Bab 2 : Wanita di kereta

114 7 0
                                    

Aku melompat keluar dan masih memakai baju tahanan. Suara yang kukeluarkan tidak terlalu besar, jadi aku harap mereka tidak dapat mendengarku. Aku berlari sekencang kencangnya menuju ke sebuah mall. Orang orang melihatku, mereka semua takut denganku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam benak mereka, tapi aku toh santai saja.

Aku menghampiri sebuah tempat makan kecil dan mendatangi orang disana. Aku memaksanya memberikan seluruh uang yang dia miliki kepadaku. "Kasih uangnya! Cepat! atau aku bunuh kamu", kataku sambil menatapnya dengan tatapan sinis. "Eh...", katanya ketakutan. Badannya gemetaran. Dia membuka laci yang ada di sebelah kasir dan memberikan banyak sekali uang kepadaku. Sekitar lebih dari 10 juta. Aku tidak heran dia mau memberikan semuanya, karena aku ini orang yang paling ditakuti.

Aku menerima uang itu dan langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Aku menoleh sebentar untuk melihat keadaannya.Orang itu terlihat sangat sedih, tapi tidak berani melihat mukaku. Masih ada ketakutan yang terpancar dari wajahnya. Tapi aku tidak peduli.

Aku berlari menuju ke sebuah toko baju. Aku menambil baju secara acak dan mencurinya. Di dekat baju itu terjual juga masker yang sepertinya akan kubutuhkan nanti. Aku benci dengan bau parfum ataupun minyak wangi yang dipakai oleh para perempuan. baunya menyengat, dan sangat tidak enak. Sepertinya penjual baju di toko ini tidak ada atau sedang istirahat. Bagus lah, dia tidak akan tahu kalau aku mencuri barang jualannya.

Aku keluar dari mall dengan berjalan santai. Memang di mall ini ada banyak sekali CCTV, tapi aku tidak peduli. Karena aku yakin para polisi akan kewalahan mencariku. Aku ini orang jahat yang pintar.

Orang orang tetap melihat kearahku. Namun jika aku menoleh ke arah mereka, mereka menutupi mukanya atau menunduk. Aku senang melihat wajah mereka yang sepertinya ketakutan.

Setelah keluar dari mall, aku pergi ke toilet umum. Aku berganti baju dan meninggalkan baju tahanan ku begitu saja di lantai. Aku sudah nyaman sekarang dengan pakaianku, sekaligus maskerku.

Aku pergi ke stasiun, aku berniat akan menyelinap. Waktu datang ku pas sekali dengan kereta yang tiba beberapa detik setelah aku sampai. Aku yakin ini adalah awal dari pertualanganku menjelajahi dunia sekaligus melaksanakan tugasku, yaitu menjadi seorang pembunuh bayaran.

Aku menaiki kereta. Orang orang berlalu lalang, dan mereka semua tidak ada yang melihat ke arahku. Mungkin karena aku memakai masker. Aku menaiki kereta dan duduk di ruang makan. Aku yakin, di ruang makan tiket tidak akan dicek. Lalu aku berganti tempat antara ruang makan dan toilet untuk menghindari pengecekan tiket. Jika aku ditanya kenapa aku terus terusan ke toilet, gampang saj, aku akan bilang "Aku lapar sekali dan meminum banyak air putih, itu sebabnya aku terus menerus ke toilet".

Perjalanan sudah dimulai. Aku memesan makanan lewat uang yang aku dapat dari hasil pencurian. Seorang wanita datang, dan duduk tepat di belakangku. Wanita itu mengambil handphone nya dan membuka aplikasi YouTube. Aku heran kenapa orang orang suka bermain Handphone. Aku membuka handphone hanya untuk mengecek website ku, tempat orang orang akan menyewaku menjadi pembunuh bayaran. Tapi sekarang, HP ku hilang entah kemana pada saat sidang pertamaku di penjara.

Aku ingin berusaha membujuk wanita itu agar dia bisa memberikanku banyak uang, dan nantinya dia akan menjadi korban pertama pembunuhanku setelah aku keluar dari penjara.Tapi aku menunggu saat saat terakhir di kereta dan tidak langsung mengajak ngobrol, karena nanti suasananya akan menjadi aneh.

Aku hanya memandangi sekeliling ruangan dan hanya menunggu waktu. Sial, aku bosan sekali. Aku tidak dapat melakukan apa apa selain tidur dan memesan makanan. Aku ingin menyusun rencana tetapi otakku kosong dan aku tidak dapat berkonsentrasi.

