Chapter 3

33 9 5
                                    

Di balik kaca jendela besar sebuah rumah bergaya eropa, seorang gadis tengah berbaring sambil membaca majalah. Terkadang ia mengganti-ganti posisi duduk,telungkup, dan telentang. Sesekali ia mengamati jam yang terpajang di salah satu dinding kamarnya yang bernuansa peach.

Ting!

Bunyi handphone gadis itu membuatnya terbangun dan meninggalkan majalahnya. Pesan dari Rava baru saja masuk. Gadis itu mendengus.

Ekania, aku ada di depan rumahmu. Kita perlu bicara! 

Mendapat pesan singkat dari Rava, Ekania segera turun dari kasurnya kemudian berjalan menuju jendela kamarnya yang tertutup tirai. Saat gadis itu menyibak tirai, tampak Rava dengan CBR nya telah menunggu di depan pagar. Ekania kemudian membalas pesan Rava.

Wait..

Sesampainya di depan pagar, Ekania hanya diam tanpa membukakan  pagar besar rumahnya. Ekspresi datarnya membuat Rava sedikit canggung. Lelaki itu tersenyum tipis sambil sesekali menggaruk kepalanya.

"Ngapain ke sini?" Tanya Ekania datar.

"Gini loh!"

Saat Rava ingin membuka suara, Ekania mengangkat tangannya, meminta lelaki itu untuk diam sejenak. Kemudian ia membuka pagar rumahnya.

"Oke, kamu mau jelasin apa ke aku?"

"Kita gak bisa ngomong di sini!"

Grap!

Rava menarik tangan Ekania dan membawanya pergi. Gadis itu kaget bukan kepalang saat motor CBR Rava melaju kencang. Ia memeluk erat pinggang Rava dan bersandar di punggungnya. Sontak Rava kaget saat sesuatu yang hangat mencengkram tubuhnya.

"E...Ekania?" Rava membuka suara. "Aku dingin. Plis jangan laju-laju." Pinta Ekania.

Rava menghentikan motornya di tepi jalan. kemudian ia turun dari motornya, sementara Ekania masih duduk di atas jok motor. "Maaf ya.." Rava melepaskan jaket kemudian memasangkannya pada tubuh Ekania.  Sambil tersenyum ia melanjutkan kata-katanya. "Tadi pelukkanmu itu.."

"Merasa terganggu ya? Maaf loh, aku bukan lelaki jadinya kamu risih." Ekania memotong kata-kata yang akan keluar dari Rava. Mood lelaki itu rusak seketika karena merasa Ekania masih berfikir bahwa ia bukanlah lelaki normal.

"Kamu mendadak gini sih! Aku jadinya gak bisa ganti baju." Omel Ekania. Rava tidak ingin menanggapi omelan Ekania. Tampaknya lelaki itu masih terpukul dengan kata-kata yang keluar dari gadis itu.

"Hari udah sore, gimana kalau kita buka sama-sama? Aku mau menjelaskan sesuatu." Rava kali ini berbicara dengan nada yang serius. "Oke asal kamu yang bayarin.  Aku lagi gak bawa duit." Jawab Ekania singkat. 

" Kita mau kemana?" Tanya Ekania.

"Gimana kalau..." Belum sempat Rava melanjutkan kata-kata, Ekania memotongnya.

"Kita ke garden cafe aja ya."

"Oke."

Rava menahan kekesalannya, kemudian ia menarik gas motornya dan melesap kencang menuju tempat yang di pinta oleh Ekania. Hampir setengah perjalanan, tiba-tiba Ekania memukul pundak Rava perlahan.

"Ya ekania?" Tanya Rava.

"Aku baru ingat nih! Seharusnya kita ke bookstore cafe! Ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan di sana!" Terang Ekania. Rava menghela nafas panjang. Pasalnya tempat itu berbanding terbalik dari tujuan semula. Otomatis ia harus memutar balik motornya. Dengan penuh kesabaran, Rava mendengarkan ucapan Ekania.

Two SideWhere stories live. Discover now