Part 47

472 55 7
                                    

Hari-hari terus berlalu. Naomi sudah sembuh dari sakitnya dan mulai kembali bersekolah. Naomi bertekad untuk mengejar ketertinggalannya dalam pelajaran. Apalagi ujian kenaikan kelas sudah dekat. Dirinya tak bisa bersantai-santai.

Tapi karena kakinya masih dalam tahap penyembuhan, Naomi berjalan dengan timpang. Bahkan agak sulit baginya untuk berdiri terlalu lama karena sangat sakit rasanya saat kakinya menapak tanah. Tapi Naomi tidak ingin ke sekolah dengan memakai tongkat walaupun Sinka sudah memintanya.

Akhirnya Sinka mengalah dan berpesan pada Naomi agar jangan terlalu memaksakan diri. Naomi mengangguk paham. Disinilah dia sekarang. Sedang berjalan dengan kepayahan menuju kelasnya. Seisi sekolah bukannya menolong tapi malah mengejeknya.

"Rasain tuh. Sok sih."

"Lebih bagus kalau dia gak usah sekolah lagi aja."

"Cara mainnya curang sih, Gak ada bagus-bagusnya."

Naomi menunduk mendengar semua ejekan yang dialamatkan padanya. Walaupun dia sudah membawa harum nama sekolah dengan membawa klub basket juara seprovinsi, tapi tetap saja dia dibully. Bahkan lebih parah dari itu.

Tiba-tiba suara ejekan berhenti. Naomi menoleh dan mendapati Keenan berdiri disebelahnya. Tatapan matanya sangat tajam menatap mereka yang mengejek Naomi. Dalam hati Naomi berterima kasih pada Keenan. Keenan menoleh dan menatapnya sambil tersenyum.

"Gue anter loe aja ya. Gue kasihan lihat loe diejek mereka." Tawar Keenan.

"Gak usah. Takut ngerepotin." Tolak Naomi halus.

"Ah gak kok. Ayo biar gue bantu." Ujar Keenan lalu membimbing Naomi berjalan.

"Iya deh. Terima kasih ya Nan."

"Santai aja lah sama gue."

Akhirnya Keenan membimbing Naomi berjalan. Saat mereka berjalan itulah, mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh siswa. Bagaimana tidak? Keenan termasuk murid popular selain Vernando. Bahkan dia dikenal ramah dan humoris.

Sangat sulit bagi mereka mendekati Keenan. Bahkan Kakak kelas pun tak bisa mendekati Keenan. Tapi kini anak baru tampak mudah mendekati Keenan dan akrab dengannya. Dan itu pun memancing amarah dihati para murid perempuan. Terutama yang pernah mendekati Keenan.

Tak berapa lama berjalan, mereka berdua sampai dikelas Naomi. Naomi berbalik menatap Keenan yang masih menatapnya sambil tersenyum.

"Makasih ya Nan. Maaf aku jadi ngerepotin." Ujar Naomi tak enak hati.

"Ah nyantai aja sih. Ya udah gue cabut ya. Udah mau bel nih." Kata Keenan.

"Iya Nan. Terima kasih ya sekali lagi."

Keenan mengacungkan jempolnya lalu pergi menuju kelasnya yang tak jauh dari kelas Naomi. Tanpa mereka berdua sadari, Vernando sejak tadi menatap mereka dengan wajah datar. Seakan tak suka melihat kedekatan Naomi dan Keenan.

Ingin rasanya dia marah. Tapi untuk apa? Dan yang lebih penting apa haknya untuk marah? Apakah Veranando kekasih Naomi? Apa dirinya sudah resmi menyatakan perasaannya pada Naomi? Tidak. Vernando tak memiliki hak untuk melakukannya.

Dirinya bukan kekasih Naomi. Bahkan sering Vernando hanya menatap Naomi dengan pandangan datar dan dingin padanya. Yang lebih parah adalah pernah Vernando langsung meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaan dari Naomi sama sekali.

Vernando menghela nafasnya. Apakah sudah terlambat untuk aku menyatakan perasaanku sama dia? Batin Vernando.

TENGGG TENGGG TENGGG

Suara bel masuk terdengar dan membuyarkan lamunan Vernando. Semua murid yang masih ada diluar mulai masuk ke kelas untuk bersiap mengikuti pelajaran pertama. Vernando pun melangkah masuk dan langsung duduk dikursinya.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang