Part 1

1.8K 139 6
                                    

---

Seems like it was yesterday when I saw your face

---

Jiyeon POV

Entah mengapa aku sudah menapakan kakiku di sini. Di depan sebuah makam yang bertuliskan nama yang kukenal.

Rasanya, baru saja kemarin aku melihatmu.

---

Author POV

Sebulan yang lalu...

Seorang namja berlari sekuat tenaga mengejar mobil berwarna hitam kelam yang barusan meninggalkannya.

"Jiyeon-ah!" Panggil namja itu. "Mianhe! Jeongmal mianhe! Aku tidak bermaksud membuatmu jadi bahan tertawaan mereka! Aku sudah memarahi mereka satu persatu!"

Mobil hitam tadi berhenti di pinggiran jalan. Seorang wanita berambut cokelat pendek keluar dari bangku kemudi. Wajahnya yang sangat antagonis membuatnya makin menyeramkan saat marah.

"Pergi kau. Aku tak mau melihatmu lagi."

"Ayolah. Ini kan pesta merayakan kenaikan pangkatku. Jangan marah..."

You told me how proud you were but I walked away

"Apa peduliku? Lagipula mereka memang tidak suka padaku, begitu juga semua orang di kepolisian. Kehadiranku hanya membuat suasana tidak enak."

Namja bernama lengkap Park Chanyeol  itu langsung menunduk. Tapi tak lama kemudian dia mengangkat kepalanya sambil tersenyum cool.

Jiyeon tahu apa maksudnya. Dia berbalik seolah tak peduli.

"Baiklah. Kalau begitu kita rayakan saja berdua di restoran langgananku malam ini, bagaimana?"

"Tidak. Malam ini aku sibuk dengan pekerjaan intelejen. Menjadi anggota intelejen lebih menyibukkan daripada polisi."

"kalau begitu kembali saja ke kepolisian!"

Baru saja Jiyeon mau membalas saat Chanyeol menyelaknya.

"Baiklah. Aku tetapkan sekarang. Dalam sebulan aku yang akan menyusulmu ke intelejen!"

"Heh. Coba saja kalau kau bisa," balas Jiyeon meremehkan. Jiyeon masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Chanyeol.

If only i know what i knew today

***

Jiyeon POV

Aku tahu di kepolisian maupun intelejen, kehadiranku sangat tidak diinginkan oleh orang lain. Alasannya juga pasti hanya satu. Aku pun baru menyadari alasan itu sebelum naik dari kepolisian daerah ke kepolisian pusat. Tepatnya saat seorang yang kuanggap teman, menusukku dari belakang.

Aku terlalu pintar untuk disaingi. Intelejenku terlalu tinggi. Kemampuanku di bidang ini terlalu tinggi untuk disaingi yang lain. Mereka iri. Karena itu mereka tidak suka padaku. Maka dari itu juga aku memutuskan untuk menghindari mereka. Bersikap acuh tak acuh dengan mereka. Karena aku tak suka hubungan palsu. Senyuman palsu yang terpaksa.

Tapi aku tak menyangka masih saja ada yang berusaha akrab denganku. Aku masih ragu sikapnya hanya sikap palsu, seperti pengalamanku saat masih bekerja sebagai polisi di daerah.

Dia bahkan mengejarku dan benar-benar masuk ke badan intelejen sekarang. Chanyeol.

"Hai Jiyeon!" Panggilnya saat aku sedang menikmati makan siangku di kantin kantor. Aku mengacuhkannya. Hanya menatapnya lalu lanjut makan. "Kau tahu? Besok kita berdua dapat tugas mengatasi kasus terorisme dari kelompok yang belakangan ini mengacau! Untuk pertama kalinya di intelejen, kita bersama!"

"Hoo... Musibah untukku." Komentarku singkat.

"Aku suka sikapmu yang frontal itu!"

....

Orang yang menyusahkan.

Aku sengaja diam. Lagipula dia tidak sedang mengajukan pertanyaan.

Kuharap dia tak mendekatiku. Dia hanya akan membuat dirinya terjebak di situasi yang buruk.

Lonely WarWhere stories live. Discover now