[2]

2.3K 321 87
                                    

Gelombang kemarahan itu datang. Jungkook berulang kali berdecak, mengempaskan punggungnya ke sofa dan melirik ponsel yang tergeletak di meja. Sejak kemarin Mia tak bisa dihubungi. Ponselnya aktif, tapi semua panggilan dan pesan diabaikan.

Jungkook bukan orang yang bodoh. Sepenuhnya dia tahu apa penyebab Ini terjadi. Semua berawal darinya. Dia mengkhianati Mia, melunturkan kepercayaan gadis itu terhadapnya dengan sebuah tindak perselingkuhan. Iya, Jungkook bermain belakang dengan seorang gadis yang tengah dirumorkan dengannya. Bukanlah tanpa alasan, tapi dia merasa bosan karena Mia terlalu sibuk dengan perkuliahan. Pikirnya, meledani gadis barunya dua atau tiga kali akan bisa menghilangkan bosan dan ia akan kembali pada Mia, tapi ternyata hal itu malah berlanjut. Terakhir, puncaknya adalah kemarin malam, saat Mia memergokinya bertemu dengan gadis yang jadi selingkuhannya. Gadis itu menangis, menamparnya, mengatakan agar mereka tak perlu lagi bertemu, lantas tanpa basa-basi langsung pulang dan seketika tak bisa dihubungi.

Jungkook menggeram kesal. Satu pesan masuk, membuat pria Jeon itu tergesa mengambil ponsel. Berharap yang mengirim adalah Mia, tapi ternyata bukan. Itu dari selingkuhannya, bertanya dia sedang apa—dan hanya diabaikan.

Tak betah dengan kondisinya, Jungkook pun memilih untuk pergi berjalan-jalan.

Namun, pilihannya ternyata salah. Tepat di hadapan rumah Mia, dia harus menelan kekecewaan karena Mia baru saja pulang diantar teman laki-lakinya. Gadis itu nampak ramah ketika mengucap terima kasih, bahkan ia melambaikan tangan pada si lelaki.

Tanpa sadar, Jungkook merasa hatinya tersayat secara perlahan. Sesakit inikah saat Mia mengetahui dirinya berselingkuh?

Bertepatan dengan itu, Mia menoleh padanya. Mata mereka beradu, menyampaikan perasaan di hati masing-masing. Sungguh, Jungkook berharap Mia mendekatinya dan mereka bisa membicarakan masalah ini baik-baik, tapi harapan itu pupus ketika Mia membalikkan tubuh dan langsung menutup pintu rumah seolah tak mengizinkan Jungkook untuk datang.

Jungkook menciut. Sesegera mungkin pria itu kembali pulang dengan membawa sakit di hati. Kondisinya jauh dari kata baik-baik saja. Dia marah, dan semua itu karena ulahnya sendiri.


"

Ada apa?"

Jungkook menoleh lesu ke Jin yang bertanya. Hyung tertuanya itu menyusul duduk di samping, lalu menenggak air mineral untuk mengusir haus setelah berlatih koreografi yang cukup sulit.

Jungkook menggeleng, memutar-mutar ponselnya seperti mainan spinner, dia bosan menunggu pesan balasan dari Mia.

"Apa ini?"

Jungkook mendongak, begitu pula Jin, mereka menatap ponsel Suga yang menunjukkan berita tentang Jungkook dan seorang gadis yang diduga berkencan karena seringnya menggunakan pakaian yang sama.

"Kau benar memiliki hubungan dengannya?" Suga mengintrogasi.

Jungkook mendengus, mengalihkan pandangan ke lain arah dan justru memancing emosi dari pria yang statusnya kakak angkat Mia.

"Jawab, Jung!" bentak si pria Min.

"Iya! Aku selingkuh dengannya!"

"Brengsek!"

Tanpa aba-aba Suga menarik kerah leher Jungkook dan melayangkan tinjunya pada anggota termuda. Situasi mendadak kacau, member lain berusaha melerai, namun keduanya terlanjur dipengaruhi emosi.

"Pukul aku, Hyung! Pukul!" teriak Jungkook sembari berusaha berontak dari pegangan Namjoon dan Jin.

"Yak! Jungkook! Kendalikan dirimu!" Jin membentak.

"Sudah kukatakan jangan menyakitinya! Dasar pengecut!"

"Aku bukan pengecut!"

"Lalu apa, Brengsek?! Kau berjanji untuk tidak membuatnya menangis! Tapi apa? Sekarang dia sakit karenamu, Bodoh!" Suga memaki, melampiaskan kemarahannya pada Jungkook yang mengepalkan tangan. "Seharusnya aku tidak pernah mempercayaimu sejak awal!" desis pria Min itu kemudian dengan tatapan sinis. Dikibasnya pegangan Taehyung dan J-Hope, lalu segera keluar dari ruangan sambil membanting pintu.

Seluruh yang berada di ruangan terdiam. Jungkook mengusap kasar wajahnya yang memerah dengan yang napas yang masih turun naik. Pikirannya berkecamuk, memikirkan banyak hal terutama Mia. Sungguh, Jungkook tak pernah berpikir hidup dan perasaannya sepelik sekarang.

"Jung."

"Apa lagi?!" Tanpa sadar Jungkook membentak Namjoon yang segera menarik napas.

"Lebih baik kau pulang dan tenangkan dirimu," saran pria kelahiran tahun 1994 itu sambil menepuk bahu anggota termudanya.

Jungkook tak menjawab, hanya saja dia langsung menyambar jaket dan ponselnya yang terlempar ke lantai. Tanpa bicara, pria Jeon itu keluar dari ruangan.

"Ada apa?" Jimin yang baru datang dengan tentengan plastik berisi minuman dingin bertanya heran. Tadi dia berpapasan dengan Jungkook yang wajahnya tak enak dipandang saat di pintu masuk.

"Masalah Mia." Taehyung yang menjawab.

Jimin hanya ber-oh ria. Tak perlu dijelaskan lebih lanjut, dia sudah mengangguk paham, karena diam-diam dia sudah mengetahui apa masalahnya. Tadi malam Mia menghubunginya, bertanya banyak hal tentang Jungkook dan berakhir dengan tangis gadis itu. Tapi Jimin tak ingin ikut campur, biarlah dia sendiri yang tahu cerita ini.

Jungkook termangu di hadapan rumah Mia yang lampu depannya tak dinyalakan---kebiasaan gadis itu jika sendirian di rumah. Satu dua orang yang melintas memandang heran padanya yang memeluk buket bunga, itu karena dirinya tak sedikit pun menemui keberanian di sudut hati untuk mengetuk pintu kayu bercat cokelat di depan. Rasanya berat untuk menggerakkan kaki, padahal jaraknya dengan pintu hanya terkisar lima langkah.

Menarik napas dalam, Jungkook pun coba menguatkan hati untuk mengetuk. Namun, ketika tangannya di udara, pintu lebih dulu terbuka dan memunculkan seorang gadis yang matanya nampak sayu.

"Mia, tunggu!" Buru-buru Jungkook menahan gerakan kekasihnya yang hendak menutup pintu. Kepalang tanggung, biarlah semua selesai malam ini.

"Kau tuli? Bukannya sudah kukatakan jangan menemuiku lagi?" sahut Mia sedingin es. Mata cokelatnya menatap marah, namun sebagian besar ditutupi oleh kesedihan dan kekecewaan yang membuat Jungkook teriris hatinya.

"Aku minta maaf." Jungkook menyodorkan buket bunganya. "Aku benar-benar minta maaf, Mia. Aku mengaku salah, tapi kumohon, percaya denganku. Aku menyayangimu, dan itu bukan dusta." Pria itu mengiba, terdorong rasa bersalah yang semakin lama menjeratnya semakin kuat.

Mia mematung, namun dari matanya jatuh setetes kristal bening, gambaran bagaimana perihnya saat dia harus menghancurkan kepercayaan yang diberikan pada Jungkook.

"Areum...."

"Bawa pulang bungamu dan jangan temui aku lagi."

"Tapi---"

"Kita putus, Jungkook-ssi."

-TBC-

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang