PUISI : Untuk Kamu, Lelakiku Dulu

8.3K 226 5
                                    

Nyatanya, datangmu hanya untuk pergi.
Untuk menyadarkanku bahwa kamu bukan untukku.
Goresan hati semakin melara.
Rasaku seolah kian mati.
Obat hati tak pernah ada,
Haruskah aku melepas?
Oh, percayalah ini begitu meluka.

Di saat aku terlanjur jatuh,
Waktu berputar tanpa ampun
Ini akhir dari semuanya.

Seandainya aku memiliki kesempatan.
Untuk sekedar memperjuangkan.
Sayangnya itu bagai mimpi semu.
Atau andai aku memiliki keberanian untuk ungkapkan.
Namun, aku hanya bertahan sebagai sosok pengagum rahasia.
Tapi, semuanya sudah berakhir.
Orang itu pemenang dari cerita ini.

____

Salatiga, 6 September 2017
Dari aku yang bukan siapa-siapa.

.

.

.

(REVISI)

.

.

.

Nyatanya, datangmu hanya untuk pergi.
Untuk menyadarkanku jika kamu bukan untukku.
Goresan hati semakin melara.
Rasaku seolah kian mati.
Obat hati telah lama kucari.
Hanya tawamu--yang mampu mengobati.
Oh Tuhan, bagaimana aku mampu melepaskan?

Di saat aku terlanjur jatuh,
Waktu memaksamu untuk menjauh.
Inikah akhir dari semuanya?

Seandainya kita tak sekedar rahasia,
Untuk tertawa apakah aku bisa seriang dia?
Seandainya kau bukan ilusi,
Akankah aku sesakit ini?
Namun, kau memilih menjadi bayang yang fana.
Terimakasih pernah menjadi milikku.
Orang lain mungkin tak tahu, tetapi semesta tetap saksi bisu kisah cinta kita.

____

Salatiga, 13 Agustus 2k20

Golden Hour ; No Good in Goodbye ✔Where stories live. Discover now