Prolog.

39 4 1
                                    

Pagi itu,  semua orang menjalankan aktivitas seperti biasanya. Sampai akhirnya wabah yang ditakutkan mulai menyebar di dalam Ibu kota.

"Pagi yang suram," gumam Sisca yang berjalan disamping Riana, Sahabatnya, melewati koridor sekolah.
"Hah?" tanya Riana sambil menghentikan langkahnya.
Sisca menghentikan langkahnya,"Nggak maksud gue,  pagi ini mendung,  itu saja,"
"Gue kira ada apa tadi,"

Mereka berpisah ditengah pertigaan diujung koridor, mereka berada di kelas yang berbeda. Sisca dan Riana merupakan sahabat sejak SD.

Sisca menuju ruang kelasnya, dan menempati tempat duduknya. Ia langsung menelungkupkan wajahnya diantara tangannya yang di lipat di atas meja. Sisca tidak memiliki teman selain Riana, dia terlalu sulit untuk diajak bergaul,  berbeda dengan Riana.

Disisi lain, Riana yang berjalan menuju kelasnya, sudah merasakan hal yang aneh, dan ketika ia memasuki kelasnya, dugaannya benar. Ia melihat sang ketua kelas sedang menggigit teman sekelasnya yang lain, dan beberapa temannya telah berubah menjadi zombie. Riana yang menyadari hal tersebut langsung keluar dan menutup pintu kelasnya rapat rapat, dan langsung lari menuju toilet. Setelah sampai disana, ia langsung mengunci diri di pintu nomor satu, dan ia melupakan sesuatu.

"Sisca!" ucapnya sambil menepuk jidatnya.

Ia langsung merogoh tasnya untuk mencari ponselnya. Cepat cepat ia mencari nomor Sisca dan menelponya.

Tuutt...
Tutttt...

Maaf, pulsa anda telah habis, silahkan isi ulang lagi.

Riana mengumpat kesal ketika mendengar suara operator tersebut. Kenapa pulsanya harus habis ketika situasi genting seperti ini. Ia hanya berdoa semoga sisca baik baik saja. Tak lama kemudian, ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamar mandi.

Tok tok tok tok..

"Please,  open the door! Im' Human, and im' clean," ucap cewek tersebut.

Riana langsung membukakan pintunya setelah menyadari bahwa itu suara Sisca.

"Huhhh,  Ri,  lo kemana aja sih,  yaampun, gue tadi nyariin lo ke kelas,  sekarang tuh wabah-" Riana langsung membungkam mulut Sisca.
"Sssstt,  kalo ngomong jangan keras keras bego,  lo mau kita mati disini dimakan zombie?" yang dibegoin hanya bisa mengrucutkan bibirnya.
"Gue udah duga cepat atau lambat hal ini pasti kejadian, lo coba hubungi keluarga lo dan keluarga gue juga, semoga mereka masih selamat," ucap Riana dengan serius.

Setelah mendengar ucapan Riana langsung menghubungi keluarganya, dan hasilnya nihil. Mereka tidak mengangkat telepon dari Sisca. Lalu Sisca beralih ke keluarga Riana,  dan hasilnya sama. Mereka berdua hanya bisa tertunduk lemas.

Riana mengingat sesuatu, "Sis,  adek lo,  Bryan, dia mungkin masih hidup,"

Bryan adalah adik kandung sisca yang bersekolah di sebelah sekolahnya Sisca dan Riana.

~•••~

"Fuck! Lari!" ucap seorang cowok bertubuh tinggi bernama Alfian yang melihat segerombolan zombie yang tengah berjalan ke arahnya dan teman temanya.
"Sembunyi di kamar mandi bego," ucap Nathan, teman satu sekolah Alfian,  sambil menarik Alfian yang hendak berlari menuju ke kelas.

Kelima anak cowok itu masuk kedalam kamar mandi yang lumayan sempit.

"Anjir sempit, geseran napa, Ndre," omel Juna ketika ia merasa kesempitan di dalam sana.
Andre hanya mendengus kesal mendengar omelan Juna, "Ini aja gue udah mepet banget ke tembok,"
"Anjir, diem napa lo pada, nanti kalo zombienya denger berabe anjir," ucap Athar sambil melotot kepada teman temannya tersebut.
"Al,  lu bawa mobil gak?" tanya Nathan.
Alfian hanya memasang wajah penuh tanda tanya, "Buat apa?"
"Ya buat kaburlah, lo mau kita diem terus disini berlimaan trus jatuhnya ntar pada homo?" ucap nathan sambil menepuk dahinya.
"Ya Nggak lah!" jawab mereka kompak.
"Kenapa gak pake motor? Gue adanya motor," ucap Andre dengan polosnya.
Athar menepuk dahinya,"Lo mau pas nyetir motor,  dari belakang lu di gigit zombie?"
"Gue ada mobil," ucap Athar.
"Oke, jadi gini, kita lewat pintu sebelah kamar mandi, kan nembus ke halaman belakang, perkiraan gue disana gak seberapa banyak zombienya, kita bisa jalan pelan pelan tanpa nimbulin suara dan lari ke parkiran buat ambil mobilnya Athar, gimana?" Juna hanya berdecak kagum mendengar penjelasan nathan.
"Oke, hitungan ketiga kita lari dari sini menuju ke halaman belakang," lanjut Nathan.
"Hitungan ketiga goblok," ucap Alfian sambil menarik kera baju Andre yang hendak lari duluan.
"Oke, satu...,  dua..., tiga..."
Brakk

~•••~

"Yan, gimana nih," ucap Candrika kepada Bryan, adiknya Sisca.
"Ih kok ke gue, kak?" protes Bryan.
"Ya iyalahh, lo hubungin kek kakak lo, siapa tau dia masih selamat, sekalian tanyain Riana selamat juga gak?"

Candrika, Raya, Tamara, Bryan, Fajar, dan Reyhnard sedang bingung memikirkan cara untuk keluar dari sekolah itu, Candrika, Raya, Tamara, Fajar, dan Reyhnard merupakan teman SMP Riana dan Sisca, dan kebetulan mereka tadi akan melaksanakan rapat Osis, namun tidak jadi karena wabah ini mulai menyebar.

"Sabar kak, Kak Sisca sama Kak Riana selamat kok, mereka mau tolongin kita, mereka lagi kejebak di kamar mandi, dan mau keluar cari kendaraan buat jemput kita," jelas Bryan.
Fajar mengerutkan dahinya,"Jadi, kita juga harus berusaha keluar dari sini nantinya, biar kita gampang nyamperin Riana sama Sisca,"
"Hah? Yaallah, mamaa Raya gak mau jadi zombie," rengek Raya ketakutan ketika mendengar mereka harus keluar dari ruangan osis tersebut agar tidak tertangkap oleh zombie.
"Tenang kita bakalan baik-baik aja, Ray, kan ada 3 cowok disini,"
Lalu 3 cowok itu menatap Tamara dengan bergidik ngeri,"Kenapa kita?!"
"Ya kan kalian Cowok, dan seharusnya cowok ngelindungin cewek," ucap Tamara
"Ihh kan kita juga ada takutnya, Tam," ucap Fajar alaynya.
Tamara menepuk dahinya,"Duh! Mati kita digerogotin zombie,"
"Trus gimanaa?" tanya Candrika.
"Kita tunggu aja kak Sisca sama kak Riana dateng kesini," ucap Bryan dengan santai.

Semua hanya menghela nafas masing-masing ketika mendengar ucapan Bryan.
Fajar menyadari sahabatnya, Reyhnard, yang sedari tadi diam saja, padahal biasanya dia yang selalu giat ketika ada situasi genting seperti ini.

"Nard,  lu diem aja daritadi,  ngapa dah?" tanya Fajar.
"Gue tadi, liat Bunda gue di gigit sama zombie, dan bodohnya gue gak ngelakuin apa apa, gue cuman ngeliat bunda gue yang perlahan berubah jadi zombie,  dan lari begitu aja, gue bodoh," ucap Reyhnard menyalahkan dirinya sendiri.
"Hey," Fajar menepuk pundak Reyhnard. "It's okay, my bro,  kita semua sama, dan kita semua ada buat lo, anggep kita sebagai keluarga lo, Okay?" lanjut Fajar diakhiri dengan senyuman manis andalannya.
"Thanks," ucap Reyhnard sambil tersenyum tak kalah manis dari Fajar. "Udah dong mellow mellownya,  sekarang kita harus pikirin jalan keluar dari sini," ucap Candrika.
Reyhnard menghapus air matanya,"Gue rasa, gue tau jalan keluar dari sini,"

~•••~

"Jadi kita keluar dari kamar mandi, trus langsung ke TU?" tanya Riana kepada Sisca.
"Iya, Gue liat terakhir kali Pak Roni, naruh kunci mobil sekolah di TU," ucap Sisca diangguki oleh Riana.

Mereka berdua berniat untuk memakai mobil sekolah untuk kabur dari sini dan menjemput Bryan bersama teman-teman yang lain, kebetulan mobil sekolah lumayan besar dan muat untuk banyak orang. Mereka akan mengambil kuncinya di ruang Tata Usaha atau yang biasa disebut TU, karena terakhir kali, Sisca melihat pak Roni, Satpam sekolah mereka menggantungkan kunci tersebut di Ruang Tata Usaha.

"Oke, hitungan ketiga kita keluar, Satu... Dua... Tiga... !" seru Riana.

Riana langsung membuka pintu kamar mandi, dan berlari keluar diikuti Sisca di belakangnya, langkahnya terhenti ketika melihat kumpulan Zombie di depannya. Ia langsung berbelok kearah kanan, dan bersembunyi di balik pohon.

"Eh gila, lari lo kenceng banget, hoshh hoshh," ucap Sisca sambil ngos-ngosan karena mengejar Riana.
"TU udah deket, cuman kita gak bisa nekat ngelewatin gerombolan zombie itu," ucap Riana serius.
Sisca berpikir sejenak,"Lo pernah nonton film zombie-zombie gitu gak? Kalo pernah,  lo pasti tau kelemahan mereka apa,"
Riana tersadar,"Mereka bakal mati kalau,"
"Kita ngehancurin otaknya," ujar mereka bersamaan.
"Oke, kita cari alat buat mukulin zombie-zombie itu, nanti lo bantu gue bentar buat ngelawan zombie itu,  kalo lo udah ngerasa zombienya bisa gue tanganin sendiri lo ambil kunci mobilnya di dalem TU, gimana?" lanjut Riana.
Sisca berpikir sejenak,"Oke, tapi lo yakin bisa ngehadepin zombie itu kan? Gue takut lo kenapa-kenapa, Ri,"
"Hey, kaya lo gatau aja, gue Riana, mantan anak silat, lo tenang aja, everything is gonna be okay," ujar Riana menenangkan Sisca.

Riana mengambil potongan balok kayu disebelahnya dan Sisca mengambil beberapa batu bata yang ada di sampingnya.

"Are you ready?"
"Yes,"
"Lets fight!"

Bersambung.

The ForceWhere stories live. Discover now