PART. 14 - BOARDING

Mulai dari awal
                                    

Ekspresi Adrian berubah menjadi datar, tampak tenang, namun tidak membalas ucapan Nadine. Untuk pertama kalinya, Nadine merasa begitu kesal dengan aturan yang tidak diperlukan oleh Adrian.

"Aku terima kamu karena aku sayang sama kamu. Aku yakin kamu tahu jelas soal itu, dan jangan lagi ungkit hal-hal yang nggak penting, juga aku nggak bakalan kabur. Kalau kamu nggak terima penjelasan aku, fine! Aku nggak akan maksa untuk kamu mau percaya sama aku, tapi tolong, hargai privacy aku seperti aku hargai privacy kamu sebelum jadi pacar aku sekarang," tambah Nadine dengan nada tegas.

Jika tadi Adrian tidak memiliki ekspresi yang berarti, kini ekspresinya berubah menjadi tertegun. Mungkin dia tidak mengira jika Nadine bisa memberikan ucapan yang terkesan tidak sopan, tapi Nadine tidak peduli. Baginya, Adrian sama sekali tidak menghargai apa yang sudah diusahakan dan dilakukan selama ini, dan itu mengecewakannya.

"Kamu udah bisa ngelawan?" tanya Adrian dengan nada tidak percaya.

"Kamu maunya aku jadi cewek penurut?" tanya Nadine balik.

"Nadine.."

"Aku memang sayang sama kamu. Aku juga cinta banget sama kamu, Ian. Tapi bukan berarti aku harus jalanin apa yang kamu suruh," sela Nadine tegas.

"Bukan kayak gitu, Nadine," sahut Adrian dingin.

Dalam hidupnya, Nadine selalu dikelilingi oleh orang-orang yang selalu mengatur dan mengurus hidupnya, seolah mereka paling tahu apa yang dibutuhkannya. Katanya, semua dilakukan untuk kebaikan dirinya. Usaha dan perjuangannya sering diabaikan karena tidak ada yang mau mengerti atas nama kasih sayang yang berlebihan, yang sudah berubah menjadi sebuah kekangan.

Nadine menepuk bahu Adrian dengan ringan, lalu maju satu langkah untuk memberi pelukan sambil berjinjit, kemudian mencium pipi Adrian singkat, dan menarik diri untuk memberi senyuman lebarnya.

"I will be good, I promise," ucap Nadine riang. "Kalau soal antar jemput untuk pergi kerja, aku ada supir yang anterin, dan kalau ada halangan, aku akan minta bantuan salah satu dari temen kamu. Soal Juno, aku juga nggak minat buat ketemuan sama dia, atau siapapun yang bakalan kenalan sama aku nanti. Buatku, cowok di dunia ini cuma satu, yaitu Ian, kesayangan Nadine Natasha."

Menghela napas, Adrian menarik Nadine ke dalam sebuah pelukan yang sangat erat. Senyuman Nadine semakin melebar dan memejamkan mata untuk menikmati kehangatan yang menjalar di sekujur tubuhnya. Sudah sekian lama, dia merindukan kedekatan seperti ini.

"I want to make sure that you're safe," ucap Adrian lembut, lalu menjauh tanpa melepas pelukan. "Most of all, I want you to be happy."

"I am happy now, Ian. So much happy that I can't believe this is real or not," balas Nadine hangat.

Adrian membungkuk, Nadine berjinjit, dan mereka berciuman selama beberapa saat, lalu melepas ciuman dengan mengadukan kening. Tidak ada yang salah dengan perhatian Adrian, Nadine tahu itu, namun setidaknya, dia perlu menyampaikan suaranya karena berdiam diri sudah dilakukan hampir seumur hidupnya.

"Be well, okay?" ucap Adrian lembut.

"You too," balas Nadine riang, lalu melepaskan diri dari pelukan Adrian sambil menatapnya penuh arti. "Nanti kalau mau take off, aku kabarin."

Adrian mengangguk sambil tersenyum. "Aku tunggu."

"Cepet balik Jakarta, ya."

"Iya."

Setelah selesai dengan Adrian, Nadine segera menyusul teman-temannya yang sudah terlihat begitu bosan untuk menunggunya di sana. Nadine sampai meminta maaf karena merasa tidak nyaman.

UNSPOKEN SECRET (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang