#33

243 8 0
                                    

Untunglah supir taxi online itu udah hapal betul rute jalan tikus. Jd kita gak sampai lama kena macet. Hanya butuh 2 jam lebih 15 menit kita sampai disalah satu RS (Rumah Sakit) di daerah****

Pak supir segera memberhentikan taxinya tepat disamping dekat pintu masuk RS tersebut. Mbak Lian langsung keluar memanggil-manggil suster dan pengurus pasien lainnya.

"Tolong Sus, Mas. Teman saya pingsan sudah cukup lama. Ini emergency banget. Tolong Sus bantu saya."

"Mari Mbak, dimana pasiennya?" Tanya seorang Suster yang bernametag Sasa

Mbak Lian pun lari menghampiri aku dan Ragi yang masih berada didalam taxi, bersama Suster juga dua orang laki-laki pengurus pasien sembari membawa tempat tidur berjalan yang aku gak paham apa itu namanya.
Kemudian Pak supir taxi dengan sigapnya langsung keluar membukakan pintu dan membatu pengurus pasien mengeluarkan Ragi.

"Mbak aku gak pegang duit. Gimana dong?" Lirihku pada Mbak Lian seraya menatapnya

"Udah kamu tenang aja. Mbak ada kok. Kamu mending temanin Ragi."

"Thanks ya Mbak."

"It's ok, Dek." Seru Mbak Lian seraya memberi senyum. Lalu Mbak Lian mengambil lembaran uang untuk ongkos taxinya tanpa bertanyanya pada supir. Karena Mbak Lian udah dulu melihat argonya.

"Ini ongkos taxinya Pak. Makasih banyak."

"Iya sama-sama Mbak. Ini ID saya, kalo Mbak butuh taxi lagi Mbak bisa hubungi saya." Ucap supir taxi itu yang bernama Rahman

"Baik. Sekali lagi terimakasih. Kalo gitu saya permisi, Pak" Seru Mbak Lian dengan senyum

"Oh. Iya mari Mbak. Semoga lekas sehat kembali temannya."

"Aamiin."

**
"Mbak Lin. Ayok." Teriakku dari depan pintu masuk RS

"Kamu duluan aja Dek bareng Ragi. Mbak mau telepon Papa."

"Oh, ok. Entar aku chat Mbak."

Aku kembali mengikuti Ragi yang terbaring lemah di tempat tidur berjalan yang dibawa oleh petugas pengurus pasien. Ragi dibawa masuk ke UGD dibarengi dengan dokter yang akan menanganinya.

Belum sempat aku mengirim chat ke Mbak Lian, Mbak Lian udah muncul bareng sama Papa dan aku langsung menubruk Papa, memeluk Papa.

"Ragi gimana, Dek?" Tanya Mbak Lian

"Anak Papa kok jadi cengeng gini sih." Seru Papa

"Kayaknya anak bontot Papa ini udah mulai cinta deh sama cowok yang ada didalam UGD sana." Celetuk Mbak Lian

"Apaan sih Mbak Lian nih."

"Ehh gakpapa kok kalo emang gitu. Gak ada yang salah. Malah Papa senang, berarti anak bontot Papa ini udah gede. Kan udah ngerti cinta. Hehehe..." ledek Papa dan aku hanya menenggelamkan wajahku kedalam pelukan Papa.

Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan UGD.

"Dengan keluarga pasien?" Seru Dokter

"Ya, Dok. Kami kerabat dekatnya pasien. Gimana keadaan teman anak saya, Dok." Ucap Papa

"Pasien hanya sedikit kecapekan dan telat makan. Asam lambungnya naik, dan tubuhnya sedang lemah jadi pasien langsung droup. Pemeriksaan sudah selesai, kalian boleh masuk. Setelah mengurus administrasinya, pasien bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa untuk beberapa hari perawatan." Seru Dokter yang bernametag Siska

"Terimakasih, Dok."

"Baiklah saya tinggal dulu. Jika pasien sudah siuman, kalian bisa panggil saya atau suster kembali."

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now