P R O L O G

596K 16K 133
                                    

Pagi itu Tristan berangkat ke kantornya jam 8 kurang 15 menit, ia bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan di apartemennya.

"Pagi, Pak."

"Selamat pagi, Pak Tristan."

Dan beberapa sapaan semacamnya sudah sering Tristan dengar setiap kali ia memasuki gedung perkantoran ini. Ardinata Group. Perusahaan yang bergerak dibidang property ini termasuk perusahaan yang cukup besar di Indonesia.

"Pagi, Pak Tristan," sapa sopan Raya, sekretaris Tristan. Cantik, modis, pintar, anggun, sopan, cukup menjadi perhitungan sebagai istri idaman, tapi tidak untuk Tristan.

Tristan sukanya sama wanita yang, cantik, modis, dan ... sexy.

"Pagi," Tristan menganggukan kepalanya kepada Raya, dan langsung masuk ke dalam ruangan yang ada tulisan Chief Executive Officer  yang menggantung di pintunya.

Tristan baru duduk sekitar 5 menit, namun pintu ruangannya sudah diketuk. Raya, pikir Tristan yakin.

"Masuk," dan benar, kepala Raya menyembul di balik pintu."Ada apa, Ya?" tanya Tristan.

Tristan memang bukan Chief Executive Officer   yang memiliki tatapan dingin, tajam, dan mematikan, dia juga tidak angkuh seperti Chief Executive Officer   dikebanyakan novel romansa. Dia cukup ramah dan bersahabat, tapi karena sikap bersahabatnya itu ia mendapat julukan playboy karena terlalu ramah dengan semua wanita.

"Saya mau bacain jadwal bapak hari ini," Raya menatap Tristan, dan melihat bosnya menatapnya dengan penuh perhatian. "Jam sepuluh nanti bapak ada rapat dengan para pemegang saham, lalu jam tiga sore nanti bapak ada rapat dengan Dosen pemilik Universitas Jaya Sakti yang gedungnya mau ditambah itu loh," jelas Raya terlalu detail, membuat Tristan terkekeh geli.

"Iya-iya, saya inget kok, ada lagi?" tanya Tristan.

"Ada, pak. Jam enam sore nanti, Ibu Karin minta bapak buat menjemput Mba Luna di kampusnya, terus makan malam bersama di rumah orangtua Pak Tristan jam 7 malam," jelas Raya lagi.

"Heh?" kedua alis Tristan hampir menyatu. "Tumben Luna minta dijemput, biasanya selalu menolak," kata Tristan pada dirinya sendiri, sambil tersenyum kecil.

"Eh? Itu pak ... Itu bukan Mba Luna yang minta untuk dijemput, tapi Ibu Karin yang menyuruh," lagi, Luna menjelaskan.

Tristan mengernyit bingung. "Mama?" katanya pelan, lagi-lagi untuk dirinya sendiri. Dan lagi-lagi Raya mendengar, "Iya, pak, Ibu yang nyuruh," Raya tidak sadar kalau bosnya sedang berbicara pada dirinya sendiri.

"Oke, kamu boleh keluar," usir Tristan secara halus.

=====

Hai, ini cerita pertamaku yang ada unsur pernikahannya loh. Heheheh, aku cuma nyoba-byoba aja kok.... Vote and comment ya! :D

Bitter-Sweet Wedding ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang