PART - 02

82 49 118
                                    

Waktu baru saja menunjukkan pukul 5 pagi. Tapi, gadis berambut panjang itu telah berkutat dengan kegiatan di dapur.

Tangannya dengan lihai memotong motong sayuran, bawang dan sebagainya. Sesekali ia meringis, pedihnya mata akibat mengupas bawang.

Hari ini, ia ingin sekali memberikan nasi goreng spesial, untuknya. Untuk orang yang juga sangat spesial, dihatinya.

Ia mulai mencampur semua bahan ke dalam penggorengan. Membumbui sesuai takaran.

Sesekali ia juga mencicipi masakannya itu, apakah rasanya sudah sesuai dengan keinginannya atau belum.

Setelah nasi goreng itu dirasa sudah matang, ia pun mulai memasukkannya ke dalam tempat makannya.

Tidak lupa ia menambahkan lauk ayam goreng ke dalam tempat makan.

"Eh, tumben lo udah bangun jam segini?" Seseorang berjalan menuruni tangga, sesekali menguap menahan kantuknya yang masih menjalar.

"Ah. Apaan sih, Kak. Ngagetin orang aja" ujar Sasa sambil mengelus dadanya.

"Ada nasi goreng nih, wah ada juga ayam goreng" sambil menyendok nasi goreng, namun pergerakannya terhenti.

"Ish, Kak mandi dulu" ujarnya sambil mengambil alih sendok itu.

"Yah dek, satu suap aja" ujarnya memohon sambil memasang wajah puppy eyes.

"Ngga" sambil menggelengkan kepala tanpa mengalihkan pandangannya dari tempat makan.

Namun sedetik kemudian, kakaknya itu langsung merampas sendok, yang kemudian langsung memasukkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Kak Rafael!!! " geramnya kesal, yang lantas dihadiahi kekehan oleh Rafael saat menaiki tangga menuju kamarn-ya.

"Sudah, Non Sasa ngga perlu marah marah" kata mbok ijum berusaha menenangkan.

"Ini sudah selesai masaknya, biar mbok cuciin" sambungnya lagi.

"Iya, Mbok" sambil menganggukkan kepalanya.

*****

Setelah bel istirahat berbunyi, Sasa pun bergegas keluar kelas sambil membawa tempat makan yang sudah disiapkannya.

"Ya ampun, bel juga baru bunyi udah langsung nyelonong keluar" ujar Nanda sambil menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

Langkah cepatnya membawanya menuju kantin, dimana orang yang dicarinya biasa ada disana.

Ia berjalan cepat sambil menggenggam tempat makan itu. Setibanya di kantin, sorot matanya menyusuri setiap tempat.

Begitu menemukan orang yang dicari, buru buru ia mendekatinya. Orang itu sepertinya sedang makan, terlihat tidak ada percakapan yang membawa orang orang yang duduk di bangku itu.

Dengan nafas memburu dan jantung yang berdegup kencang. Tangannya mulai bergetar saat ia membawa tempat makan itu.

"Kak..." Ucapnya terbata.

Dan orang yang dipanggil tadi lantas menoleh ke sumber suara, dan dengan diikuti tatapan dari para sahabatnya.

Sebelah alisnya terangkat, mengartikan sebuah pertanyaan.

"Ini buat Kak Refan" sambil memberikan tempat makan itu dengan tangan bergetar.

"Wow broo... dikasih bekal" ucap salah seorang sahabatnya, berusaha mengompori.

"Abang Rendy juga mauu" timbrung satunya lagi, sambil menggoyang goyangkan tangannya seperti anak kecil.

Lantas Refan pun berdiri. Ia menerima tempat makan itu, dengan wajah datar.

Perlahan sebuah senyuman terbit diujung bibir mungilnya, saat orang tersebut menerima tempat makan yang diberikannya.

Meong meong meong

Tiba tiba ada seekor kucing lewat di antara mereka.

Perlahan, Refan menyeringai mendekati kucing itu. Sasa merasa kebingungan akan perbuatannya.

Kemudian matanya membulat sempurna, saat Refan menumpahkan isi dari tempat makan ke kucing itu.

Jantungnya seakan mencelos keluar. Usahanya bangun pagi dan memasakkan makanan untuknya, seakan tidak dihargai.

Ia melihat nasi goreng itu sudah tercecer di lantai. Dan ia melihat kucing itu sibuk memakan ayam goreng yang ia masukkan ke dalam tempat makan itu.

"Mangkanya gausa sok cari perhatian ke gue" ucap Refan tepat di telinga Sasa.

Matanya terasa memanas, namum ia berusaha menahan agar cairan itu tidak keluar.

Ia segera berlari pergi. Refan dan para sahabatnya tertawa senang, setelah sahabat mereka berhasil membuat gadis itu terkoyak hatinya. Lagi dan lagi.

Ia berlari tak tentu arah. Saat ini, ia hanya ingin sendirian, menenangkan hatinya.

Sampai akhirnya, kakinya tanpa sadar  berhenti di tanah rerumputan.

Ia duduk di bawah pohon. Menundukkan kepalanya, menyembunyikan kepalanya dari lingkungan sekitarnya

Menangis. Menangis dibalik kakinya yang ia tekuk dan kepalanya yang tersembunyi.

Kedua pipinya sudah basah oleh cairan hangat yang terus keluar dari
matanya.

Tanpa ia sadari, ada seseorang yang terus memerhatikannya dari tadi, dari balik pohon yang tidak jauh darinya.


Tangan ini berusaha untuk membuat sesuatu yang spesial untukmu. Walau ujungnya kembali tuk tak dihargai lagi, perjuangan yang dirundung pilu

RELOUISWhere stories live. Discover now