[8] 🌚

993 72 5
                                    

Warning [⚠] : OOC/OC, Typo bertebaran, Gajenya kelewatan, Gak sesuai imajinasi kalian.

Happy Reading :*
.
.
.
.
.

"Ne, Akashi. Apa kau belum bicara padanya nodayo? Bukan berarti aku penasaran atau apa, itu karena kau temanku." Pria berambut hijau yang sedang membawa boneka Barbie dan sedang berjalan bersama Akashi di sekitar koridor bertanya.

"Aku tak bisa mendekatinya, Midorima. Entah kenapa aku merasa semakin bersalah kepadanya." Keluh Akashi pada sahabatnya.

Akashi akan mencurahkan isi hatinya kepada sosok temannya yang berambut hijau. Karena mungkin hanya Midorima yang selalu siap mendengar perkataannya dan memberikan solusi yang tepat. Bukan hanya perempuan saja yang bisa curhat. Laki-lakipun juga bisa.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor di kampus mereka. Keheningan sempat menghampiri mereka. Akhirnya sang pria hijau itu membuka mulutnya.

"Sebaiknya kau cepat bicara padanya nodayo. Kesempatan kedua sangat susah dicari. Bukankah sekarang ia sudah di depan matamu? Lalu apa yang kau tunggu nanodayo?" Midorima mengakhiri perkataannya dengan menghela napas lelah.

Akashi yang mendengarnya sedikit termenung dan akhirnya tersenyum menanggapi perkataan Midorima. Midorima yang melihatnya pun hanya tersenyum balik. Ia mengerti dibalik ekspresi temannya itu.

"Aku akan mencobanya."

"Sasu-nii, kenapa sedari tadi kau diam saja? Apa kau tak mendengarku?" Tanya Hinata sebal sambil mengerucutkan bibirnya.

Mereka berdua berjalan tak jauh dari Akashi dan Midorima berada. Hanya beberapa meter jarak mereka. Tapi, suasana malam membuat sekitar koridor gelap dan susah untuk melihat ke depan.

"Hn." Hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Sasuke.

"Bicara yang benar, Sasu-nii. Apa kau punya masalah?" Tanya Hinata yang tak mau menyerah.

"Hn." Lagi-lagi dua konsonan itu keluar dari bibir Sasuke.

"Aku mau ke kamar mandi dulu. Jangan ikuti aku." Hinata berucap dengan ekspresi sebal.

"Hn."

Hinata yang malas mendengarnya hanya berjalan cepat meninggalkan kakaknya di belakang. Ia sebal dengan perilaku Sasuke yang ini.

♡♡♡

"Hinata." Panggilan itu membuat pergerakan Hinata terpaku saat ia akan pergi dari toilet. Ia menoleh ke depannya.

Matanya membulat saat melihat sosok Akashi di depannya. Jantungnya berdegup cepat saat melihat kedua mata merahnya. Badan Hinata jadi panas dingin karenanya. Rona merah menjalar di kedua pipinya. Akashi yang melihatnya hanya tersenyum lembut. Saat melihat senyum itu Hinata serasa ingin pingsan. Senyum yang membuat ia melupakan segalanya dan teralihkan.

"Aku ingin bicara padamu, Hinata." Ucap Akashi masih dengan senyum lembutnya.

"Maaf." Ucapan itu membuat hati Hinata berdesir.

Love is Beautiful Pain [AkaHina]On viuen les histories. Descobreix ara