16.

2K 278 7
                                    

Sejak perbincangan kemarin malam dengan Ali, hari ini Prilly menjadi kehilangan sedikit konsentrasinya. fikirannya tertuju pada Petter, sang kakak. apa kabar lelaki itu sekarang? sudah hampir 3 tahun tidak bersua memang terkadang membuatnya rindu, karna hanya Petter yg begitu tulus menyayanginya selama hampir belasan tahun.

Tapi apa Prilly harus kembali? apa Prilly harus memaafkan apa yg sudah Petter perbuat? semudah itu? bahkan rasanya sakit yg ditorehkan padanya begitu masih terasa sampai hari ini.

"gempaaa!"

Guncangan yg terjadi di meja kantornya membuat prilly berjengit kaget dan menoleh pada seseorang yg menganggu nya.

"apaan deh? rese lo!"

"lo yg rese! di panggilin malah bengong"

"kenapa deh?"

"banyak masalah?"

Prilly melepas kaca mata minusnya dan memijat pangkal hidungnya pelan "nggak, kenapa? ada yg perlu gue kerjain?"

"istirahat sana"

Prilly menggeleng "nanti aja sekalian di kos"

"dari pada lo kerja tapi nggak konsen gini. gue bisa beresin sisa kerjaan lo kok. lagian nggak banyak ada kerjaan hari ini"

Prilly menghela nafas nya berat "gue harus ijin ke HRD lagi, males ah"

"nggak perlu ijin, kamu bisa langsung pulang aja"

Suara itu menginterupsi obrolan keduanya. ada Ali yg berdiri di belakang tubuh Verrel.

"tau nih Pak, disuruh pulang tapi bandel amat dah" Verrel menggeser tubuhnya mundur kebelakang, memberi ruang untuk Ali masuk kedalam bilik kerja Prilly.

"sakit? capek? atau kenapa?"

Prilly menggeleng pelan "nggak tau, saya lagi kurang konsen aja hari ini Pak"

"yaudah, di beresin ini meja kerjanya semua, kita makan siang terus saya anter pulang"

"nggak Pak, saya sendiri aja nggak papa"

"saya tunggu di lobby" Ali meghusap pucuk kepala Prilly lalu pergi dari bilik kerjanya.

Verrel berdeham beberapa kali setelah Ali benar benar menghilang dari ruang marketing. ia tersenyum kecil melihat Ali yg begitu perhatian pada Prilly.

***

"hai ma"

"kamu dimana?"

"lagi dijalan, mau anter Prilly pulang"

"KENAPA SAMA MANTU MAMA?!"

Ali menjauhkan handphone nya dari telinga saat mendengar pekikan Almira. Prilly pun tertawa kecil mendengar samar samar suara wanita itu.

"ma, Ali bisa budek lama lama kalau di teriakin terus"

"bawa dia kesini, now!" titah Almira tak terbantahkan.

"emang Prilly mau?"

"ya harus mau lah!"

Ali menjauhkan handphone nya sebentar kemudian bertanya pada Prilly.

"mama suruh kita kerumah. kamu mau?"

Prilly mengangguk pelan, rasanya rindu juga pada wanita cantik itu hampir beberapa hari tak bersua.

"Ali kesana sekarang ma"

"good! see you soon"

"see you ma"

KOMOREBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang