Ingin Menyerah

3.7K 440 108
                                    

"Kau pasti melupakan obatmu lagi kan, Yoon?"

"Minum obat pun, cepat atau lambat aku akan mati."

"Tapi setidaknya obat itu dapat mempertahankan hidupmu sampai kau mendapat jantung baru."

"Aku tak mau mendapat jantung dari siapa pun!"

Dokter Guanlin mengembuskan napas kasar. Ia mengalungkan kembali stetoskopnya setelah selesai menyelesaikan pemeriksaan rutin pada pasien kesayangannya ini.

Matanya mulai menyendu. Jelas Dokter Guanlin tahu bahwa Yoongi semakin merasa putus asa akan keadaannya. Apalagi saat mengetahui saudara kembarnya mengalami amnesia. Dilupakan adalah suatu hal yang menyakitkan.

"Aku tahu dilupakan itu menyakitkan, tapi Yoon--"

"Aku ingin mati, Uisa! Bisakah kau suntik mati aku saja?" sela Yoongi. "Haha! Kau pasti menolak 'kan?"

Yoongi menepis tangan sang dokter yang tengah memegang bahunya. Pemuda itu melangkah gontai meninggalkan ruangan tempatnya biasa melakukan check up.

Beberapa perawat dan dokter yang menyapanya tak mampu mengembalikan cahaya Yoongi. Seakan semua binar di matanya sudah diambil alih oleh saudara kembarnya -- Kim Taehyung.

'Hei, Hyung! Daripada bercita-cita menjadi atlit basket sepertiku, mending kau kembangkan bakat bermusikmu!'

Yoongi terkekeh hambar. Membayangkan wajah menggemaskan adiknya kala itu. Dirinya yang menangis hebat karena iri melihat Taehyung bisa sepuasnya bermain dengan bola orange itu.

Ia hampir melupakan hobinya bermain piano. Dulu Yoongi dan Taehyung sudah mengikrarkan janji untuk meraih mimpi bersama.

"Bermimpi pun aku tak pantas, Tae. Orang sekarat sepertiku tak berhak menggenggam mimpi."

Yoongi sampai di tempat parkir rumah sakit. Paman Jung datang menyambut kedatangannya dengan senyuman ramah di bibirnya. Pria itu membuka pintu belakang agar tuannya segera masuk.

'Tak peduli seberapa jahatnya orang tua kita mengabaikanku, aku akan tetap bersamamu. Taelion akan selalu di samping Yoongi Sugar.'

Air matanya lolos. Matanya menatap sendu ke arah luar jendela mobilnya. Sang supir yang sedang mengemudi pun tak mampu berbuat apa pun. Ia hanya mampu menatap kasihan tuan mudanya.

'Dunia boleh membenci kita, Hyung. Tapi asal kita bersama, kita akan bisa melewatinya dengan mudah.'

Tak lama kemudian, terdengar isakan kecil keluar dari bibir pucat Yoongi. Sang supir tentu saja bertambah cemas. Pernapasan tuan mudanya bisa saja terganggu jika terlalu lama terisak.

"Tuan Muda, saya mohon jangan menangis. Anda bisa sesak napas," mohon Paman Jung.

Yoongi tak memedulikan ucapan supirnya. Pemuda itu sesekali memukul kasar dadanya yang sesak. Bukan sesak secara fisik, tapi sesak yang datang dari hatinya.

"Aku ingin mati!"

***

Taehyung bukanlah pemuda berhati batu yang tak peduli dengan perasaan orang lain. Ia hanya tak mampu mengendalikan emosi saat bertemu dengan orang yang terasa asing baginya.

Entah kenapa ia merasa tak nyaman dengan sosok yang mengaku sebagai ayah kandungnya. Ada sekat tak kasatmata yang seakan memisahkannya dengan Suho.

"Aku harus bagaimana, Tuhan?" Taehyung mengusap lembut foto dirinya dengan Yoongi.

Kemarin ia memungut kedua foto yang dibuang Suho. Pemuda itu tak bosan memandangi foto itu. Terlebih saat netranya menangkap figur Yoongi.

Ia menyadari perkataannya pasti menyakiti hati Suho. Namun ia juga tak terima pria itu memperlakukan seperti barang yang diperebutkan hanya karena seseorang membutuhkannya.

IF YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang