Mencintai.
Cinta.

Kata-kata itu selalu menghantui Sean. Sekalipun tidak ada kata cinta yang ia ucapkan pada Megan. Dia hanya mengatakan tertarik kepada perempuan itu. Cinta? Tidak, Sean belum mempercayakan itu. Apa buktinya? Megan bahkan tidak bisa membuatnya percaya apa itu cinta.
Lelaki ini hanya tertarik pada Megan. Tertarik karena hanya perempuan itulah yang menolaknya sedangkan perempuan lainnya dengan senang hati melemparkan diri pada pelukan Sean.

"Aku tidak tau..Aku hanya menjaga milikku. Megan milikku, mom. Aku harus mengambil semua yang menjadi milikku." Jelas Sean. Ia benar-benar dirundung rasa bingung. Kenapa perasaan ini tidak ada jawabannya? Apakah ia mencintai Megan selama ini? Atau hanya rasa tertarik saja?
Tidak ada yang tahu sebelum mereka sendiri yang menemukan jawaban itu.

"Dengar, Sean. Ini terakhir kalinya aku menasihatimu. Kau sudah berumur 30 tahun 'kan? Kau seharusnya tahu perasaanmu sendiri, kalahkan egomu. Jika kau mencintainya, kejarlah. Jangan mengejar hanya karena ambisimu untuk menjadikannya milikmu. Perempuan bukan barang, Sean."

Hanna menghela nafas melihat wajah lelah anak tertuanya itu,
"Kau bisa mengeluh tentang arah hidupmu sepuasnya. Tapi kalau kau tidak pernah duduk di kursi supir dan mengendalikannya sendiri, kau tak akan pernah sampai ke tempat tujuanmu. Begitu pun Megan. Kau tak akan bisa meraih perempuan itu jika rasa egois yang mengendalikanmu . Ingat itu, Sean. Kau sudah tidak remaja lagi."

Setelah mengatakan itu, Hanna meninggalkan Sean yang termenung memikirkan ucapan ibunya itu.
Ibunya benar, ia akan meraih Megan kembali dan memulainya dari awal.
Ia tidak akan meninggalkan kesempatan ini.

*******
Fulton Textile Industry.

"Megan, ada masalah di ruang IT. Database produk kita bocor. Leah sedang mencoba mengunci beberapa file yang belum dijangkau hacker."

Megan menghela nafasnya lelah. Seminggu sebelum rapat investor, ia di datangi beberapa masalah.

Contohnya sekarang. Produk yang akan launching ke investor tiba-tiba bocor karena ulah hacker. Tidak ada yang tahu siapa dalang dibalik ini semua. Yang pasti, orang ini adalah lawan dari perusahaannya.

"Baiklah, aku akan mencoba menangani masalah ini," Kemudian Megan dengan cepat melesat ke ruang IT.

"Apakah Megan bisa memperbaiki sistem kita?" Tanya seorang karyawan pada rekannya,

"Mungkin saja. Kau tahu jika Megan adalah si otak cemerlang Fulton?"

Kemudian kedua karyawan itu tertawa pelan.

Setelah bergelut hampir 30 menit, Megan menghela nafasnya lega.
"Sudah selesai. Seminggu dari sekarang, hacker itu akan ditemukan. Mudah-mudahan."

Jack yang kala itu berkomat-kamit memohon pada Semesta agar Megan dapat memperbaiki sistem keamanan perusahaan ini 'pun ikut menghela nafas lega.

"Tidak sia-sia perusahaan mempunyai seorang superwoman." Puji Jack dengan senyum terbaiknya.

Megan berdecak, selalu seperti ini.
"Ck. Bekerja lah, Jack. Pekerjaanmu tidak hanya melihatku memperbaiki ini 'kan?" Megan heran karena sedari Jack mengikutinya dan melihat gerak-gerik Megan dengan pandangan kagum.

"Aku—"

"Ms. Sanders. Ada kiriman untukmu. Aku menaruhnya di meja kerjamu,"

Ucapan Jack terputus karena dari pintu, ada seorang karyawati terlihat terengah-engah.

"Baiklah, Sydney. Terima kasih telah memberitahuku." Ucap Megan pada karyawati bernama Sydney itu.

"Untukmu, Jack. Tolong print beberapa file di dalam flashdisk ini dan kirimkan ke kantor polisi." Ucap Megan sambil menyodorkannya sebuah flashdisk pada Jack.

--
Akhirnya, Megan dapat mendudukan dirinya di kursi kerja. Matanya menatap sebuah kotak berwarna biru tua dengan pita cantik yang melilitnya.
Tangannya sangat gatal untuk membuka isi kotak itu. Apakah bom?

Matanya membelalak hebat tatkala melihat isi kotak tersebut. Sebuah kalung dengan permata berwarna merah darah. Tunggu! Ini Ruby Burma! Sialan! Bahkan gajinya 3 tahun tidak dapat membeli kalung indah ini.
Matanya kembali menemukan sebuah surat berwarna putih dengan tulisan yang benar-benar membuat Megan naik pitam.

Have a good day, Meggy. I buy this necklace for you while i go to France. Hope you like it!
Sincerely, S.

Tidak ada yang bisa membelikannya sebuah barang mewah selain Sean. Ya! Pasti ini semua ulah Sean.

Belum kemarahannya mereda, sebuah bunga lily mendarat di meja kerjanya.

"Maaf, Miss. Ada paket bunga untukmu. Aku tidak tahu siapa pengirimnya, dia hanya menitipkan ini ke resepsionis."

"Terima kasih," Balas Megan kemudian.

Ia menatap lily ini dan menemukan sebuah surat di dalamnya.
Ia mengambil surat itu dengan tergesa-gesa.

I got this flower for you. Is it beautiful? Yup! Like you. Hope you like it.
Sincerely, S.

Kesabaran Megan sudah habis, ia benar-benar mengutuk Sean Lawrence sekarang.
Pria itu selalu seenaknya.

Dengan cepat ia meraih ponselnya dan men- dial seseorang.

"Hallo?! Kau! Aku tidak suka barang yang kau bawa! Silahkan ambil kembali." Semburan keluar sesaat setelah sambungan terhubung.

"Slow, babe. Jika kau tidak suka, buang saja."

Mata Megan melotot, tidak sadar tangannya menggebrak meja yang membuat beberapa karyawan menatapnya penasaran.

"Termasuk kalung ini? Kau bercanda." Ucap Megan tercekat. Membuang kalung seharga 14 juta dollar ini? Sungguh ide gila. Lebih baik ia jual saja.

"Ya. Kenapa kau sangat mempermasalahkan ini? Aku tutup, ya? aku sibuk."

Tuut...

Megan menatap tidak percaya ke arah ponselnya.
Lelaki itu masih tidak berubah. Selalu berulah tanpa pikir panjang.
Megan sangat bersyukur jika Sean jatuh miskin karena pria itu sangat suka menghamburkan uangnya untuk hal yang tidak penting.

****
Lawrence Enterprise.

Sean tertawa terbahak-bahak setelah menutup panggilan Megan.
Ia memikirkan bagaimana wajah pemarah itu sekarang.
Untung saja, tidak ada yang bisa melihat kegilaan Sean sekarang.
Kecuali Barnett.
Lelaki yang berprofesi sebagai pilot itu berdecak sebal.

"Sean, aku tidak tahu jika kau bisa gila karena seorang gadis." Ucapnya sambil menyeruput soda.

"Aku memang gila, kau tau? Ah aku menikmati kejadian ini."

Barnett memutar bola matanya malas.
"Sean. Aku turut  berduka cita atas kepergian otak pintarmu itu. Kau seperti idiot yang tengah jatuh cinta." Ucap Barnett sinis. Sifat jahil Sean muncul lagi setelah empat tahun dan itu karena seorang perempuan bernama Megan.
Iya, hanya Megan yang dapat membuat Sean tertawa lepas seperti sekarang.

TBC

HELLOW GAIS...balik lagi sama cerita Megan-Sean.. huehehe
Aku update sekali dalam 4 hari ya, semoga aja 🙏😌

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now