Ekonomi 28

1.1K 84 5
                                    

Bahasa Inggris.

Adalah pelajaran kedua yang kusukai setelah Geografi. Kebetulan hari ini ada jadwalnya. Bu Wida, selaku guru mata pelajaran memberikan materi berupa sebuah dialog yang cukup panjang.

"Kalau sudah ditulis dialognya, nanti kalian hafalin untuk dipraktekan di depan kelas." Kata Bu Wida. "Anggotanya dua orang, ibu yang tentukan."

"Haaahhh?" Sontak saja semuanya riuh pada protes.

"Bu kita aja yang nentuin dong!!"

"Bu, sama teman sebangku aja dong!"

"Iya bu bener!"

"Jangan bu, atur sama ibu aja. Suka rugi soalnya kalau cewek sama cewek."

Semua menoleh ke arah Dodo. Anjir banget!

Pada akhirnya, aku dipasangkan dengan Dodo. Sumpah, ini menyebalkan! Secara, di kelas ini suka pada nggak serius. Susah diatur. Kalau begini, gimana mau dapat nilai bagus?

Bukan cuma aku saja sih, beberapa temanku yang dipasangkan dengan cowok pada protes dan nggak terima. Tapi keputusan tetap keputusan, Bu Wida nggak menerima komentar apa pun.

"Heh, Dodo, awas lo kalau nggak ngapalin!" celetukku dengan kesal padanya.

"InsyaAllah, Vitaa." Ujarnya cengengesan.

Aku mendecak. "Jawabannya nggak meyakinkan gitu sih. Yang serius dong!"

"Kenapa sih Vita marah-marah mulu, lagi sensi yaa?"

"Diem, Dodo! Lo nyebelin banget sih!" Rasanya pengin ngelempar vas bunga ke mukanya yang ngeselin itu. Huh!

Kenyataannya, emang nggak ada yang bener. Bukannya menghafal, malah keluyuran, jajan, ngobrol. Ampun deh!

Bersyukur tes dialognya besok, jadi ada waktu semalam buat ngapalin. Aku kembali memperingatkan kepada Dodo agar serius dalam menghafal dialognya. "Gue nggak mau tau ya, Do. Besok kalo gue tes, lo harus udah hafal!"

"Iyee iyee. Bawel lo," tandasnya. Tapi tetap saja aku tidak yakin.

Kemudian bel istirahat kedua berbunyi. Akhirnyaa!

Istirahat kedua ini waktunya lumayan panjang. Empat puluh lima menit. Itu karena dicukupkan untuk sholat dzuhur, makan kalau bekal, jajan dan apapun lah. Kalau masih ada waktu bisa dipakai ngobrol, main handphone, dan lainnya.

Aku bersama teman-teman beranjak ke mushola, kemudian mengantri untuk wudhu. Aku paling senang kalau sudah memasuki waktu dzhuhur. Lantaran di sana, aku bisa menyaksikan sosok dia dengan wajah yang basah tersiram air wudhu. Juga punggung tegapnya kalau sedang sholat. Subhanallah.. Bikin semangat.

Kebetulan setelah selesai berwudhu dan duduk di mushola sambil menunggu adzan, aku bertemu Piqni. Aku senang. Kami mengobrol banyak. Di akhir percakapan karena adzan sudah berkumandang, Piqni bertanya.

"Vit, bisa main gitar nggak?"

"Nggak. Kenapa?"

"Aku pengin ngajak kamu gabung dalam pembuatan film pendek untuk dikirim ke kompetisi nanti."

Aku terkejut. "Film? Kok gue?"

"Soalnya setelah aku pikir-pikir, karakternya kamu banget."

"Emang gue gimana?"

"Yaa pendiam, suka baca novel, tapi suka banget sama musik. Ikut ya? Kalau soal urusan main gitar, ada kok tutornya. Entar aku chat kamu. " Piqni tersenyum sebelum berdiri untuk sholat.

Sedangkan aku masih duduk terdiam, bahkan ketika Imam sudah Takbirotul Ikhram.

Aneh. Kenapa Piqni milih gue?

Realitas Anak IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang