xi.

7.7K 1.8K 976
                                    

Hai hai! I'm back!

Makasih buat 10k readers-nya! Sebentar lagi cerita ini tamat kok. Akupun gak kuat bikin cerita yang berat-berat. 😂

Oh iya, sebelumnya aku mau nanya. Kalian jawab jujur, ya?

Akhir-akhir ini lagi marak cerita wattpad di up ke base di Twitter. Otomatis ada netizen yang berkomentar baik atau buruk. Dan komentar buruknya itu ... gosh. Kalian tahu sendiri kan ya gimana netizen kalau udah disrespect.

Jujur aja, aku takut kalau suatu hari ceritaku ini bikin orang lain tersinggung yang berujung jadi bahan bully-an netizen. Menulis berarti banyak buatku. Tapi aku gak pengen lewat tulisanku ada orang lain yang "panas".

Aku mau nanya, tolong jawab jujur ya, apa selama kalian baca cerita ini kalian pernah tersinggung sama tulisanku? Misalnya cara pembunuhannya yang sadis banget (ditendang keluar pesawat), dll.

Atau mungkin aku berlebihan
dalam nulis cerita ini?



Gapapa, bilang aja! 😁 semisalnya ada yang benar-benar tersinggung, aku bakal pertimbangin buat revisi ulang cerita ini.


Udah. Maaf panjang. Happy reading!

 Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Brak!

Hosh hosh.

Jeno mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia langsung lari menuju pintu di sayap kiri tak lama setelah memikirkan kemungkinan terburuk tadi. Sekarang dia bukan lagi mengatur napasnya, tapi mengatur debar jantungnya. Pupilnya melebar. Pintu di sayap kiri benar-benar terbuka.

Wushhh.

Hembusan kencang angin malam menyapu permukaan kulit laki-laki bermarga Lee itu. Ia berjalan mendekat. Jeno berpegangan pada pinggiran pintu lalu memajukan sedikit tubuhnya ke depan. Ia menatap daratan di bawah sana dengan ekspresi ngeri.

Grep.

Tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang. "Ngapain lo?"

Jeno terlonjak kaget. Ia bisa saja tergelincir dan jatuh ke bawah sana seandainya tadi dia lupa berpegangan pada pinggiran pintu. Jeno berbalik lalu menghela napas lega begitu melihat siapa yang barusan menepuk pundaknya. Jinyoung.

"Gue pikir siapa." Air wajah Jeno menyiratkan kelegaan. Ia menghempaskan punggungnya ke dinding kabin.

"Lo ngapain disini?" tanya Jinyoung clueless. Telunjuknya mengarah ke pintu. "Terus pintunya kenapa kebuka?"

Missing 13 ✈️ ㅡ 00 line ✔Where stories live. Discover now