"Kurasa ada beberapa kamar disini," sinis Megan,

"Belum dirapikan, aku tidak sempat merapikan kamar lainnya," ucap Sean sekenanya, Megan pun mengingat bahwa ia tidak melihat pelayan atau siapapun di penthouse ini.

"Aku sengaja tidak menaruh pelayan di penthouse ini. Tidak ada seorangpun yang pernah memasuki penthouse ini selain aku," ucap Sean sambil berjalan menuju kasur dan mendudukan dirinya disana,

"Maksudmu aku yang pertama memasuki penthouse mu?" Megan mengikuti Sean dan mendudukan dirinya disamping lelaki itu. Pandangan mereka kembali bertemu,

"Ya. Kau yang pertama," ucap Sean tersenyum singkat.

"Aku sangat terkesan," balas Megan sambil tersenyum simpul.

Sean memanjukan wajahnya kearah wajah Megan, Megan yang melihat itu tiba-tiba was-was,

"Apa yang kau lakukan?" Kedua tangan Megan mendorong pelan bahu Sean,

"Diamlah," gumam Sean terus memajukan wajahnya dan seketika benda kenyal dan lembut itu menyentuh bibir Megan. Awalnya hanya menempel dan tiba-tiba Sean mulai menggerakkan bibirnya tapi Megan tetap mengatupkan bibirnya kuat sehingga membuat Sean mau tidak mau menggigit pelan bibir Megan, bibir itu terbuka dan membuat Sean tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan emas. Lidahnya bermain didalam mulut Megan dan entah sejak kapan Megan sudah mengalungkan lehernya dilehernya.
Keduanya terus berciuman panas hingga Sean membaringkan badan Megan dikasur dengan dirinya yang mengukung badan mungil Megan.
Kesadaran Megan akhirnya pulih kembali dan dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Sean hingga lelaki itu terbaring disampingnya,

"Ka-kau sudah merebut ciuman ketigaku," ucap Megan gugup tanpa memandang wajah Sean yang sudah kalap ditutupi gairah,

"Sebenarnya ini yang keempat," ucap Sean santai sambil memandang kearah arlojinya,
Megan mendudukan dirinya dan memandang Sean yang tengah menutupkan matanya,

"Apa maksudmu?" tanya Megan memandang tajam kearah lelaki itu, Aku benar-benar ingin menendang kemaluannya sekarang batin Megan menahan kesal dan tentu saja ia tidak melakukan itu, ia cukup tahu diri untuk menyakiti atasan kurang ajar yang sedang berbaring disampingnya ini,

"Sudahlah, tidak penting. Anggap saja sebagai imbalan telah memberikanmu rumah," Sean pun mendudukan dirinya dan berjalan keluar kamar dengan ponsel yang bertengger ditelinga kanannya,

"Ah imbalan," ucap Megan tak habis pikir, lelaki itu selalu mencari kesempatan jika bertemu dengannya. Empat kali telah menciumku? Tapi dimana? Apa lelaki itu mencuri ciuman pertamaku saat aku tertidur? Atau apa? Batin Megan bertanya-tanya. Tapi ia tak ambil pusing karena ia cukup mengakui bahwa ciuman Sean sungguh memabukkan. Apa dia memperlakukan jalang-jalang itu seperti ini? Batinnya kembali bertanya sambil memegang bibirnya yang sedikit membengkak akibat ciuman Sean tadi.

Megan pun berdiri dan berjalan menuju kamar mandi namun terhenti ketika mengingat ia tak memiliki setelan pakaian disini. Kaki jenjangnya pun melangkah menuju walk in closet milik Sean yang menurutnya sangat besar.

"Bahkan wanginya masih tercium," gumam Megan ketika mencium aroma parfum Sean yang sangat melekat disini,

"Aku harus pakai baju apa?" Gumamnya lagi sambil memandang keseluruh ruangan yang hanya menampilkan kemeja serta jas kantor milik lelaki itu.
Ia pun berinisiatif menanyakan kepada Sean namun langkahnya terhenti ditangga ketika mendengar percakapan lelaki itu dengan seseorang dihandphone nya,

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now