BAB 8. HUKUMAN // TANTE?

4.1K 128 25
                                    

Jangan lupa untuk melakukan :
Tekan sebelum membaca
Tekan 💬 setelah membaca

Happy Reading!

Reva memakan sarapannya dalam diam. Sekarang di meja makan hanya ada dia, Nata dan mamanya. Ada lima kursi di meja makan tapi hanya tiga kursi yang di duduki sedangkan yang duanya lagi kosong.

"Ma, Reva berangkat." pamitnya setelah mencium tangan mamanya.

"Habisin dulu susunya, sayang,"

"Nggak Ma, Reva udah telat. Bye Ma, kak." Reva segera berlari kecil keluar rumah dan menaiki gojek yang telah ia pesan.

Kakak dan mamanya mengangguk mengizinkan. Keluarga Marchell adalah keluarga pendiri perusahaan MC Corp yang di Direkturi oleh papa Reva yaitu Marchell Maxwel.

Setelah hampir tujuh menit akhirnya gojek yang Reva naiki tiba tepat di gerbang sekolah yang hampir tertutup oleh pak Karib, satpam.

"Eh, eh, tunggu pak!" teriak Reva berlari memasuki gerbang sekolah yang sedang di tutup oleh satpam, Pak Durip.

"Eh, neng Reva, tumben agak cepetan biasanya 'kan jam tujuh lewat dua belas." kata pak Durib menggeleng-geleng setelah melihat Reva yang sudah berhenti berlari memasuki gerbang yang akan ia tutup dengan napas terengah-engah.

"Kucing saya lagi gak manja, jadi saya dateng cepetan." Reva menjawab asal dan ingin berlari ke lapangan.

"Eh, neng! Ongkosnya neng!" teriakan gojek yang di pesan Reva membuat cewek itu langsung menepuk jidatnya.

"Astaga! Kok gue bisa lupa!" Reva berseru dengan menepuk dahinya pelan. Dia langsung berbalik lagi ke gerbang dan mengeluarkan uang sepuluh ribu dari saku roknya dan memberikan ke gojek itu.

"Maaf ya pak, saya lupa tadi soalnya panik takut terlambat, hehe..."

Gojek itu hanya mengangguk memaklumi perkataan cewek itu seraya menerima ongkos. Setelah gojek itu menerima ongkosnya, Reva segera berlari kearah lapangan upacara yang berada di tengah-tengah sekolah.

Setelah berlari dari gerbang ke lapangan yang jaraknya sangat jauh karena harus melewati lapangan basket dan lapangan voli yang luas. Membuat jantung cewek itu seperti akan meledak dan napasnya menjadi tersenggal-senggal.

Tapi saat akan bergabung ke bagian barisan kelasnya tiba-tiba saja ada yang menarik tas belakangnya dengan kuat. Membuat langkah kakinya terhenti ditempat dan terseret ke belakang.

"Eh, eh gue mau ke barisan woy!" Reva meronta dan berusaha melepas tarikan itu tapi tenaganya seperti hilang dan tergantikan oleh rasa lelah, mungkin akibat dari lari marathon dadakannya barusan.

Dia ditarik sampai ke tengah lapangan upacara lebih tepatnya di bawah tiang bendera. Reva menatap sekeliling lapangan dan ternyata semua siswa-siswi SMA Cahaya Pelita yang sudah berbaris rapi mengarahkan tatapan mereka kearahnya.

Dia menoleh ke belakang ingin mengetahui siapa orang yang berani menyeretnya kesini. Saat kepalanya tertoleh ia mendapati tatapan tajam dari salah satu guru. Bayu Aresya, pemuda 21 tahun yang baru mengajar mata pelajaran olahraga seminggu yang lalu menggantikan pak Geri yang sudah pensiun.

Reva kembali meluruskan kepalanya ke depan lalu melirik ke sampingnya ternyata ada barisan murid terlambat dan Reva salah satunya.

"Reva, sudah berapa kali saya kasih tau kamu, agar kamu tidak terlambat?" suara pak Sanib terdengar mengintimidasi. Reva menoleh ke barisan guru dan menatap guru BK itu seraya berpikir.

"Tujuh kali pak, tambah ini delapan, kalo gak salah." Reva memasang ekspresi santai saat mengatakan itu. Di akhir kalimatnya dia juga mengedikkan bahu acuh.

Bad Girl vs Bad BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora