Part 4

917 97 11
                                    

Chanyeol POV

"Jiyeon-ah!"

Aku segera menangkap tubuhnya yang hampir terjatuh dari tangga tanpa peduli lagi dengan target yang semakin jauh dari kami.

"Cepat turun! Mengapa kau mengikutiku?!" ujarnya sambil meringis dan memegang perut sebelah kanannya. Itu pasti bekas luka tembak waktu itu. Bajingan target itu! Ini karena di kabur lewat tangga!

Mataku menangkap beberapa bayangan dari bawah. Sial, bajingan itu sudah memanggil temannya. Ini salahku karena datang terlambat di misi kali ini. Aku segera menggendong Jiyeon dengan hati-hati. Tentu saja dia langsung berontak.

"Ya! Turunkan aku!"

"Mereka mengejar dari bawah. Kita harus masuk ke dalam gedung kalau tak mau mati," bisikku pelan di telinganya.

"Aku sudah tahu itu, bodoh. Mana ada anggota teroris yang memilih kabur ke atas kecuali dia mau bunuh diri. Karena kelihatannya dia masih ingin hidup, berarti kemungkinan lainnya dia memanggil teman. Karena itu kusuruh kau untuk tidak mengikutiku dan mengatasi yang bawah. Tapi sepertinya kau tak mengerti."

Ah, jadi itu maksudnya menyuruhku untuk "atasi di bawah" tadi?

"Mian!"

"Cepat masuk pintu lantai terdekat, mereka pasti berencana membuat kita terperangkap. Jadi jalan satu-satunya di keadaan seperti ini adalah sembunyi dan menunggu bantuan!"

Aku langsung menurut dan masuk ke gedung tua usang yang sudah terlantarkan sejak tiga tahun lalu itu. Ini resiko bekerja sebagai intelejen, harus menunggu bantuan karena hanya dalam kelompok kecil. Kalau di kepolisian, pasti mengepung bersama. Setelah menemukan tempat yang kira-kira aman dengan petunjuk dari Jiyeon, aku menurunkan Jiyeon dan duduk di sampingnya.

"Gwaenchanha?"

"Tenang saja, ini bukan apa-apa."

Dia bilang begitu, tapi wajahnya seakan menahan rasa sakit.

"Cepat atau lambat mereka akan menemukan kita," ujarnya lirih.

Aku tersenyum. Sebenarnya ini membahayakan, tapi aku harus melakukannya. Lebih baik salah satu dari kami selamat daripada tidak ada yang selamat sama sekali. Dan salah satu yang harus selamat adalah Jiyeon.

"Tidak akan. Kau tenang saja."

I would hold you in my arms

I would take the pain away

Thank you for all you've done

Forgive all your mistakes

***

Author POV

"Aku akan menarik perhatian mereka, sementara itu kau tetap di sini untuk menunggu bantuan. Percuma saja kalau cuman menunggu untuk ditemukan."

"Biar aku saja. Kau yang tetap di sini."

"Jangan memaksa. Jelas-jelas kau tak bisa bergerak."

Jiyeon menatap Park Chanyeol lekat-lekat.

"Kenapa kau seperti ini?"

"Hm?"

"Kenapa mau terus mencoba untuk mendekatiku? Kenapa kau mau berteman denganku? Kenapa kau mau menolongku? Kenapa kau mau berkorban untukku?"

Chanyeol terdiam sebentar. Lalu menunjukan senyuman khasnya.

"Karena aku mencintaimu. Lebih dari apapun di dunia ini, termasuk diriku sendiri."

Chanyeol mendekatkan wajahnya ke Jiyeon. Menatap Jiyeon. Tak lama wajah Chanyeol semakin dekat, mencium bibir Jiyeon. Jiyeon tidak melawan, dan menutup matanya.

"Sudah waktunya," Chanyeol berdiri.

"Kau yakin?" Tanya Jiyeon.

"Aku pernah kehilangan, dan aku tak mau merasakannya lagi. Percayalah padaku, aku akan kembali padamu. Kau tidak sendiri, dan kau tak akan pernah sendirian. Karena aku tak akan membiarkanmu sendirian, apapun yang terjadi. Aku akan selalu berada di sisimu, sampai kapan pun."

Namun, Park Chanyeol tidak pernah kembali.

Lonely WarWhere stories live. Discover now