***

5 AM

Bulu mata lentik Megan bergerak bersamaan dengan suara alarm ponsel yang sangat memekikan telinga. Ia menggeram pelan saat harus menjauhkan diri dari kasur empuk milik Sean ini. Kantor memang masuk pada jam 7 pagi namun ia sengaja menghidupkan alarm jam 5 pagi karena ia memang akan kembali ke penthouse untuk bersiap-siap jadi ia tidak datang terlambat.

"Rutinitas baru untuk hari yang baru," gumam Megan kemudian melenggang menuju kamar mandi.

Setelah mandi selama 15 menit, Megan siap dengan kaos hitam berlengan dan hotpants putih yang sangat pas dibadan mungilnya.

"Tidak buruk juga," ucap Megan sambil melihat dirinya dengan baju yang dibeli Sean didepan cermin. Tanpa basa-basi Megan melenggang menuju mansion lelaki yang sudah mengacaukan hidupnya.

Setelah berkendara menggunakan taksi selama 10 menit akhirnya Megan sampai disebuah rumah mewah berwarna putih dengan pagar yang lumayan tinggi.

"Ada yang bisa saya bantu,nona?" Tanya seorang penjaga berbaju hitam pada Megan,

"Ini rumah Sean?" Tanya Megan sambil memandang kearah penjaga bertubuh kekar itu.

"Ya benar ini rumah Mr. Lawrence. Anda siapa?"

"Saya Megan Sanders," balas Megan,

"Baiklah, Tuan besar sedang tidur dikamarnya. Nona masuk saja dan tanya kepada pelayan disana," ucap penjaga itu sambil menunduk hormat. Megan sempat bingung karena ia belum mengatakan tujuannya kemari atau mungkin Sean sudah mengatakan pada penjaga itu sebelumnya, entahlah.

Megan menekan bel yang berada disamping pintu besar rumah mewah ini. Pintu itupun terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya,

"Langsung kekamar Tuan besar saja, Nona" ucap pelayan itu kemudian mempersilahkan Megan masuk,

"Terima kasih bibi-"

"Louis,"

Megan tersenyum singkat,
"Terima kasih bibi Louis," Megan kemudian naik kelantai dua menuju kamar Sean. Jika kalian bertanya mengapa Megan mengetahui mansion dan kamar Sean jawabannya adalah Megan pernah menginap dimansion ini tapi dalam keadaan mabuk.

Pintu kamar Sean tidak dikunci dan pandangannya berhenti pada seseorang yang tengah bergulung didalam selimut tebal. Kaki Megan melangkah menuju kasur king size itu dan mendudukan dirinya diatas kasur. Ia mengamati wajah damai Sean, tidak ada tatapan tajam yang sering lelaki itu tunjukan yang ada hanya lelaki yang tengah tertidur seperti bayi, sangat pulas. Ia tersenyum singkat ketika melihat wajah tampan lelaki ini, bulu mata yang lentik, kulit yang semulus bayi, hidung mancung dan bibir yang sering ia rasakan akhir-akhir ini. Tangannya sangat gatal untuk menyentuh bibir tipis lelaki itu, saat ia mulai menggerakan jarinya diatas bibir Sean tiba-tiba tangannya dicekal oleh tangan besar Sean.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sean dengan suara serak khas bangun tidurnya. Megan sempat terpesona ketika lelaki itu membuka matanya namun ia menepis kuat fakta bahwa ia mulai terpesona pada lelaki arogan ini.

"Emm..itu..membangunkanmu?" Tanya Megan kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan tangan kirinya.
Sean melirik kearah jam digital disamping kasurnya dan menggeram pelan,

"Ini masih jam 5 pagi," gumam Sean kembali menutup mata tanpa melepaskan tangan kanan Megan.

"Sean, bangun!" Megan tak menyerah untuk membangunkan lelaki ini,

"Sean," Megan kemudian menepuk pelan pipi Sean namun lelaki itu bahkan tak menggerakan matanya tetapi dengan sekali hentakan Megan sudah berada dipelukan Sean dan menyelimuti seluruh badan Megan dengan selimutnya.

"Begini lebih baik," gumam Sean sambil mempererat pelukannya dipinggang Megan,

Megan terus meronta namun usaha nya sia-sia ketika tidak mendapat respon dari Sean. Megan mulai kewalahan dan membiarkan lelaki itu memeluknya namun ia menyadari satu hal, lelaki ini hanya mengenakan boxer dan merasakan sesuatu menonjol dipaha belakangnya. Karena ia juga masih mengantuk, ia pun mulai tertidur dan melupakan bahwa tujuannya kemari adalah untuk membangunkan lelaki itu.

Sean membuka matanya pelan ketika ia menyadari bahwa ia tidur tidak sendirian. Disamping ada seorang perempuan yang tertidur membelakanginya, ia tersenyum singkat kemudian membalikkan badan mungil itu dan menaruh kepala Megan didada telanjangnya. Ia kembali memeluk pinggang Megan dan tertidur kembali. Namun belum 20 menit memejamkan mata, Sean sudah membuka matanya kaget karena mendengar pekikan seseorang disampingnya,

"Jangan berteriak, aku masih mengantuk," ucap Sean kembali menutup mata namun ia kembali membuka mata ketika jari lentik milik Megan memutar keras telinganya.

"Kau bilang mengantuk, hah?! Lihat! Ini sudah jam setengah delapan!" ucap Megan memperkuat jewerannya ditelinga kanan Sean. Lelaki ini mengaduh kesakitan dan mencoba melepaskan jari-jari lentik itu dari telinganya.

"Kita tidak kekantor saja...aw aw sakit Meg," Sean terus meringis kesakitan ketika jeweran itu tidak lepas dari telinganya,

"Enak saja! Aku bagaimana? Aku hanya mahasiswi magang! Aku akan dihukum," ucap Megan berang dan melepaskan jewerannya ditelinga Sean,

"Tenang saja, kau lupa jika aku adalah seorang CEO disana," ucap Sean kemudian mendudukan dirinya menyamakan Megan.

"Ck. Kau selalu membawa jabatan dalam hal pribadi," Megan berdecak dan mulai beranjak dari kasur Sean namun tangannya ditarik paksa sehingga ia terduduk dipangkuan Sean.

Lagi.

"Terkadang jabatan memang perlu diikut sertakan dalam hal pribadi," ucap Sean dan memgecup pelan bibir Megan yang sudah sejak kapan menjadi candunya.
Megan hendak protes namun Sean kembali mengecup bibirnya bahkan lelaki itu melumat penuh gairah pada bibir Megan,

"Morning kiss," ucap Sean sambil menyengir,

"Aku bahkan tidak menyetujuinya. Singkirkan tanganmu dari pinggangku, aku mual harus berdekatan dengan lelaki mesum sepertimu," Megan berkata dengan ketus sambil menyentak kedua tangan Sean yang melingkar dipinggang rampingnya.

"Aku bahkan belum memasuki lubangmu, mengapa kau bisa hamil?" Tanya Sean sambil meraih pintu agar Megan tidak keluar dari kamarnya.

"Aku tidak akan membiarkan diriku hamil karena lelaki mesum sepertimu. Minggir!" Ketus Megan sambil membuka paksa pintu itu dan pergi dari hadapan Sean yang tengah menyeringai,

"I like this girl," gumam Sean sambil menatap pintu yang dibanting keras oleh gadis itu.

To be continue


Next update hari rabu

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now