhnya mendidih

seketika tangannya terangkat, mengayun cepat menuju pipi guanlin. sedikit lagi ia akan berhasil menampar guanlin, tetapi seseorang menghentikan yuqi

"jangan ngotorin tangan lo dengan nampar cowo ini."

yuqi dan guanlin serentak menoleh

"lucas?" kening yuqi mengerut.

saat ini lucas berdiri di samping yuqi sambil menahan tangan yuqi yang tadinya akan menampar guanlin.

"maaf, aku telat dateng. tadi dipanggil guru sebentar. kita jadi makan bareng?"

aku?

lucas menarik tangan yuqi. perlahan cowo itu menautkan jarinya di sela jari milik yuqi. oksigen rasanya seperti terisap ke luar angkasa sehingga yuqi tak bisa bernapas dengan normal

cewe itu menelan ludah dengan mata melebar. jantungnya berdebar di saat yang tidak tepat

beberapa siswa teralih pehatiannya kepada yuqi, lucas, dan guanlin. lagi lagi yuqi menjadi pusat perhatian, meski tidak seheboh insiden penyiraman kuah mie ayam

"hei, kita jadi makan?"

lucas tak tau orang yang ia ajak bicara sedang tidak ada di tempat. tubuh yuqi memang di kantin, tapi nyawanya yang mematung saat ini

lucas berdeham, dia berusaha menahan senyum. yuqi selalu melamun seperti ini, ia sudah mulai terbiasa dengannya. namun, tetap saja ini semua sangat lucu di mata lucas

serendipity, lucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang