- p r o l o g u e -

1.3K 72 1
                                    

"Dygta," panggil Diska.

Siang itu di hari minggu yang lumayan terik, mereka sedang jajan es krim di salah satu sudut Kota Tua. Duduk berdekatan layaknya pasangan kekasih lainnya.

Dygta menengok cewek berpipi tembam di sampingnya. Ada bekas es krim di sudut bibir Diska. Cowok itu membersihkannya dengan ibu jari.

"Apa?" tanyanya.

Diska menatap lalu-lalang manusia di depan bangunan putih yang sudah berdiri sejak zaman kolonial itu. Cewek itu membuang napas berat. Sepertinya ada hal serius yang akan dia katakan. Maka, Dygta pun ikut memasang mode seriusnya. Bersiap menjadi pendengar.

"Awal gak selamanya berjumpa akhir. Tapi bukan berarti gak mungkin. Namun, akan ada masanya perpisahan itu datang. Dan ketika saatnya tiba, berpisah tidak selalu berarti buruk, kan?"

"Ya enggaklah. Kadang berpisah justru bisa jadi pilihan terbaik daripada mempertahankan sesuatu yang gak layak untuk dipertahankan," jawab cowok itu santai. "Memang kenapa kamu tiba-tiba ngomongin soal perpisahan?"

Perasaan tidak nyaman menyelimutinya ketika satu pemikiran tiba-tiba muncul. "Kamu gak mau bilang...."

Genggaman lembut ditangannya memotong ucapan Dygta. Jantungnya berdetak cepat. Cowok itu menatap Diska was-was.

"Diska."

"Sori. Aku pikir, sudah masanya hubungan kita menjumpai akhir."

▫◽❤◽▫

Hari demi hari berlalu. Pertemuan mereka hari itu adalah terakhir kali Dygta mengobrol dengan Diska. Cewek itu benar-benar membuat jarak dengannya.

Malamnya, Dygta berusaha menghubungi Diska. Menyepam di whatsapp, direct message instagram, line, dan puluhan kali menelepon. Tak ada satupun pesannya yang dibalas dan teleponnya selalu masuk ke layanan voice mail. Dygta masih tidak percaya kenyataan bahwa Diska memutuskannya. Sebelum itu hubungan mereka baik-baik saja, setidaknya dari sudut pandang Dygta. Cowok itu tidak tahu apa yang salah dan Diska tidak berusaha memberitahunya.

Dygta tidak putus semangat. Keesokan harinya selepas upacara bendera, Dygta memanfaatkan waktu istirahat lima menit sebelum KBM dimulai untuk berbicara dengan Diska. Dan....

Ditolak.

Satu minggu setelah putus, kabar berakhirnya hubungan Dygta dan Diska menyebar ke seantero sekolah. Diikuti kabar kedekatan Diska dengan Erik, si kapten basket sekolah.

Dan dua minggu setelah putus dari Dygta, Diska resmi menjalin hubungan dengan Erik.

Saat itu Dygta sadar bahwa status hubungannya dengan Diska sudah berubah. Mereka benar-benar telah menjadi mantan.

▫◽❤◽▫

Tuk.

Sesuatu tiba-tiba mengetuk kepala Dygta ketika cowok itu sedang melamun di dalam kelas. Cowok itu mengusap bagian belakang kepalanya meskipun tidak sakit. Dia melongok ke bawah kursi dan menemukan sebuah pesawat kertas. Dygta mengambilnya kemudian mendongak, mencari siapa yang melempar kepalanya dengan benda itu.

Di bangku barisan paling belakang, Oji melayangkan cengiran ke arahnya. Dygta berdecak. Melempar delikan tidak suka pada Oji yang justru dibalas dengan tawa membahana.

"Galau bukan gaya lo Jono!" teriak cowok berponi miring itu.

Dygta tak menggubrisnya. Dia kembali menghadap papan tulis. Cowok itu menimang-nimang pesawat kertas di tangannya. Tidak ada yang spesial dari benda itu. Namun, satu pemikiran tiba-tiba melintas ketika dia membuka lipatan origami buatan Oji.

Dygta punya ide. Dan sejak ide itu muncul, pesawat kertas ditangannya bukan lagi benda tidak berharga.



[„]

99 Letters to My Ex | √Where stories live. Discover now