11.

2K 321 10
                                    

"kenapa ke bandara Pak?"

Prilly bertanya pada Ali karena ia merasa aneh kenapa Ali tiba-tiba membawanya ke bandara.

"iya jemput Mama saya"

"tapi kenapa saya harus ikut sih Pak?"

"supaya saya nggak sendirian" jawab Ali santai padahal dalam hati Prilly sudah sangat kesal dan ingin sekali rasanya membunuh lelaki di sebelahnya ini sekarang juga.

Prilly memilih diam sampai akhirnya mobil mereka memasuki area parkir. Ali dan Prilly turun bersamaan, kemudian berjalan menuju ke salah satu caffe di bandara. Ali menelfon sang Mama dan Prilly hanya mengikutinya kemanapun lelaki itu beranjak.

"Mama!" seruan itu terdengar dari bibir Ali.

"sayang!" Ibu dan anak itu berpelukan layaknya teletubies.

"kangen Ma"

"i miss you too"

Prilly terdiam beberapa langkah di sebelah tubuh Ali. bingung harus melakukan apa karena ada sesuatu yg menekan dada nya sampai terasa sesak. air mata menggenang di pelupuk matanya, ia ingin menangis sekarang juga tapi dengan sekuat tenaga ia menahan gejolak itu.

"ah Ali lupa, Ma kenalin ini Prilly"

Ali menarik Prilly mendekat, Prilly tersenyum hangat pada Mama Ali begitupun Mama Ali berbinar menatap Prilly.

"ah, mantu ku!" Mama Ali justru langsung memeluk Prilly, sedangkan Prilly masih kaget atas apa yg barusan ia dengar.

"m-mantu?" bisiknya pelan.

"iya kamu pacarnya Ali kan?" Mama melepas pelukannya pada Prilly "akhirnya Ali punya pacar juga ya nak. nama kamu siapa sayang?"

"saya Prilly tante"

"oke, saya Almira"

"tapi maaf tante, Prilly bukan-"

"ah yaudah Ma, Prill, kita pulang yuk" potong Ali dengan cepat, takut kalau Prilly mengatakan kalau mereka sebenarnya bukan sepasang kekasih seperti yg Mama nya harapkan.

"tante barang barangnya mana? biar Prilly bawain"

"no way! you shouldn't do that! Prilly sama Mama aja" ucap Almira kemudian mengapit lengan Prilly dan membawanya berlalu lebih dulu.

Ali tersenyum kecil di belakang kedua wanita yg sedang bercakap di hadapannya ini, ia bahagia melihat Mama nya bahagia meski ia tau mungkin sebentar lagi Prilly akan menjauh darinya karena Ali sudah membawanya masuk terlalu dalam ke kehidupannya.

Di mobil, Almira dan Prilly sibuk berbincang, Ali berasa jadi sopir tapi tak apa, senang rasanya melihat Almira dan Prilly seakrab itu. Ali jadi berimajinasi bagaimana kalau Prilly memang benar benar menjadi pacarnya, Almira terlihat suka dengan Prilly, juga Prilly yg terlihat tidak risih dengan Almira yg menyebutnya sebagai calon mantu.

"Kita makan siang yuk" ucap Almira

"makan siang dimana Ma?"

"dirumah aja"

"kan nggak ada bahan apa-apa Ma, lagian Ali sekarang tinggal di apartemen bukan dirumah"

"kata siapa? Mama udah telfon bibi buat beli bahan makanan kemarin. lagian kamu udah di kasih rumah malah tinggal di apartemen, jangan boros Li!"

"nggak boros Ma, lagian rumah jauh dari kantor, kalau apartemen kan deket"

"it's not a reason to stay in apartment!"

"oke sorry Ma"

"yaudah kita kerumah aja, kita makan siang dirumah. gak papa kan sayang?" Almira beralih pada Prilly.

KOMOREBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang