3

337 85 25
                                    

Return

...

Aku mendengus sebal setelah melihat jam kecil yang melingkar dipergelangan tangan sudah menunjuk pada angka setengah tujuh. Sedangkan jarak antara rumah dan sekolah terhitung cukup jauh.

Aku kembali merengek, mengganggu waktu minum kopi Papa.

"Pah, agak cepetan dong. Takut telat."

"Sebentar, tanggung ini." Ujar Papa santai.

Aku mengerang kesal kemudian duduk dengan kasar, membuat Papa terlonjak dan hampir saja memuntahkan kembali kopi yang sudah berada dalam mulutnya.

Papa yang sudah menyadari perubahan sikapku pun mempercepat acara paginya.

"Ayo, berangkat."

...

Mobil hitam milik Papa berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Aku menghela nafas lega setelah melihat gerbang belum ditutup.

Tidak ingin terus mengulur waktu, aku pun berpamitan dan menyalami punggung tangan Papa. "Astrid berangkat."

"Hati-hati. Belajar yang benar, jangan baca wattpad terus."

Aku tersenyum kuda dan keluar dari mobil, langsung melangkah memasuki kawasan sekolah yang terlihat sudah mulai ramai. Aku meneguk ludah ngeri, rasanya agak sedikit gugup untuk menjalani hari pertama di kelas sebelas ini.

Aku memejamkan mata. "Lakukan seperti biasa, tidak perlu cemas. Semuanya akan baik-baik saja." ucapku menyemangati diri sendiri. Aku kembali membuka mata dan melanjutkan perjalananku menuju kelas. Kelas baru. Hehe.

Aku berjalan cepat di lorong kelas yang sudah mulai sepi, mataku tak kunjung berhenti melihat jarum jam semakin mendesak pada angka tujuh sampai-sampai tidak memperhatikan jalan yang akan aku lewati.

Aku sedikit terlonjak saat tubuhku kembali memantul beberapa langkah ke belakang setelah tanpa disengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah denganku.

Aku menundukkan kepala, tidak berani menatap korban dari kecerobohanku itu.

"Maaf, gak sengaja." Cicitku pelan.

Aku tidak peduli dia menerima permintaan maafku atau pun tidak, yang terpenting aku sudah meminta maaf sebagai ungkapan semua rasa bersalahku.

Sepanjang perjalanan aku kembali meruntuki kecerobohanku.

"Ceroboh banget sih. Gimana kalo dia balas dendam, culik gue, buhun terus buang tubuh gue ke sungai?!"

Oke cukup. Terlalu berlebihan.

Bibirku terus saja bergerak komat-kamit tidak jelas namun kembali mengatup setelah kakiku berhenti di tempat tujuan. Seperti yang aku lihat, namaku tercetak dengan jelas pada kertas yang menempel di daun pintu. Ini kelas baruku. 11 Ipa 2.

Dengan ragu tanganku meraih kenop pintu dan perlahan membukanya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara bising. Mataku langsung disuguhi pemandangan yang tidak seperti biasanya, aku menatap kaku mereka, wajah mereka masih terasa asing di mataku. Mereka sepertinya tidak menyadari keberadaanku, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Aku masih berada di ambang pintu, pandangan mataku menyebar mencari meja yang kosong. Harapan untuk bisa duduk di jajaran belakang harus pupus seketika setelah melihat meja tersebut sudah diisi oleh dua tas.

LOVE : MYSELF [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang