IV. PEDANG

7.1K 963 51
                                    

Sebuah motor beat hitam berhenti di rumah yang terlihat minimalis sore itu. Gadis mungil yang duduk di kursi penumpang itu beranjak membukakan pagar. Setelah pagar terbuka Raefal langsung memarirkan motornya di gerasi. Adel langsung memasuki rumahnya sambil menyapa ibunya yang kebetulan sedang menonton televisi.

"bunda.. ada temen Adel mau ngambil hoodie."

Wanita dewasa beranjak dari duduknya dan mendatangi Adel dengan senyuman.

"oh yang ini yang namanya Raefal?" sang ibu tersenyum jahil menggoda anaknya.

"iya. Gausah senyum senyum gitu sih bun." Adel menatap ibunya malas.

Inilah alasan Adel tidak pernah membawa teman lelakinya ke rumah. Ia pasti akan jadi bahan bullyan ibunya atau jika ayahnya sedang dirumah pasti akan lebih parah. Raefal hanya tersenyum manis dan bersikap tenang di depan ibunya Adel.

"kenalin tante.. saya Raefal calon menantu tante." Raefal tersenyum lebar dengan tengilnya. Sang ibu jadi tertawa renyah mendengar perkataan pemuda dihadapannya yang dengan percaya diri memperkenalkan dirinya sebagai calon menantu dari sang ibu.

"apaan sih?" Adel memukul lengan Raefal sambil menatapnya tajam.

"kakak gaboleh galak galak ah. Raefal ayo duduk dulu, mau minum apa?" Raefal dirangkul dan diajaknya duduk di ruang keluarga rumah Adel.

"apa aja boleh tante hehehe." Sang Ibu kemudian menuju dapur untuk membuat minuman untuk mereka bertiga.

Suara langkah kecil dari luar rumah seperti terburu buru memasuki rumah. Anak laki laki berumur 5 tahun berlari menuju Adel sambil membawa pedang mainan. Anak laki laki tersebut berdiri di depan Raefal menjadi pelindung bagi Adel. Ia memainkan pedangnya seakan seorang pendekar yang sedang menjaga tuan putri.

Raefal terkejut dan tertawa gemas. Tanpa diduga Raefal berakting pura pura kesakitan kemudian mati. Adel yang melihat tingkah laku Raefal mau tidak mau jadi tersenyum geli. Anak laki laki yang diketahui sebagai adik dari Adel tersebut masih menyerang Raefal sambil menusuk nusukan pedangka ke perut Raefal yang sudah mati.

"kak, Penjahatnya udah mati. Kakak harus lari sekarang!" Adel malah tertawa melihat kedua anak laki laki yang sama sama lucu. Yang satu adiknya, Adelio yang menggemaskan. Dan satu laki Raefal, lelaki berumur 17 tahun yang masih meladeni anak kecil bermain pedang pedangan.

"Rae bangun.." Adel menggoyang goyangkan tubuh Raefal.

"bangun ih..." Raefal membuka matanya sedikit sambil berbisik.

"sstt.. nanti gue dibunuh lagi." Dan lalu dengan bodohnya Raefal kembali memejamkan matanya.

Adel kembali tertawa dengan riang. Kemudian ia beranjak menuju dapur meninggalkan Raefal yang masih pura pura mati tersebut. Adel membantu ibunya membawa minuman dan camilan ke ruang keluarga.

Raefal sudah bangkit dari mati surinya. Adelio bermain dengan riangnya dengan Raefal sebagai musuhnya ronde 2. Adel datang membawakan camilan dan minuman lalu ditaruhnya di atas meja.

"oh iya, hoodie kamu.." gadis itu berjalan mengambil hoodie Raefal yang sudah kering.

Raefal memakan camilannya sambil menemani Io bermain. Bunda menghampiri pemuda tersebut dan duduk di samping Raefal.

"kamu suka Adel ya?" tanyanya blak blakan.

'Mampus terciduk gue..'

"hehehe keliatan ya tante?" pemuda itu tersenyum kikuk seperti tertangkap basah. Sang Bunda malah jadi tertawa nyaring.

Young Hoodie BoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang