Part 46

466 53 40
                                    

"Naomi, kamu gak apa-apa sayang?" Tanya Mamanya cemas.

Naomi masih terpaku menatap orang tuanya yang tiba-tiba datang ke rumah sakit. Sinka masih diam menatap kedua orang tuanya sementara Frieska menepi mendekati Melody yang masih duduk menemani Sinka.

Sementara Mamanya menatap anak sulungnya, Papa Naomi menatap anak bungsunya yang sedang duduk bersama Melody dan Frieska. Tatapannya semakin lekat saat melihat Melody yang duduk dikursi roda dan buku-buku yang ada dimeja.

"Kamu siapa?" Tanya Papa Naomi.

Melody menjalankan kursi rodanya dan mengulurkan tangannya. "Perkenalkan Pak. Saya Melody. Guru kursus matematika Sinka. Dan ini Adik saya, Frieska."

"Guru kursus? Dengan kursi roda?" Kata Papa Naomi sedikit melecehkan.

"Papa, jangan melecehkan Guruku."

"Apa yang bisa diperlakukan Guru cacat seperti dia? Papa bisa memberikan Guru kursus yang lebih baik untuk Sinka agar lebih pandai."

"Maaf Pak. Tolong jangan kurang ajar terhadap Kakak saya."

"Kamu diam."

"Berhenti merendahkan orang." Sentak Mama Naomi.

"Papa, kalau Papa datang kesini hanya untuk menghina Kak Melody dan Frieska lebih baik Papa pulang dan jangan kesini."

"Naomi, kamu sudah berani melawan Papa?!"

"Naomi gak melawan. Tapi tolong hargai mereka. Mereka sahabatku."

"Mereka gak pantas jadi sahabat kamu. Kamu masih bisa berteman dengan orang yang setara dengan kita."

"Tolong Bapak jangan sembarangan bicara seperti itu. Hargai Naomi dan Sinka."

"Diam wanita cacat. Saya bukan bicara dengan kamu."

"CUKUPPPP. Mbak, ayo kita pulang. Aku gak mau Mbak dihina seperti ini terus."

Melody diam sebentar lalu mengangguk. "Iya. Ayo pulang."

"Kak Melody."

"Duduk Sinka."

"PAPA JAHAT."

"Apa kamu bilang?!!"

"Maaf kalau kedatangan kami membuat Bapak dan Ibu gak nyaman. Kami permisi. Sinka, belajar yang rajin ya."

"Oh iya Pak. Saya hanya ingin berpesan. Lebih baik Bapak jangan meremehkan orang yang cacat atau gak sempurna. Saya tahu saya cacat. Tapi saya gak akan diam saja bila ada yang merendahkan dan menyepelekan saya."

"Dan ingatlah Pak. Terkadang orang cacat memiliki satu hal yang dimiliki oleh orang normal lainnya. Saya harap Bapak bisa ingat itu. Ayo Frieska. Kita pulang."

"Frieska, Kak Mel."

Frieska dan Melody menoleh ke arah Naomi. Dia bisa melihat mata Naomi berkaca-kaca dan siap menangis. Melihat sahabatnya ingin meangis, Frieska langsug melempar senyum tipis lalu mendorong kursi roda Melody keluar.

Saat pintu ruang rawatnya tertutuplah baru naomi memangis. Mama Naomi menatap anak sulungnya iba. Inilah yang tidak disukai oleh Mamanya dari Suaminya. Suaminya selalu melihat orang dari kesempurnaan dan dari kasta.

Sinka masih diam dimejanya lalu berjalan untuk memeluk Naomi yang menangis. Mama Naomi pun tak bisa berkata apa-apa. Sementara Papa Naomi diam melihat anak sulungnya yang sedang dipeluk oleh Sinka sambil menenangkannya.

"Naomi, kamu masih bisa berteman dengan orang lain. Bukan dengan orang seperti mereka." Ujar Papa Naomi tenang.

"Orang seperti mereka itulah temanku. Sahabatku. Saat Naomi sudah merasakan kebahagiaan dan dengan mudahnya Papa membuyarkannya. Papa memang gak pernah mau melihat Naomi bahagia." Lugas Naomi keras.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang