3. Calls From

767 101 4
                                    

THE 3RD Chapter

너와 난 핸드폰

Kau dan aku seperti ponsel

떨어지면 고장 날 걸 너도 알잖아

Saat kita terpisah, kau tahu kita akan rusak

너의 체취만이 날 온전하게 해

Hanya aromamu yang membuatku lengkap

어서 날 안아

Cepatlah dan peluk aku


=3=

"aww!"

"siapa yang menendang –'

"Maaf. Aku tidak sengaja.." Baekhyun sedikit menundukkan kepala begitu menyadari bahwa yang terkena sasaran dari kaleng random yang ia tendang adalah seorang mahasiswa. Terlihat dari penampilannya yang agak culun dan membawa buku tebal yang ia pangku dengan lengan kirinya. Dan juga dari bagaimana ia berbicara dengan bahasa formal begitu menoleh dan mendapati Baekhyun dengan jenis pakaian lebih dewasa darinya.

Baekhyun menghampiri orang itu seraya menilik apakah luka di kepalanya yang tidak beruntung terkena sasaran kegundahan hati seorang Byun Baekhyun. "Kau tidak cedera,kan?"tanya Baekhyun masih tidak yakin dengan apa yang ia telah lihat. Namun, orang itu justru tersenyum kikuk seraya memegang kepala bagian belakangnya dengan tangan kanan. "Sebetulnya tidak sesakit itu, aku hanya kaget."

Baekhyun memasang wajah lega dan mengangguk mengerti. "Sekali lagi maaf ya. Soalnya kalau kepalamu terluka, efeknya ke otak dan itu mengerikan."katanya lalu berjalan kembali setelah memungut kaleng itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apa anda bekerja di bidang medis, Tuan?" Pertanyaan dari anak muda itu membuat Baekhyun terhenyak sejenak. Dan membuat Baekhyun berhenti melangkah,jawaban atas pertanyaan itu terlalu membuka luka lama hidupnya dan juga Aeri. "Aku sedang tidak membuka sesi tanya jawab."

Dan Baekhyun dengan cepat berlalu dari sana.

* * *

Aeri menggeser tombol virtual hijau lalu dengan ragu ia menempelkan benda layar datar itu di telinga kanannya.Nomor asing adalah salah satu alasan Aeri malas untuk mengangkat telpon itu, karena Baekhyun tidak mengizinkan Aeri untuk menerima panggilan dari siapa pun yang memakai nomor asing seperti itu. "Halo?"

"Halo, ini dengan Aeri?"tanya suara itu dari sebrang, suara perempuan lebih tepatnya. "Ya, aku sendiri. Ini siapa?"

"Ya!kau tidak mengenal suaraku? Ya ampun Aeri, ini aku Son."

Aeri menghela napas lega, ia mengira bahwa itu adalah telpon phising yang akan melakukan tindak penipuan. Boro-boro untuk ditipu, sekarang saja uang untuk hidup seminggu ke depan saja Aeri memutar otak. Ia terkekeh sendiri karena sudah memikirkan hal buruk, "Ternyata kau, aku kira siapa.. nomormu nomor asing, suamiku tidak mengizinkan untuk mengangkat panggilan dari orang asing sebetulnya.. aku lega setelah tahu ternyata kau."

Ada kekehan renyah di sebrang, membuat Aeri mengusap pipinya yang basah. "Maaf ya, aku ganti nomor.. aku terlalu sibuk dengan skripsi sehingga melupakan tagihan telpon dan akhirnya nomor lamaku diblokir. Omong-omong, ada apa dengan suaramu? Sakit?" suara wanita bernama Son itu nampak khawatir.

Aeri mendehem pelan, "Tidak, justru anakku yang sedang sakit. Oh ya, ada apa menghubungiku?" Aeri bertanya mengenai maksud dari Son menelpon dirinya. Wanita itu tertawa lagi, sepertinya ia juga hampir melupakan tujuan sebenarnya ia menghubungi Aeri.

"Apa sakit putrimu parah? Jika ya, aku akan mengatakannya pada Kepala Dosen dan membahasnya lagi nanti."

"Tidak-tidak, katakan saja ada apa?"

【END】Book 1: Hold Me Tight  「꽉 잡아 내 손으로」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang