Prolog

16 3 0
                                    

Di pedesaan yang indah
Suasana yang terlihat begitu damai
Angin semilir yang begitu menyejukan
Dan bunga- bunga banyak bermekaran

   Clare. Begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Gadis periang dengan senyum yang hangat senantiasa menghiasa wajahnya. Tangannya yang sigap untuk menolong siapa saja, membuat dia disukai banyak orang.

   Tapi, siapa sangka gadis yang begitu manis ini ternyata menyukai warna hitam.
Baju yang dipakainya, tampak kontras sekali dengan kulitnya yang terkesan putih seperti salju. Dengan badan yang cukup tinggi dan terkesan ideal. Rambutnya hitam lebat dengan jepitan manis berbentuk bunga mawar hitam diujungnya.

   Clare kecil, dia suka sekali dengan bunga. Terutama bunga mawar. Dia menyukai mawar, banyak orang mengatakan bahwa mawar adalah perlambang dari cinta. Dan untuk gadis polos seperti Clare, tidak mengerti apa itu cinta, dan bagaimana perasaan seseorang saat mengalami cinta. Meskipum umurnya sudah cukup untuk merasakan cinta, yaitu 15 tahun, cinta pertamanya masih belum datang. Itulah kenapa, dia sering dipanggil Clare kecil.

   Ya, dia memang tidak mengerti banyak soal cinta, tapi dia pandai bercerita. Itu karena dia rajin sekali mengunjungi perpustakaan yang ada di pusat desa. Sedikit jauh dari tempat tinggalnya, yang memang terletak di dekat bukit. Tapi, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk membaca.

    Dia suka sekali hal- hal yang fantasi, terbang menggunakan sayap, mengucapkan mantra sihir, menaklukan monster, dan hal lain yang semacamnya. Bahkan saat kecil, dia pernah nekad terjun dari jendela kamarnya di lantai 2, hanya karena dia ingin membuktikan bahwa dia bisa terbang, dan untungnya ayahnya bisa mencegahnya sebelum dia benar- benar meloncat.
Alasan kedua, kenapa dia dipanggil Clare kecil.
~~

Serbuk bunga mengeliliku
Menyelubungiku layaknya boneka salju
Indah dan menawan
Tanpa kusadari, tempat ku berpijak
Diluar pengetahuanku

   Pagi yang cerah, Clare, gadis yang rajin segera bangun dan menyiapkan segala hal. Beranjak dari tempat tidurnya, dia mengambil keranjangnya dan pergi ke pasar. Satu senyuman untuk tiap orang yang dijumpainya. Selepas menyerahkan belanjaan pada ibunya, dia berlari-lari kecil menuju bukit belakang rumahnya. Ibunya yang sudah mengerti akan sifat anak semata wayangnya itu, hanya bisa tersenyum dan berpesan untuk selalu menjaga diri.

     Clare telah sampai di puncak bukit. Dengan keranjang bunga ditangannya, dia telah siap untuk memetik beberapa bunga yang tumbuh disana. Memang terdapat semak-semak bunga disana, termasuk bunga kesukaannya, yaitu mawar. Dengan hati-hati dia mengambil setangkai bunga mawar merah dan meletakkannya di keranjang.

    Dipandanginya bunga itu sambil bergumam, "Andai ada bunga mawar hitam disini, pasti lebih indah. Sama seperti jepit rambutku, sayangnya ini hanya hasil jahitanku. Kalau begitu sebaiknya aku, ... Eh apa itu?!" Secercah cahaya kecil muncul dari balik salah satu semak. Clare mendekati sumber cahaya itu dan menemukan setangkai bunga mawar emas tumbuh di tanah.

   Tunggu, mawar emas? Ya, benar. Hanya terdapat setangkai disana, dan itu membuat rasa penasaran Clare semakin kuat. Dia berniat membawa pulang mawar itu dan mencari tahu asal-usul bunga itu.

   Baru dipetiknya bunga itu, seketika benda kecil semacam serbuk emas muncul dari bawah tangkai bunga itu. Mula- mula terbang dihadapannya, semakin banyak dan mulai menyelubunginya. Terus berputar- putar dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Clare hanya terdiam karena saking kagumya dengan hal itu.

"Sraaaaasshhh"
    Dan serbuk bunga itu seketika menghilang, menyisakan Clare yang masih terdiam. Sadar dia pun berniat untuk pulang, tapi dia tak melihat rumahnya yang terletak di kaki bukit. Sekelilingnya hanya terdapat padang rumput hijau, dan tepat didepannya sudah tak ada tempat untuk berpijak. Sepertinya tempat dia berdiri memang melayang.

"Aku dimana? tanya Clare.
"Tempat dimana kau harus berhadapan dengan takdirmu." jawab seseorang dibelakang Clare.
Begitu Clare berbalik, dia menemukan seorang peri bersayap hijau tengah memegang buku, berdiri dekat dengannya."

Hai, newbie. Selamat datang dirumah keduamu."

Next : Chapter 1

Being a MysticalWhere stories live. Discover now