"Oh, kamu suka karena dia jago motret? Bukan karena dia keren, atau..."

"Of course, not! Dia memang oke, tapi nggak sebanding dengan Ian. Buatku, Ian yang paling keren dan satu-satunya cowok yang aku suka," sela Nadine tegas, lalu tersentak sambil membekap mulutnya sendiri dan melirik waspada pada Adrian.

Tertegun, juga tidak menyangka, Adrian hanya bisa memberikan ekspresi tolol dan bergeming selama beberapa detik dengan tatapan yang masih terarah pada Nadine. Wanita itu menunduk sambil bergumam seorang diri, dimana Christian dan Nathan terkekeh puas sambil memberikan tos dengan tangan mengepal dari balik kursi Nadine.

Kemudian, kepala Nadine terangkat dan menatap Adrian dengan ekspresi bersalah. "Maaf, Ian. Aku nggak bermaksud bikin kamu marah dan..."

"It's okay, Sister," sela Christian sambil merangkul bahu Nadine dengan santai. "Adrian nggak marah tapi lagi bego. Tuh, lihat!"

Adrian mendelik tajam pada Christian yang sedang tertawa terbahak-bahak melihat responnya, sementara Nadine mulai terlihat tidak tenang. Nathan menepuk bahunya, memberi senyuman tipis, namun tatapannya tajam, dan sukses membuat Nadine terlihat memucat.

"Lain kali, kalau kenalan sama cowok itu hati-hati. Jangan sembarangan. Orang jahat bisa muncul dimana aja, dan udah pasti punya banyak keahlian yang bikin kamu nggak akan berpikir kalau orang itu punya niat jahat. Please beware," ujar Nathan serius.

"Aku tahu. Dan aku yakin nggak bakalan ada yang bisa nyakitin selama ada Ian," balas Nadine spontan, dan kembali membekap mulutnya lagi seolah sudah melakukan kesalahan besar.

Christian tertawa. "Easy, Sister. Easy. Ngomong kayak gitu nggak bakalan dosa, tapi justru ada yang bangga."

Adrian hendak membalas Christian, tapi tatapannya beralih saat Wayne menyenggol lengannya untuk meminta perhatian.

"Fix things, Mate," bisik Wayne santai.

Adrian hanya mengangguk sebagai jawaban. Topik pembicaraan pun beralih tentang tujuan tempat wisata yang diinginkan sambil melanjutkan sesi makan malam mereka.

Sambil menikmati makan malamnya, Adrian terus memperhatikan Nadine yang duduk di depannya. Wanita itu tampak sibuk memotret apa saja yang ada di atas meja, tapi tidak menikmati apapun selain bibimbap-nya. Kening Adrian berkerut melihat bagaimana Nadine tidak menyentuh daging yang merupakan kesukaannya.

Sampai makan malam berakhir, Nadine benar-benar hanya menikmati bibimbap dan sup rumput laut, sama sekali tidak menyentuh daging atau sekedar mencicipi makanan kesukaannya. Selain berubah dalam penampilan, sepertinya berubah juga dalam hal makanan.

"Apa kamu kenyang?" tanya Adrian saat makan malam usai dan keduanya berjalan berdampingan untuk keluar dari restoran.

Nadine menoleh kaget dan spontan menjauh sedikit. "Kenyang."

"Yakin?" tanya Adrian dengan alis terangkat sambil menarik Nadine mendekat. "Kamu nggak makan banyak, cuma bibimbap aja."

"Yakin lah, kan aku makannya dikit," balas Nadine sambil tersenyum tipis.

"Ah, bo'ong banget. Biasanya juga makan porsi jumbo, bahkan sampe rebutan sama aku," bantah Adrian cepat.

Nadine adalah wanita pemakan segala dalam porsi besar tapi tidak berpengaruh pada bentuk dan berat badan. Bahkan, Nadine termasuk berani dalam mencoba makanan ekstrim seperti daging ular, kelinci, dan anjing hanya karena rasa penasaran yang tinggi.

"Sekarang, aku udah jalanin pola hidup sehat dan nggak bisa makan banyak, Ian," ucap Nadine menjelaskan.

Adrian tidak membalas karena sudah sibuk berpikir tentang perubahan yang dilihat dari Nadine. Mungkin memang benar jika perubahan umum terjadi saat sudah tidak bertemu sekian lama. Lagi pula, mereka sudah dewasa dan sudah pasti ada hal atau kebiasaan yang sudah tidak mungkin dilakukan lagi.

Melepas jaket kulitnya, Adrian segera memakaikan jaket itu pada Nadine karena udara malam yang cukup dingin. Mengabaikan Nadine yang tampak kaget dan spontan menatapnya, Adrian menunduk untuk membetulkan letak jaketnya yang kebesaran di tubuh Nadine.

"Aku minta maaf soal tadi pagi, juga tadi siang. Aku nggak punya maksud untuk nyakitin, atau bikin kamu sedih. Aku..." ucap Adrian sambil mengangkat tatapan untuk menatap Nadine yang sedang menatapnya lirih. "Aku masih kaget dan nggak percaya kalau kamu ada di sini, Nadine. And... Look at you. You're totally different."

Nadine mengembangkan senyuman sambil mendekat pada Adrian untuk memeluk pinggangnya. Saat seperti ini, perasaan Adrian menghangat karena merasa sedang berhadapan dengan Nadine yang sangat dikenalnya.

"Kamu nggak salah, jangan minta maaf. Yang salah itu aku karena selalu ngerepotin dan bikin kamu susah. Aku juga tahu kamu bukan orang yang nggak mau terima penjelasan, dan nggak terima alasan, jadi aku baik-baik aja. Sama sekali nggak tersinggung," ucap Nadine hangat.

Adrian mengangguk. "Jadi, kita udah baikan?"

"Emangnya kapan kita musuhan?" balas Nadine sambil terkekeh.

"Karena kamu diam aja dan nggak mau deket-deket sama aku," sahut Adrian dengan suara bergumam.

Kekehan Nadine semakin terdengar. "You're forever be my favorite man, Ian. I can't hate you, even a little."

Adrian bisa melihat sorot mata familiar yang diberikan Nadine padanya. Sorot mata kagum seolah hanya Adrian yang menjadi dunianya, dan sukses membuat degup jantung Adrian mengencang, seolah ada yang mengisi ruang rindunya yang terdalam.

Di saat keduanya menikmati momen bertatapan sambil berangkulan itu, teman-temannya sibuk menonton, para istri sibuk mengalihkan perhatian Joel dan Noel, sementara Christian sudah bekerja untuk mengarahkan ponsel dan mengabaikan momen itu dengan seringaian lebarnya yang tampak begitu puas.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Adrian, tolong urus dulu ponakannya, lagi ada kasus bully.
Suruh Yoo-Jin babat habis aja K-Netz yang lagi kampret-kampretnya.😑

Udah gitu aja. 😭

04.03.21 (21.50 PM)

UNSPOKEN SECRET (NEW VERSION)Where stories live. Discover now