•3•

6.9K 557 26
                                    

"Senyum. Karena senyum lo sehangat mentari saat senja. Cuma senyuman lo yang bisa mencairkan hati yang beku ini."
                                         ___________

Athura sibuk memantulkan bola basket kesayangannya.

Seperti biasa, Sabtu sore cowok itu rajin berolahraga seperti bermain basket di lapangan kompleksnya atau sekedar jogging mengelilingi kompleks atau bahkan hanya push-up, sit-up dan semacamnya di halaman rumahnya.

Tak heran, bentuk tubuh Athura sangat bagus. Tegap tinggi dan berbentuk.

Terik matahari masih menyinari bumi. Tapi tak sehangat mentari pada siang hari yang justru terasa seperti membakar kulit.

Hap!
Bola basket yang dilempar Athura tepat masuk kedalam ring basket.

Tak diragukan lagi kemampuan bermain basket cowok itu. Gelar kapten disandangnya dalam ekstrakurikuler basket disekolahnya. Ia bahkan sering membawa timnya memenangkan berbagai pertandingan basket.

Athura berjalan santai kearah tepi lapangan setelah memantulkan bolanya asal. Diraihnya botol minum yang dibawanya dari rumah lalu meneguk isinya.

Matanya sibuk memandangi lapangan basket sebagai salah satu fasilitas kompleks yang ditempatinya. Luas namun sepi. Padahal, biasanya banyak orang yang sekadar nongkrong atau jajan di pinggir lapangan.

Hanya beberapa orang saja yang kini terlihat di area lapangan itu.

Tatapannya terhenti pada seorang gadis yang tengah berdiri di depan gerobak ice cream.

Tak salah lagi, itu Aura. Senyum Athura terbit di wajahnya. Entah mengapa, gadis itu seakan menjadi penaik moodnya.

Athura berjalan menghampiri sosok mungil Aura. Cewek itu menggunakan kaos pink muda kebesaran dan celana legging selutut dengan rambut yang digerai tak seperti biasanya. Ia tampak manis.

"Yaelah bang, mahal banget tujuh ribu. Goceng napa bang." ucap Aura pada abang-abang penjual ice cream.

"Yeh, goceng mah abang kasih neng kalo cuma satu rasa. Ini si eneng minta tiga rasa harga goceng, mana bisa neng," balas si abang.

"Dasar pelit!" ledek Aura.

Athura terkekeh mendengar seluruh ocehan Aura.

Dasar Aura, eskrim aja mau di nego
Athura menggelengkan kepalanya.

"Udah nih bang, lima belas ribu. Bikinin dua ya bang." ucap Athura tiba-tiba hadir.

Aura refleks menoleh dan mendongak menatap wajah Athura.
Tak dipungkiri lagi, mata gadis itu berbinar.

"Yooo! Athura traktir eskrim! Baik sekali Athuraaa!" cerocos Aura membuat Athura menggelengkan kepalanya.

Aura memang bocah. Itu adalah anggapan Athura setelah berbulan-bulan mengenal sosok cewek itu.

Baru memang. Namun, tak butuh waktu lama untuk mengenal pribadi Aura yang kekanak-kanakan itu.

                           -------

"Main basket ya Thur?" tanya Aura saat dirinya dan Athura sudah mendapatkan eskrimnya dan berjalan menjauhi gerobak eskrim.

Athura mengangguk.

"Enak banget ya bisa main basket." gumam Aura.

Athura menoleh menatap Aura.

"Kenapa? Bukannya lo dulu sering diajarin sama Rakha?" tanya cowok itu.

Jingga di Pelataran SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang