First Review

5 1 0
                                    

Ruang terbuka hijau di kota-kota besar semakin berkurang jumlahnya. Beruntung Cahaya, Jelita, dan Shania kuliah di kampus yang masih mempertahankan banyak taman, walaupun tidak dipenuhi pohon yang lebat tapi lumayan bisa menurunkan stres akibat pandangan pada gedung-gedung robot yang menjulang tinggi.

"Gimana Shan gimana skripsi kamu? Sibuk terus jadi aktivis nih sampai susah buat meet up" kata Jelita.

"Ini baru ambil draft dari meja dosen, masih ada yang harus direvisi tapi nanti lah hari ini aku mau habiskan waktu bersama kalian dulu" jawab Shania.

"Jadi, hari ini agendanya girls day out ya" tambah Cahaya.

"Yups, benar sekali. Btw skripsi kalian sudah sampai mana?" tanya Shania.

"Aku belum bertemu ibunya lagi, kemarin dapat koreksian suruh nambah data biar lebih meyakinkan" jawab Jelita.

"Kalau aku baru aja tadi mengumpulkan di meja dosen, nunggu satu minggu lagi untuk ambil koreksian. Semoga gak banyak revisi" ucap Cahaya sungguh-sungguh.

"Udah deh kita bahas topik lain aja, jenuh tahu bahas skripsi terus" kata Jelita.

"Kalau kata quote-quote galau nih yaa, saat menjalani susahnya skripsi kayak pingin nikah aja deh eh pas udah rumah tangga terus ada masalah bilangnya pingin balik kuliah aja hahaha" kata Shania sambil tertawa.

"Nah quote tersebut mengajarkan kalau dimanapun lini hidup kita pasti ada aja masalah yang harus dijalani hehehe. "Sahut Cahaya.

"Hidup kadang saling pandang enak ya jadi dia bisa bla bla bla, terus dia bilang enakan jadi kamu lah bisa gini gini gini. Padahal mereka gak tahu aja berapa banyak air mata yang tumpah demi bisa seperti itu." tambah Jelita kesal.

"Santai Ta, kamu kenapa dapat coment dari haters apa lagi?" tanya Shania menaggapi ucapan Jelita.

"Gak sih, kadang itu akun abal-abal itu ngeselin. Kalau berani ya pakai akun yang sebenarnya lah, masa katanya aku pacaran sama Mario biar banyak followersnya ya mana ada. Semurahan itu dia memandang hubunganku sama Mario kan kesel" curhat Jelita pada Shania dan Cahaya.

"Mungkin dia iri aja sama kamu Ta, dia pingin juga punya pacar yang kayak Mario makanya dia buat coment yang enggak-enggak" kata Cahaya.

"Iya bener kata Aya, biasa haters kan susah melihat orang lain bahagia dan bahagia melihat orang lain susah" tambah Shania.

"Kalau sekali dua kali sih aku biarin, kalau terus-terusan aku block juga akhirnya sesuai saran Rio. Terus Deva gimana Shan?"tanya Jelita.

"Deva makin kesini makin manja, heran sendiri aku. Dulu di semester dua, jaman-jaman masih maba Deva itu anaknya tegas dan mandiri banget terbukti dong dia di BEM bagaimana eh makin kesini karena udah gak aktif di organisasi kampus dia makin manja aja. Sering sih dia diundang organisasi buat sharing pengalamannya gitu tapi masa buat ngerjain revisi skripsi sukanya minta ditemenin. Jadi, dia mau ngerjain kalau ditemani aku padahal aku disampingnya ya gak bantuin ngetik atau apapun tapi maunya ditemani benar-benar heran aku" cerita Shania pada Cahaya dan Jelita.

"Kok gemes banget sih si Deva, orang setegas dia kalau di depan pacar bisa seunyu itu" komentar Cahaya.

"Unyu bagaimana? Yang ada aku kesel, kita kan selalu berusaha untuk jadi orang mandiri dan menurut aku dia orangnya mandiri banget tapi sekarang aja agak aneh" jelas Shania.

"Semua orang pasti punya sisi kekanakannya masing-masing Shan, misalnya aku yang gak mau tidur kalau gak pakai selimut kesayangan atau mungkin kamu kalau di rumah piring dan gelas harus yang punyamu dan gak mau tertukar dengan adikmu" kata Jelita menanggapi cerita Shania.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

InfluencerWhere stories live. Discover now