18.

1.7K 278 6
                                    

"wake up big boy!" Suara besar itu membangunkan Ali dari tidur nyenyaknya. "sudah jam berapa ini?" tanya Geraldi pada putra besarnya.

"masih ngantuk pa"

"no! wake up! pergi jalan jalan, jangan jadi pemalas" ucapnya sambil menarik selimut Ali dan membuat Ali benar benar tersadar dan duduk diatas ranjangnya.

"iya Ali mau pergi bentar lagi" Ali merangkak menjauh dari ranjangnya dan berlalu ke kamar mandi sedangkan Geraldi berlalu pergi dari kamar pemuda itu.

Setelah sarapan dan bersiap-siap, Ali berlalu dari pekarangan rumah dan melaju ke seuatu tempat namun sebelum itu ia menyempatkan diri membeli sesuatu untuk seseorang yg menjadi tujuannya pulang ke Sydney.

***

Prilly merenung, pandangannya kosong tapi tidak dengan fikirannya. Berbagai hal buruk menggelantungi ranting ranting otaknya, rasanya gelisah dan lelah tanpa sebab entah kenapa.

Sejak kepergian Ali yg tiba-tiba, semua mendadak berubah. Mendadak seperti hilang arah dan Prilly seperti kehilangan semangatnya. Apa yg terjadi? Apa yg sudah diperbuat lelaki itu pada Prilly?

"Bengong aja sist?" Verrel meletakkan segelas air putih di sebelah Prilly dan membuat gadis itu tersenyum kecil.

"Makasih Rel"

"Lo gak papa?"

Prilly menggeleng pelan "lusa udah siap buat award night?"

"Udah kok, lo sendiri gimana? Mau gue temenin cari baju gak?"

"Boleh, nanti malem ya? Ajak Wilona juga, kangen gue"

"Yaudah nanti gue jemput ke kos"

Prilly mengangguk lagi sebelum Verrel meninggalkannya.

Lusa seharusnya menjadi hari yg di tunggu tunggu Prilly karena pencapaiannya selama ini akan ia raih sedikit lagi, namun semua terasa biasa saja. Semua terasa tidak ada hal berarti, entah karena Prilly memang tidak tertarik dengan award night atau karna lelaki itu lagi?

Prilly menghusap wajahnya pelan, sudahlah, seharusnya memang mereka tidak pernah saling bertemu apalagi sampai Prilly harus meletakkan sebuah harapan padanya.

***

Ali berjalan menyusuri gundukan tanah berbingkai marmer dan kramik yg tertata rapi di sekitarnya. Menuju ke sebuah persemayaman yg menjadi tujuannya ke Sydney dan meninggalkan semua di Indonesia.

"Hai, sweety" lirihnya pelan saat menemukan tempat yg ia cari.

"Aku disini. Aku rindu" Ali meletakkan bucket bunga lily yg tadi sempat ia beli diatas keramik cantik itu.

"Are you okay there?"

"I'm okay here, jangan khawatir. Mama dan papa juga baik"

"Aku menemukan seseorang yg sama seperti kamu. Cantiknya, iris matanya, perhatiannya dan sederhananya, hampir saja aku fikir dia itu kamu, tapi aku kembali sadar bahwa kamu benar benar sudah tidak ada bersama ku lagi"

Ali tersenyum getir "seandainya kamu masih ada disini, apa kita akan tetap berpisah atau justru menikah?"

Ali tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya "rasanya kamu tidak akan mau menikah dengan lelaki seperti aku yg bahkan untuk menjaga kamu saja aku tidak bisa"

"Maaf" ada sesal dalam nada di kata terakhirnya.

Ali memejamkan mata, membayangkan kenangannya dengan Leane pada masa masa indah mereka dan setetes air mata Ali jatuh dari sudut matanya.

"Aku tau kamu lebih bahagia disana, aku tau kamu sangat mencintai aku. Maaf, aku tidak pernah selalu ada untuk kamu saat kamu butuh aku"

"Dan terima kasih, karena kamu yg selalu ada untuk aku, sampai hari dimana kamu lelah dengan semuanya, kamu masih tetap memperdulikan aku"

Ali mencium sebentar batu nisan yg sedari tadi ia pegang kemudian bangkit berlalu pergi. Meninggalkan semua sisa perasaannya disana, untuk menemani makam Leane, selamanya.

Ya, lelaki itu pergi, meninggalkan Leane, benar benar pergi untuk kembali pada seseorangnya di bagian bumi lain nya.

***

Prilly masih seperti biasanya. Masih merenung dan seperti kehilangan semangat dalam dirinya. Padahal semua sudah berjalan seperti biasa. Prilly ingin terbiasa dengan situasi ini, Prilly hanya belum mencoba.

Besok adalah hari yg di tunggu semua karyawan kantor Khadar Comp untuk sekedar melepas penat dari lelahnya laporan dan kegiatan kantor, award night juga di nanti oleh pada karyawan untuk menunggu siapa yg akan menjadi karyawan terbaik di setiap divisi  dan bahkan menjadi karyawan terbaik di kantor tahun ini.

Makan malam dan minuman minuman fancy akan menemani mereka besok malam tapi apa hal itu mampu membantu Prilly melupakan semuanya?

Rasanya tidak, karena bukan itu yg Prilly mau. Prilly butuh seseorang itu untuk menenangkan hati dan perasaannya karena kedua bagian itu yg sedang tidak menentu saat ini.

Handphone Prilly tiba-tiba berdering dan tertera nama Ali disana. jantungnya berdegup kencang dan tiba-tiba saja ia gemetar karena gugup.

"duh ini gue kenapa sih" ucapnya gelisah dan masih belum menjawab telfon itu padahal handphone nya masih terus berdering.

Dan akhirnya panggilan berakhir namun Prilly justru menghela nafasnya kecewa karena menyia-nyiakan kesempatan emas yg harusnya ia ambil. hatinya tak rela saat panggilan itu berakhir namun Prilly juga mengerti bahwa menunggu itu rasanya cukup mengecewakan juga.

Panggilan itu kembali hadir dan dengan cepat Prilly menggeser tombol hijau pada layarnya dan menjawab panggilan itu

"h-halo"

"hai, saya telfon dua kali, kenapa baru jawab?"

"m-maaf pak, tadi abis dari toilet"

Terdengar tawa kecil di ujung sana "iya, santai aja, jangan nervous gitu"

"ada apa pak? ada kerjaan yg penting sampai telfon malem malem?"

"nggak, saya cuma rindu suara kamu"

Prilly menurunkan bahu nya, rasanya seperti ada sesuatu yg menggelitik perutnya dan membuatnya ingin tertawa sekencang mungkin sekarang.

"bapak apa kabar? lagi dimana?" pertanyaan itu terlontar spontan dari bibir Prilly tanpa mampu ia cegah. "ma-maksud saya, bapak udah nggak di kantor Jakarta lagi? pindah tugas? atau-"

"saya baik baik aja, lagi di Sydney nemenin papa" ucap Ali memotong pertanyaan Prilly.

"oh, syukur kalau gitu"

"besok award night dateng?"

"iya dateng pak"

"bagus deh"

"bapak dateng juga?"

"nggak Prill, gimana mau balik, tiket aja saya belum ada. lagian nggak keburu kalo berangkat sekarang, saya belum ngapa-ngapain"

Senyum getir melengkung di bibir Prilly, ia senang sekaligus sedih karena di hari yg sangat ia nanti, tidak ada Ali disana sebagai orang yg selama ini sudah mendukungnya.

"Prill? kamu masih disana?"

"masih pak, masih"

"yaudah, kamu istirahat aja, besok kan harus siap siap. saya juga mau pulang dulu, papa udah nungguin"

"iya pak, take care" bisiknya pelan namun mampu membuat lelaki di ujung telfon nya itu tersenyum.

"you too"

Dan setelah mengakhiri pembicaraan itu, ada senyum lain yg terukir.

KOMOREBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang