Theory 1

127K 9.3K 329
                                    

Hai lagi 😊
Buat yang nggak biasa ngomong atau denger ucapan kasar, cerita ini bukan buat kalian. Sebelum aku di demo, aku bilang duluan.

Kayak Cumi yg isinya separo curhat soal kerjaanku. Cerita ini juga sama. Bakal banyak kata-kata kasar ala tim kerjaku yang aku adaptasi ke cerita ini.

Yaudahlah segitu aja basa basi busuknya.

Enjoy 💃

~~oo0oo~~

Seorang gadis berlari di tengah keramaian pengunjung sebuah pusat perbelanjaan. Dia nggak terlalu peduli tubuh kecilnya beberapa kali bertabrakan dengan beberapa orang. Umpatan dia dengar silih berganti, tapi sayang, bahkan hanya untuk sekedar maaf yang berbasa-basi dia nggak sempat berhenti.

HT, Handy Talkie yang dia bawa di pinggang kanannya terus berbunyi. Bukan tidak mau menggubris seruan marah orang-orang-yang bahkan dia belum hafal suaranya, di seberang sana, hanya menurutnya, itu akan lebih membuang waktu.

Saat ponsel di saku belakang celananya berbunyi, dia mengambil langkah lebih cepat, secepat yang dia bisa. Dengan tinggi badan standar perempuan Indonesia, yang nggak sampai 160 senti, napasnya benar-benar dibuat ngos-ngosan saat harus berlari seperti itu.

"Cepat, cepat, cepat!" sugesti untuk dirinya sendiri.

Bayang-bayang kegagalan di acara pertamanya lebih menyeramkan dari pada risiko cedera kaki yang mungkin akan dia alami setelah dia berlari dari sisi terujung mal, tempat kantornya berada, ke area lobi mal yang sudah diblokade untuk sebuah perhelatan peluncuran tipe mobil terbaru dari merek mobil murah yang paling terkenal saat ini.

Rambut kuncir kudanya behenti bergoyang, saat dia berhenti berlari dan matanya menyapu sekitar panggung perhelatan, di atas panggung sudah ada host yang juga terlihat berkeringat, bukan karena suhu udara, tapi dia juga terkena serangan panik saat mendengar suara ribut dari earpeace yang terpasang di telinganya.

"Pak Andy!" Gadis itu berseru keras memanggil atasannya, saat menemukan pria berseragam hitam khas timnya, berjalan di belakang panggung, ke arah yang berlawanan dengan dirinya.

"Pak bos!" Biar sudah berteriak, suara gadis itu tidak terdengar sedikit pun, terlalu bising, backsound dan cuap-cuap host panik yang berbasa-basi mengulur acara, membuat gadis itu harus berlari lagi ke dalam mal menyusul atasannya yang juga berjalan cepat hampir berlari.

"Bos tunggu!"

Gadis itu menggunakan sisa tenaga yang dia punya untuk berlari lebih cepat, dengan manuver yang asal, dia memotong jalan atasannya dan tindakkannya itu hampir membuatnya jatuh tertabrak jika atasannya tidak sigap behenti dan memegang bahunya.

"Nih, nih. Ketemu flashdisknya."

Sebuah flasdisk berwarna hitam dengan stiker bertuliskan 'AP TEAM', dia acungkan di depan wajah asisten manajernya. Terkesan kurang ajar, tapi toh bukan makian yang dia dapat, senyum atasannya terbit, dengan tepukan di pundaknya beberapa kali, layaknya seorang ayah yang bangga dengan prestasi putrinya.

Saat Andy-asisten manajernya, mengambil alih flashdisk di tangannya dan balik badan menuju area acara, gadis itu tidak lagi peduli di mana dia berada, dia segera menyingkir dari koridor, duduk asal di depan sebuah toko underware.

Tugasnya belum selesai. Dia hanya ingin meluruskan kaki sebentar, selonjoran.

"Begini banget sih nyari duit." Keluhnya sambil memijat kaki.

~o0o~

"Ayo, semua bilang apa?"

"Makasih Oci!"

The Slimfit TheoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang