"Kamu bisa menaruhnya di depan pintu ini saja." ucap Megan sedikit berteriak.

"Baiklah Nona. Jika perlu apa-apa, telpon saya saja."

Setelah itu ketukan kaki mulai menjauh. Megan menghela nafasnya lega.
Ia kemudian membuka pintu. Matanya melotot seakan ingin keluar.
Di depan matanya terdapat tas-tas belanja dengan merk yang terkenal. Sebut saja Louis Vuitton, Saint Laurent, Gucci, Zara, Vendi, Valentino dan Guess.

Gila. Bahkan jika di total, harga-harga ini dapat menjamin hidup Megan selama 7 tahun lebih. Harga-harga ini bahkan mengalahkan harga apartemenku. Batinnya frustasi. Ia frustasi karena tidak bisa membayar belanjaan tersebut.

Ia kemudian menyeret tas-tas itu ke dalam kamar dan meraih sebuah telepon.

"Kau gila? Darimana aku mendapat uang untuk belanjaan ini?! Kau berencana membuatku krisis keuangan huh?!" Pekik Megan tidak tahan saat telepon tersambung. Apa lelaki ini berpikir ia akan luluh jika diberi barang-barang mewah ini? Tidak!

"Wow! Kenapa kau sangat pemarah huh? Aku tidak akan melarat hanya karena membeli barang-barang itu."

Suara menyebalkan itu, suara yang membuat Megan marah. Suara dengan kesan sombong dan arogan.

"Hei! Dengar Sean Lawrence. Kau pikir aku akan menyukaimu hanya karena diberikan barang-barang mewah? Tidak semudah itu kau tau." Megan menahan emosinya melihat sifat itu kembali. Sifat angkuh dari seorang Sean.

"Ya sudah. Kau buang saja kalau tidak suka."

Ucapan itu sukses membuat Megan melotot dan benar-benar ingin menendang kemaluan lelaki menyebalkan semacam Sean Lawrence.

"Aku rasa kau gila. Pergilah ke psikiater, orang gila." setelah itu Megan menutup telepon sepihak. Percuma berbicara dengan Sean, lelaki itu hanya mengundang emosinya saja.

Megan mulai membuka satu per satu belanjaan itu. Ini benar-benar tidak penting.
Disana ada dress, tas, sepatu, jam tangan bahkan bra.
Ia meletakkan bra itu di payudaranya dan terkejut. Pas. Bra ini sangat pas di payudara sintal Megan.

"Darimana dia tau ukuranku?" tanyanya bingung. Dia tentu tau, lelaki itu sering menyentuh payudaramu, bodoh. Batinnya menjawab.

***

Ia mencoba mencari baju kaos biasa namun ia tidak menemukan baju sederhana itu. Ia hanya menemukan sekitar 5 stel dress. Dari dress biasa sampai dress pesta.

"Dia gila? Aku akan ke kampus atau ke pesta.. Kenapa semuanya dress.." ia bergumam pelan, ia mengurungkan niat untuk menelepon lelaki itu. Berbicara dengan Sean sama saja membuang waktu berharganya.

Setelah menghabiskan waktu 1 jam untuk bersiap, Megan akhirnya siap dan memutuskan untuk memakai dress polos berwarna hitam dan entah darimana ia mendapatkan jaket kebesaran berwarna green army.

"Apakah orang kaya harus seperti ini?" tanyanya pada diri sendiri saat menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sungguh tidak memiliki selera fashion yang tinggi maka dari itu ia tidak terbiasa dengan fashion orang-orang kaya.

Ia kemudian mengambil sebuah kacamata dari walk in closet milik Sean.

"Aku benar-benar terlihat seperti perempuan sosialita." gumamnya sambil menatap puas ke arah cermin.

"Apa kau belajar menjadi orang kaya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kau belajar menjadi orang kaya?"

Suara celetukan seseorang membuat Megan terkesiap dan melihat Sean tengah bersandar di daun pintu sambil menatapnya dalam.

Megan kemudian berjalan menuju ke arah Sean dan memeluk lelaki itu singkat.

"Terima kasih." ucapnya tulus sambil tersenyum manis.

Sean yang mendapat pelukan itu tiba-tiba mematung. Lelaki itu tidak bisa menolak bahwa pesona Megan memang memikat pikirannya terlebih perempuan itu baru saja tersenyum hangat padanya. What the-? Tell me..this is a dream right?

"Ada apa denganmu? Senyumanmu sangat mematikan." ucap Sean dingin agar tidak ketahuan bahwa ia sedang terpesona pada Megan.

Perempuan itu hanya tersenyum simpul,
"Jujurlah padaku..Kau sebenarnya terpesona kan?" tanya Megan menggoda Sean sambil mencoba mencolek dagu lelaki tampan itu.

"Ck. Tidak. Ayo berangkat ke kampusmu sebelum aku berubah pikiran." setelah itu Sean meninggalkan Megan dengan pipi merah menahan malu. Shit! Seharusnya dia yang terpesona padaku!

"Aku akan naik taksi aja kalau begitu."

Tiba-tiba Sean berhenti dan menatap tajam ke arah Megan seakan-akan mengatakan -Kau harus bersamaku.

"Aku bercanda.." Balas Megan diiringi tawa renyah sambil menyamakan langkah kaki Sean.

Ada apa dengan perempuan ini? Kenapa sikap manisnya membuatku merinding. Batin Sean menahan kesal. Ia kesal saat dirinya terpesona pada sifat manis Megan terlepas dari sifat pemarah yang Megan sering tunjukkan.

"Hei! Kau tidak menjalankan mobilmu?" ucapan Megan membuyarkan lamunan Sean. Lelaki itu berdehem pelan dan menjalankan mobilnya.
Megan memalingkan wajahnya. Ia tersenyum, entah apa arti senyum itu. Yang jelas ia sudah menyadari bahwa dirinya telah menyukai lelaki arogan itu.

***
Selama di perjalanan, Megan selalu memikirkan hal yang membuat Sean harus pergi tadi pagi saat mereka hendak melakukan aksi panas.

"Umm Sean?"

"Ada apa?" tanya Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Aku ingin bertanya."

"Katakanlah...Aku akan menjawab apapun dari pertanyaanmu." jawab Sean sambil tersenyum simpul. Tampan. Pikir Megan sejenak.

"Kenapa kau pergi tergesa-gesa tadi pagi?" tanya Megan pelan. Ia tau dirinya keterlaluan karena ingin mencampuri urusan orang lain, namun hal itu tentu saja masuk ke dalam urusannya karena insiden penembakan malam itu menyangkut dirinya.

"Kau tidak usah khawatir."

Megan terperangah atas jawaban singkat Sean. Tidakkah lelaki itu sadar bahwa masalahnya itu membuat nyawa Megan dalam bahaya.

"Apa maksudmu dengan tidak usah khawatir? Apa kamu sadar bahwa masalah itu membuat nyawaku dalam bahaya?"

"Maaf karena menyeretmu ke dalan masalahku. Tapi aku meyakinkan kau dalam keadaan baik-baik saja selama bersamaku." jelas Sean masih tidak menatap Megan. Perempuan itu terlihat sedikit kesal dengan jawaban santai Sean. Ia tidak menjawab perkataan Sean dan memilih untuk melihat puluhan mobil berlalu lalang. Ia tau seberapapun ia berusaha bertanya, lelaki itu tidak akan mengatakan yang sebenarnya.


TBC

Wah Sean masih gak mau bilang masalah itu sama Megan ya🌝

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now