Stand Inside Your Love

3.2K 411 17
                                    

"Eh, Didut! Abis elo apain anak perawan semalem?"

Diaz terlonjak dari kasurnya. Otaknya sejenak coba memroses, hari apa ini, jam berapa sekarang, dan ....

"Liam mana?"

Pertanyaan itulah yang meloncat pertama dari bibirnya. Bibir yang tanpa sadar ia elus berulang kali. Memastikan masih berbentuk sama, tidak membengkak karena aksinya semalam.

Teh Tisa dengan gemas melempar guling ke arah adik bungsunya itu. Ia terbahak-bahak melihat sosok yang biasasnya tampak macho, sekarang seperti kucing disorientasi setelah diputar-putar dalam karung.

"Kalian berdua sama aja, deh. Bibir dipegang melulu. Kemaren sampe tukeran bibir? Apa lidah juga ikutan barter?"

Menahan muka memerah, Diaz balas melempar kaus kotor yang tersampir di kursi samping ranjang ke arah kakak jahilnya itu. Teh Tisa meliuk dengan lincah, berhasil menghindari serangan Diaz. Lidahnya terjulur mengejek cowok yang kembali termenung dengan rambut acak-acakan.

Diaz teringat waktu terbangun jam dua pagi, menemukan Liam tak lagi ada di sisinya. Sepertinya permainan "Sepuluh Hal Seram" yang mereka mainkan sampai membuatnya kelelahan karena banyak tertawa. Berbaring berdua di atas sofa bed setelah beberapa sesi cium-pandang-cium-pandang, Diaz tak punya ide lebih baik untuk mengenal cewek yang sekarang bisa ia panggil resmi sebagai pacar.

Setelah sama-sama tahu rahasia terdalam dan tergelap dalam hidup masing-masing, Diaz tergelitik. Ia ingin tahu apa saja yang membuat Liam gentar, begitu pun ia ingin berbagi hal yang sama dengan cewek itu.

Mendengus geli, terbayang kikik Liam mengetahui Diaz yang tak berani naik pesawat terbang, kabur melihat kecoa terbang, dan jijik setengah mati jika disajikan buah durian. Ia pun kembali mengecup lembut Diaz, ketika terbongkar sudah, mereka memiliki ketakutan terbesar yang sama : ditinggal mati oleh orang yang paling disayangi.

"Malah cengegesan. Itu si geulis udah bikinin sarapan di bawah. Fresh bahannya beli di pasar tadi pagi sama Mamah," seloroh Teh Tisa.

"Lah, semalem Liam tidur di sini?"

Mata Diaz terbelalak tak percaya. Semalam ia langsung beringsut pindah tidur ke kamar. Pikirnya, Liam sudah bangun jauh sebelum dirinya dan pulang ke kos diantar Teh Tisa.

Apa Liam kepergok sedang tidur bareng di bawah sama aku, terus digiring pindah?

Melihat muka bingung campur cemas sang adik, Teh Tisa semakin bersemangat menggoda.

"Ya, enggak di sini lah, Didut. Elo ngarep digrebek hansip terus dikawinin di rumah Pak RT? Liam tidur sama gue. Tahu tuh beneran tidur apa enggak. Bolak-balik gelisah sambil megangin pipi dan bibir aja semaleman."

Kedua lengan langsing Teh Tisa terlipat di depan dada. Bibirnya tertarik dan sorot matanya berubah garang.

"Awas elo ya, pake grepe-grepe cewek lugu kaya Liam. Gue bikin elo jalan kayang seumur-umur!" ancamnya, mengacungkan telunjuk ke depan wajah Diaz.

"Iya, Nyi Blorong. Elo periksa aja, enggak ada yang pocel kok bodi Liam. Gue enggak semesum itu, kali!"

Cowok jangkung itu bangkit dari kasur dan menyambar handuk yang tersampir di kursi dekat kamar mandi. Ia ingin sang kekasih baru melihat wajah pertama dirinya di pagi hari bukan dengan bau liur dan kotoran mata di mana-mana.

"Buruan mandinya. Entar gue abisin nasi goreng jatah elo kalo kelamaan!"

Membayangkan nasi goreng buatan Liam, Diaz semakin bersemangat untuk segera turun ke bawah. Tak sabar rasanya menyambut hari pertama melepas status jomblo, apalagi jika pasangannya adalah cewek yang selalu ia sebut dalam doa.

Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang