"Mau kemana?" tanya Sean dengan tampang cengo nya,

"Mandi," setelah itu Megan segera melenggang masuk kedalam kamar mandi,

Setelah menghabiskan waktu selama 20 menit didalam kamar mandi akhirnya Megan siap dengan gaun tanpa lengan selutut berwarna maroon, ia tidak mempunyai pilihan karena tidak ada jeans atau celana panjang semacamnya dan ia sangat bersyukur karena menaruh seluruh pakaiannya didalam lemari kamar mandi, ia tak bisa membayangkan apabila harus keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk sepaha yang sangat memperlihatkan lekuk tubuhnya,

Saat ia membuka kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah Sean yang berbaring dengan santainya diranjang sambil menatap dirinya dengan pandangan yang err...ingin memakan mungkin.

"Mau kemana?" tanya Sean lagi sambil mengikuti Megan dari belakang,

"Bukan urusanmu," jawab Megan ketus sambil memoleskan bedak dan lipgloss,

"Memang bukan urusanku," gumam Sean namun bisa didengar oleh Megan, gadis itu memandang aneh kearah Sean dari cermin besar didepannya,

"Aku yang antar," ucap Sean terdengar seperti perintah yang sering ia ucapkan dikantor,

Gadis ini berdecak dan membalikkan tubuhnya,
"Tidak, aku naik taksi saja," tolak Megan mentah-mentah,

"Aku tidak menerima penolakan, pergi bersamaku atau tidak sama sekali?"

"Ck. Pemaksa sekali," decak Megan sambil membalikkan tubuhnya menghadap cermin.

"Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu." Sean kemudian melenggang menuju walk in closet miliknya karena memang itu adalah ruangan khusus baju-bajunya.

Megan melotot karena lelaki dihadapannya ini menggunakan kemeja kantoran berwarna hitam,
"Kau cukup menggunakan baju biasa jika hanya mengantarku," dengus Megan karena ia sedikit terpesona akan penampilan Sean saat ini,

"Seorang pengusaha sepertiku harus terlihat sempurna dimata dunia," ucap Sean dengan sombongnya,

"Terserah," Megan kemudian melangkahkan kakinya melewati Sean, jika ia membalas ucapan Sean maka obrolan tidak penting ini akan terus berlanjut hingga ia sendiri yang harus mengalah.

***

Megan mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe saat tidak melihat sahabatnya, Annabeth.

"Siapa yang kau cari?" tanya Sean bingung karena posisi mereka saat ini sedang berdiri didepan pintu masuk,

"Anna," balas Megan tanpa melirik kearah Sean, lelaki ini berdecak pelan saat dirinya diabaikan oleh gadis pendek disampingnya,

"Siapa Anna?" tanya Sean lagi. Ia tidak puas mendengar jawaban pendek dari Megan,

"Diamlah, kau banyak bertanya." sungut Megan sambil berlalu dari sana meninggalkan Sean yang menatapnya kesal.

"Anna!" pekik Megan saat melihat seorang gadis tengah memainkan ponselnya,

"Meg! Astaga, kenapa kau memakai gaun? Kau terliha - siapa itu?" Anna memutuskan ucapannya saat melihat seorang lelaki mengekori Megan dari belakang,

"Lelaki sinting," ucap Megan sambil mengedikkan bahunya tidak perduli, ia mendudukan dirinya didepan Anna dan kembali menatap Sean dengan tajam,

"Perempuan butuh privasi. Pergilah atau duduk yang jauh dari meja kami,"
Megan mengusir lelaki itu dengan terang-terangan,

"Aku akan ke mobil," ucap Sean pergi dari sana dengan menekuk wajahnya menahan kesal,

"Sepertinya aku pernah melihat lelaki tampan itu," gumam Anna sambil memandang lurus kearah pintu yang baru saja dilalui Sean,

"Sean Lawrence," ucap Megan menatap lurus kearah Anna yang masih menatap kearah pintu masuk,

"CEO yang menabrakmu itu? Yang ingin kau tendang bokongnya? Ah! Jadi benar, lelaki yang kulihat di parkiran itu adalah benar-benar dia," cerocos Anna panjang lebar dengan suara yang naik satu oktaf. Megan meringis pelan saat beberapa pasang mata memandangnya dengan pandangan aneh.

"Jadi apa yang ingin kau katakan? Kenapa aku jarang melihatmu di apartemen?" lanjut Anna mengurangi intonasi suaranya,

"Aku tidak tinggal di apartemen. Maksudku, untuk sementara. Aku kehilangan kartu akses masuk apartemen," jelas Megan pelan,

"Jadi kau tinggal dimana? Apa ibumu mengetahuinya?" tanya Anna menggebu-gebu,

Megan meringis pelan sebelum membalas ucapan Anna,
"Aku tinggal di penthouse Sean dan tentu saja ibuku tidak mengetahuinya. Kau gila? Aku akan dimarahi habis-habisan jika ibu dan ayahku mengetahui ini," Megan memberenggut saat menerima fakta bahwa dirinya kini tinggal di penthouse lelaki sinting itu.

"Kau..kau apa? Tinggal di penthouse lelaki itu? Kau tinggal bersamanya? Kalian tidur bersama?" Anna tampaknya sangat terkejut mengetahui sahabatnya ini tinggal bersama dengan seorang lelaki,

"Ck. Jauhkan pikiran kotormu itu jauh-jauh. Aku tidak tinggal bersamanya, dia tinggal di mansion sementara aku di penthouse," Megan berdecak saat Anna mengatakan tinggal serumah. Megan tidak bisa membayangkan hidupnya akan lebih berantakan jika serumah dengan lelaki mesum itu.

"Kau merasakan ada yang aneh?" Anna menautkan kedua tangannya keatas dagu sambil memandangnya serius,

"Apa?" bingung Megan, ia tidak merasa ada yang aneh dari sikap Sean kepadanya. Ia hanya berpikir bahwa ini adalah salah satu tindakan manusiawi yang diperuntukan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan seperti dirinya.

"Lelaki itu tiba-tiba bersikap baik padamu. Bukankah kau mengatakan jika dia sangat sombong dan irit bicara?"

Megan mengangguk-anggukan kepalanya seakan memikirkan ucapan Anna,
"Kau benar. Akan ku telusuri,"

"Bolehkah aku datang ke penthouse mu?" tanya Anna dengan wajah memohon,

"Tentu saja. Nanti kukirim pesan untuk alamatnya, aku harus segera pergi sebelum lelaki itu menjadi banteng mengamuk," Megan terkekeh pelan saat mengucapkan ucapan terakhirnya,

"Baiklah. Hati-hati sebelum kau berakhir seperti di novel dewasa milikmu itu," Megan mendelik kesal saat Anna mengejeknya. Sial!

To be continue

Next update hari rabu

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now