Vierzehn

102K 11.6K 2K
                                    

"Assalamualaikum! Permisi! Spada! Yuhu, Eca plojen, main yuk!!"

Suara keras yang berasal dari depan pintu membuat Elsa yang sedang asyik nonton serial kartun di televisi itu pun langsung memutar bola matanya jengah. Ia hapal dengan jelas siapa pemilik suara bass yang menyebalkan itu.

Pemilik suara bass itu adalah tetangga sekaligus orang yang patut dihindari.

"Waalaikumsalam! Gue lagi nggak di rumah!!" Elsa menyahut dengan suara yang tak kalah keras. Tak berselang lama, terdengar si pemilik suara bass itu tergelak, dan itu berhasil membuat Elsa semakin merasa kesal.

"Plojen, ih. Nggak boleh jahat sama tamu. Tamu adalah raja, tau?" timpal si pemilik suara itu lagi.

Elsa kemudian bangun. Dengan gontai, ia mendekati pintu, dan membukanya. Tepat pintu terbuka dari dalam, si pemilik suara bass itu langsung mendorong pundak Elsa agar tak menghalangi jalannya untuk masuk.

"Orang kayak lo, nggak pantas disebut tamu. Tamu kok nggak tau malu? Dasar serangga."

Pemuda itu menoleh, memasang seringai yang menyeramkan. "Nama gue Rangga Dewantara, bukan serangga."

"Nama gue Elsa Azarine, bukan Eca plojen." Elsa membalikkan omongan tetangga sekaligus kakak kelasnya itu dengan enteng seraya bertolak pinggang. Tidak ketinggalan wajah judes yang menjadi ciri khasnya.

Alih-alih menyahuti omongan Elsa, Rangga malah melengos begitu saja menuju ke ruang keluarga yang televisinya masih menayangkan serial kartun tontonan Elsa.

"Wah, plojen nonton kartun juga? Muka sangar, tontonannya Spongebob." Rangga lagi-lagi terkekeh geli setelah ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

Elsa merotas kedua bola matanya seraya mendengus kasar.

Ketenangannya benar-benar direnggut paksa oleh manusia yang penurutnya paling menyebalkan sejagad raya. Tidak di sekolah, tidak di rumah. Elsa tak mengerti mengapa ia harus dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan seperti Rangga, dan Orion.

"Ga, gue jambak sampai botak, mau?"

Hanya sekilas, Rangga melirik Elsa, masih dengan bibir yang menyunggingkan seringai menyebalkan. "Anak kecil songong amat, sih. Gue kutuk lo naksir sama gue, tau rasa lo."

Elsa berdecak sebal. Lagi-lagi, Rangga menyebutnya anak kecil.

"Amit-amit. Gue aduin mbak Rindu, sama Iris, tau rasa lo."

Rangga mengerucutkan bibir, dengan pipi yang ia kembungkan. Berusaha agar bisa terlihat menggemaskan di mata Elsa, supaya gadis itu mengizinkannya untuk tetap tinggal.

Bukannya memerdulikan tatapan memelas Rangga, Elsa malah melempar bantal kecil yang ada di sofa ke arah Rangga sehingga pemuda itu tergelak.

"Pergi nggak?"

Rangga menggeleng, lalu menjawab dengan nada tengil, "Gue kan mau mengungsi."

Elsa tertawa mendengus mendengar kata-kata mengungsi yang dituturkan Rangga. Pemuda itu berlagak seakan terjadi bencana di rumahnya sehingga ia harus berlindung di dalam rumah Elsa.

"Per--"

"Kak Gaga!!"

Kata-kata Elsa terinterupsi oleh suara nyaring balita lelaki yang baru saja sampai di ruang keluarga.

"Epan!!" Rangga balik berseru dengan mimik yang sudah berubah girang. Kedua tangan direntangkan lebar-lebar, seolah memberi pertanda agar buntalan imut nan menggemaskan itu menghambur ke arahnya.

Orion [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang