#17

264 15 0
                                    

Setelah aku merengek minta turun dari gendongan Ragi dan gak diijabah. Akupun pasrah dengan segenap rasa maluku. Dia menggendongku hingga masuk ke cafe.

"Hoy, Dek. Bawa anak siape lo?" Cetus seorang lelaki dari tempat kasir, kayaknya dia habis membayar atas pesanannya yang telah lenyap ke perut. Perawakannya gak beda jauh dari Ragi. Kalo dilihat dari tampang sih cakepan dia. Tapi tetap senyumnya lebih melting Ragi. 😅

"Hey, Bang. Bawa anak kucing nih. Hehehe... habis gemas banget jadi gue bawa aja deh."

Aku yang mendengar hanya memanyunkan bibir bak bebek yang mau menyosor karena anaknya diusik-usik dan dengan sorotan mata yang sengaja aku keluarin melotot. Berharap Ragi melihatnya dan ternyata gagal. Ragi tetap fokus pada obrolannya bersama lelaki itu. 😂

"Bukan mukhrim, lo. Main bawa-bawa aje." Serunya yang masih belum aku ketahui nama dia dan dia langsung berjalan menghampiri kita berdua

"Ah, bentar lagi juga mau gue mukhrimin kok. Tenang aja, Bang. Entar gue bilang sama Mama buat cepat-cepat SAHin gue ama nih anak kucing. Hihihi... lo sendirian Bang kemari?" jawabnya tanpa rasa apapun sembari cengengesan

"Serah lo, Dek. Tapi awas aja lo kalo berani ngeduluin gue." Peringatnya

"Yaaa itu sih tergantung entar, Bang. Hehehe." Sahut Ragi sembari cengir kuda

"Durhaka lo, Dek. Gue kutuk tahu rasa lo."

"Udah, ah. Gue mau kencan dulu sama nih anak kucing. Kasihan dia tadi habis kekilir kakinya. Makanya gue gendong." Serunya seraya ngeluyur ketempat yang tadi kita duduki. Aku rasa dia udah membookingnya. Pasalnya dari sekian pengunjung yang ada, tempat kita masih terlihat bersih dan rapih.

Sorot mata para kepoersss mulai merajalela saat lelaki itu mengatakan,
"Hah?? Lo habis apain dia, Dek, sampai kek gitu?" Terkejut lelaki itu dengan suara bassnya

"Gak gue apa-apain, Bang." Ucap Ragi dengan santai

**
"Siapa lo, Gi?" Tanyaku mulai penasaran saat Ragi mulai menuruniku ketempat duduk.

"Abang gue."

"Abang lo?"

"Hmmm. Kenapa?"

"Kok beda?"

"Beda apa? Mirip gini dibilang beda."

"Cakepan dia sama lo mah. Gue minta boleh gak?" Seruku dengan nada merayu

"Terus aku mau kamu kemanain, Yaang?" Sahutnya dengan nada cemburu

"Emang lo siapa gue? Itu sih terserah lo. Mau lo kemana kek kemana bukan urusan gue." Pancingku hanya ingin melihat raut wajahnya yang mulai terbakar cemburu

"Au ah. Pijit dah tuh kaki kamu. Males aku bantuinnya." Sungutnya seraya menggeser kakiku agar menjauh darinya

"Aw. Aw. Sakit, Gi. Cemburu sih cemburu tapi gak gini juga kali." Meringisku

"Hihihi sorry Yaang, aku khilaf. Lagian kamu gitu banget sama aku. Sakit hati aa Ragi, neng." Cengirnya dan dengan sigap dia langsung membantuku kembali untuk memulihkan kakiku yang terkilir

"Hahaha, lebay lo. Aw. Pelan-pelan, Gi." Sahutku yang mulai mencoba berdamai dengannya

"Nah gitu kek, ketawa. Kan enak dengarnya. Dari pada jutek mulu." Serunya dengan terkekeh

Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan Ragi masih terus memijat-mijat kakiku.
Setelah beberapa menit berlalu atas pijatan Ragi, akhirnya kaki aku pun mulai sedikit bisa digerakan dan rasa sakitnya udah gak begitu terasa.

"Gimana, udah baikan belum sekarang?" Tanyanya

"Udah. Udah agak enakan sekarang, Gi. Thanks, yaa. Jago juga lo ya jadi tukang pijat. Hehehe."

"Iiiiiiiiiihhh... gemas aku Yaang sama kamu." Serunya dengan mencubit pipiku

"Wah, kayaknya lagi seru nih. Ikutan bisa kali ya. Hehehe." Ucap seorang lelaki yang Ragi bilang dia adalahnya Abangnya.

"Heh. Lo belum balik juga, Bang? Gue kira udah lenyap." Sahut Ragi yang kelihatannya nampak kesal

"Ban motor gue bocor, Dek."

"Nih. Nih. Nih. Pake aje motor gue. Please deh Bang gak usah caper gitu didepan calon bini gue." Cetus Ragi kepada Abangnya

Aku dengan spontan mencubit pinggang Ragi dan dia hanya melengos kearahku sembari menaikan alisnya. Entah kode apa yang dia tunjukan, aku rasa dia ingin menahanku untuk gak bicara apa pun di depan Abangnya itu.

"Yaelah, Dek. Kenalan bentar gakpapa kali. Lagian udah lo gak usah baik gitu, motor gue juga udah gue bawa ke bengkel depan. Jadi lo gak perlu pinjamin motor lo ke gue." Sahutnya

"Serah lo, Bang. Kenalin Yaang, dia Abang aku yang ngeselinnya minta ampun." Ketus Ragi

Saat aku hendak mengulurkan tanganku Ragi menahanku dan tangannyalah yang terulur untuk menyalami Abangnya. Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua.

"Yaelah, Dek. Nyentuh dikit doang cuma buat kenalan aja pake gak boleh. Dianya aja fine-fine aja kok."

"Bukan mukhrim. Kan dia calon gue ya terserah gue dong." Lagi-lagi Ragi asal mengklaim

"Ok deh ok. Gak usah pake salaman segala. Gue, Rizal. Abang satu-satunya nih bocah. Hehehe."

"Lingga, Bang." Sahutku seraya melontarkan senyuman padanya

'Gak perlu disenyumin' bisik Ragi padaku

"Ya udah, deh. Gue pamit kalo gitu. Semoga harimu bahagia Lingga." Seru Bang Rizal sembari berlalu dari tempat kita berdua

Kini aku tahu bagaimana cueknya Ragi saat tak mempedulikan orang sekitar saat bersamaku, aku tahu bagaimana air muka Ragi saat cemburu, dan aku tahu tampang cakepnya Bang Rizal selaku Abang satu-satunya Ragi. 😄😂
.
.
.
Tengkiyuu readers...
Pantengin terus ceritanya yaa 😊😆

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now