Chapter 2

56 9 1
                                    


  "Haahha...Gila banget tau gak sih kejadian semalam!" Tawa Toto pecah. Lelaki itu mengacak-acak rambut Ren sambil terus tertawa. Ingga tersenyum simpul, ia terus saja memainkan ponselnya. 

"Ingga, apa yang bakal kita lakuin selanjutnya?" Tanya Ren. 

"Kita lihat saja nanti, sehabis liburan." Jawab lelaki yang masih fokus menatap layar ponselnya. 

"Bro, hari ini aku ada janji kencan!" Ingga segera mengambil jeket kulitnya dan merapikan diri di depan cermin. 

"Tau Naomi kan? Malam ini kami berdua buka puasa bersama." Lanjut Ingga kemudian setelah ia selesai merapikan rambutnya. 

"Naomi model majalah itu kan? Yaampun gimana ceritanya, bukannya dia udah punya pacar?" Gilang angkat bicara. "Yep. Betul betul!" Ren menambahkan. 

"Apa sih yang gak bisa seorang Ingga lakukan?!" Ingga tersenyum penuh kesombongan. Kemudian ia pergi meninggalkan teman- temannya, menuju salah satu cafe ternama. 

*** 

Di seberang jalan, tepat di mana cafe yang akan di datangi Ingga, terdapat sebuah toko yang menjual peralatan musik dan kaset-kaset klasik. Ekania berada di dalamnya. Gadis itu sedang asik memilah- milah kaset klasik yang akan ia beli. Sambil mendengarkan lagu- lagu yang ia dengar di toko, sesekali ia bersenandung. Kecantikannya mengundang perhatian siapapun yang berada di dalam sana. Meski begitu Ekania tak ambil pusing kepada orang- orang yang memperhatikannya. 

Ingga telah sampai di cafe tempat ia akan bertemu dengan Naomi. Dengan mantap ia melangkah masuk sambil melemparkan senyuman nakal kepada siapapun gadis yang ia lihat. Ingga akhirnya menangkap sosok Naomi yang tengah duduk bersama pacarnya di pojokkan. Terlihat jelas keduanya saling tersenyum seolah tak terdapat masalah apapun. 

"Malam ini juga, aku akan membuat gadis itu duduk berdua bersamaku." Ingga mengirim pesan laporan kepada teman-temannya. 

"Wait? Jadi yang tadi kau bilang ada janji sama Naomi buat kencan itu bohong?" Pesan balasan segera masuk ke dalam ponsel Ingga. 

"Gak bohong kok. Cuman belum tanpa persetujuan aja dari Naominya." Ingga mengirim pesan kembali sambil cekikikan.

"Ini gila!" Itulah pesan terakhir yang masuk ke dalam ponsel Ingga sebelum ia melancarkan aksinya.

 Masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi untuk berbuka puasa. Ingga mengambil tempat tepat di seberang bangku Naomi, kini mereka saling berhadapan meski tidak di satu meja yang sama. Langkah pertama, lelaki itu mulai memperhatikan Naomi hingga gadis itu merasa bahwa dirinya sedang di perhatikan. Setelah berhasil mencuri perhatian Naomi dengan senyuman, Ingga mulai melakukan langkah berikutnya. Ingga memanggil pelayan yang sebelumnya telah ia bayar untuk menumpahkan makanan berkuah tepat mengenai pacar Naomi agar ia pergi dari tempat itu untuk membersihkan bajunya. 

1...2...3... 

"Mas! Kalau jalan lihat-lihat dong!" Lelaki yang duduk bersama Naomi itu berdiri dari kursinya dan memarahi pelayan yang menumpahkan saus di baju putihnya. Dengan kesal, lelaki itu segera pergi menuju toilet. 

Ingga semakin leluasa memainkan permainnya. Tak berapa lama setelah lelaki itu pergi, Ingga duduk tepat di depan Naomi. Gadis itu tersenyum, begitu pula Ingga. 

"Hai." Ingga memulai percakapan. 

"Hai juga. Ingga? Sendirian aja ke sini?" Tanya Naomi. 

"Tadinya sih ia, tapi sekarang tidak. kan ada kamu." Goda Ingga. Naomi tersenyum. 

 "Eh Naomi, minggu lalu kamu pemotretan buat sampul tabloid sekolah ya? Keren tau." Ingga membuka topik. 

 "Masa sih?" Ungkap gadis itu antusias. 

Two SideWhere stories live. Discover now