Wanita di belakangku mengucapkan "Halo?", yang menandakan dirinya sedang menelepon seseorang. Dan aku sungguh sangat tidak peduli. Aku melipat tangan di meja dan menaruh kepalaku di atasnya. Aku ingin sekali tidur. Ini sangatlah membosankan.

Lalu wanita itu berkata lagi...

"Hey Copper....dimana kita dapat menyewa pembunuh bayaran? Aku sudah tidak sabar!"

Memang wanita itu berbisik, tetapi suaranya terdengar sangat jelas. Orangnya terlihat tak peduli jika aku mendengarnya, sangat acuh, dan sama sepertiku.

Aku adalah seorang pembunuh bayaran yang terkenal. Sudah sekian lama aku tidak melakukan pekerjaan yang mengasyikan itu. Ingin rasanya aku melakukannya kembali.

Aku menguping lagi apa yang dikatakan wanita itu kepada orang yang bernama Copper, lalu setelah ia selesai menelepon aku akan mempromosikan diriku sebagai pembunuh bayaran.

"Orang itu sangatlah menjengkelkan! Aku ingin melihat dirinya dihancurkan, bahkan dibunuh secara kejam! Cepat cari pembunuh yang berpengalaman, aku tidak mau kita gagal lagi untuk sekian kalinya dalam rencana penting ini..."

Setelah berkata demikian, wanita itu mematikan teleponnya . Terdengar napas panjang dari wanita tersebut. Pas sekali waktunya, disini hanya ada aku dan wanita itu.

"Ehem.....", kataku sambil pura pura terbatuk.

Dia tidak peduli dan tetap memainkan handphonenya seperti dia tidak melihatku sama sekali. Duh, wanita itu ternyata sangat sombong! Karena aku tidak mau mempermalukan diriku, aku berkata lagi, "Hey, cari pembunuh bayaran?", kali ini aku menoleh ke arahnya dan dia melihatku. "Iya, darimana kau tau?", tanyanya dengan pandangan kejam ke arahku. Kau mengatakannya dengan jelas bodoh,  kataku dalam hati. Tapi aku berusaha untuk tidak mengeluarkan kata kata menyakitkan, karena aku tidak mau kehilangan pelanggan.

"Iya, maaf tadi saya tidak sengaja menguping...", kataku seraya memperlihatkan penampilan mempesona ke arahnya, agar dia mau mempercayaiku sebagai pembunuh bayaran.

"Apa? Aku hanya main main di telepon itu hahahahaha, itu hanyalah sebuah prank! Kau benar benar percaya ya?", wanita itu tertawa terbahak bahak dengan sangat keras. Aku sempat menutup satu telingaku. Apa? Cuman main main? Maaf ya tapi aku tidak bisa dibodohi dengan hal seperti ini. "Wah apakah benar?", tanyaku yang berusaha untuk terlihat baik.

"Tidak sih....aku benar benar mencari pembunuh bayaran", katanya sambil terus tertawa. "Kau polos sekali, lucu deh", seketika aku terkejut dengan ucapan wanita itu yang barusan. Sebenarnya aku sangat marah jika dibilang polos, aku bukan orang yang polos, aku adalah pembunuh yang handal.Aku hanya pura pura menjadi polos agar aku mendapatkan banyak pelanggan. Gaya bicara wanita itu seperti orang sok bijak, membuatku sangat jengkel.

"Sepertinya kamu boleh juga. Setelah turun dari kereta ini, kunjungilah rumahku di Jalan Danimal Daze nomer 21. Karena sekarang aku harus kembali ke tempat dudukku di kereta, temanku mencariku. Aku berusaha untuk mengingatnya, Danimal Daze nomer 21.

Perjalanan yang berlangsung sangat panjang....aku tertidur sangat nyenyak dan dibangunkan oleh salah satu penumpang disana.

Aku menggunakan taksi untuk pergi ke tempat wanita itu. Dan aku lupa untuk menanyakan nama wanita itu, nanti aku akan berusaha menanyakannya.

Aku sudah sampai di depan rumah wanita itu. Rumahnya di cat putih dan terlihat sangat mewah. Aku iri, karena aku tidak memeiliki rumah sekarang. Tapi, iri adalah tindakan yang tidak baik, jadi aku berusaha untuk bersyukur.

Aku menekan beli rumahnya berkali kali, aku bukanlah orang yang suka menunggu. Menunggu di kereta, di penjara, itu semua adalah hal paling buruk di dunia.

Setelah sekian lama menunggu, ada mobil Lamborghini berwarna merah yang datang. Seorang wanita turun dari mobil itu, dan wanita itu adalah wanita yang akan menyewaku sebagai pembunuh.



Cinta Seorang PsikopatWhere stories live. Discover now