Chapter 9

16 2 0
                                    

Suasana kelas yang panas membuat siapapun enggan mengikuti pelajaran. Banyak dari mereka  sibuk berkipas untuk sekedar menghalau hawa neraka dunia yang begitu menyengat. Hanya Ekania yang cukup tenang mengatasi hal ini. Dia tetap duduk tegap, meski peluh menetes dari dahinya yang tinggi.

Pemandangan sexy ini mengusik mata siapa saja yang melihatnya, kecuali Ingga. Lelaki itu sibuk memainkan pena otomatis yang berbunyi "klik" ketika di pencet secara terus menerus dengan gerakan yang cepat.

PLETAK!!!

Tiba-tiba Dwinka melemparkan tip-ex nya tepat mendarat di kepala Ingga sampai lelaki itu hampir terjatuh dari kursinya.

"Dwinka!" 

Ingga bangkit dan mengagetkan semuanya.

"Ada apa Ingga?'' Tanya pak Doko, guru yang sedang mengajar. "Dwinka ngelemparin saya tip-ex pak." Ingga mengangkat barang bukti. Gadis itu hanya menaikkan satu kakinya kemudian menimpa kaki lainya dan memalingkan wajah.

"Dwinka kedepan!" Perintah pak Doko.

PLETAK!

Ingga membalas perbuatan Dwinka. Mendapat serangan tiba-tiba, Dwinka sedikit memutar kepalanya sambil menatap tajam ke arah Ingga. Sementara lelaki itu tersenyum puas dapat memberikan pembalasan.

"Hyaaaaa!!!!!"

 Dwinka kemudian menyerang Ingga. Kehebohan di kelas  terjadi tiba-tiba tanpa ada yang mengomando, perkelahian mereka di siang hari yang panas itu berlangsung seru.

"Kalian ini apa-apaan. Sudah tau hari panas, malah di bikin semakin panas!" Pak Doko melerai perkelahian antara Ingga dan Dwinka. 

"Pst....,Ekania." Bisik Maya, kemudian Ekania melepas earphone portabel yang tertutup rambut panjangnya lalu melihat Maya.

"Apa?"

"Lihat tuh!" Tunjuk Maya, mengarahkan jari telunjuknya kepada Ingga dan Dwinka. Ekania melihat sekilas kemudian berbalik melihat Maya kembali. "Ada pak Doko, terus Ingga sama Dwinka di sana, emang kenapa?" tanya Ekania.

Maya memasang ekspresi datar, "apa yang sebenarnya gadis ini fikirkan. jelas-jelas Ingga sama saudarinya berantem, masih bisa nanya emang kenapa?!" Batin Maya.

"Maya?'' Ekania memanggil nama gadis itu sekali lagi.

Maya menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan, "Ekania, barusan Ingga sama Dwinka berantem. B-E-R-A-N-T-E-M"

"Oh..."

Ekania  kembali ke posisi duduknya semula dan memasang  kembali earphone di telinganya. Maya yang mendapat balasan oh dari Ekania kemudian menyunggingkan senyumnya melebihi senyum pepsoden sambil menatap gadis itu geram.

Sementara itu......

Seusai jam pelajaran berakhir, Ingga dan Dwinka di giring menuju ruang kesiswaan. Mereka seperti ibu-ibu komplek yang habis berkelahi. Rambut yang acak-acakan, kerah baju yang compang sana sini, bahkan lengan segaragam Ingga hampir lepas di tarik Dwinka.

Keduanya berjalan berdampingan layaknya pengantin yang di arak. Tiap mata memandang sambil menahan tawa. Setibanya di ruang kesiswaan tidak ada satupun di antara mereka yang ingin masuk terlebih dahulu.

"Kamu duluan." Tukas Ingga sambil menyenggol Dwinka.

"Enak aja,  kamu!" Dwinka membalas senggolan Ingga lebih keras.

"Lady first!" Ingga membalas, kali ini ia menyenggol Dwinka dengan tenaga lelaki, ia tidak menganggap Dwinka sebagai seorang gadis.

"Laki-laki imam!" Dwinka balik menyenggol.

Mereka terlibat baku senggol selama beberapa saat sampai akhirnya pintu ruangan kesiswaan terbuka sendiri.

"Kalian berdua! Cepat masuk!!!" Perintah seseorang yang tengah duduk di dalam. Ingga dan Dwinka buru-buru masuk.

"Ingga, salah satu murid teladan di sekolah ini. Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu jadi brutal, tidak seperti dirimu!" Bentak pak Suwono, waka kesiswaan. Dwinka menahan tawa sambil melirik jijik ke arah Ingga.

"Gadis di sebelah saya ini pak, dia lemparin saya tip-ex mendadak." Tukas Ingga sembari menunjuk ke arah samping, di mana Dwinka duduk.

"Dia berisik banget pak. Hari panas malah mainin pena, siapa yang gak kesel!" Dwinka memberikan pembelaan.

"Tapi dia yang nyerang saya pak!" Ingga tidak mau kalah.

"Kalau saya gak di lempar balik gak mungkin nyerang pak!" Dwinka berusaha menguatkan posisinya.

"Ga ada asap kalau gak ada api pak! Dia yang mulai duluan!" Ingga menunjuk-nunjuk Dwinka.

"Eh, kamu tuh yang jadi apinya. Mainin pena, berisik tau."

"Tapi kamu yang jadi pemicunya!"

Brakkk!!!

"Kalian berdua! Sepulang sekolah sapu halaman sampai bersih!" Bentak Pak Suwono memberikan hukuman, sebelum pertengkaran antara Ingga dan Dwinka melebar kemana-mana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two SideWhere stories live. Discover now