Halaman ke-3

1.7K 120 3
                                    

Semuanya telah hancur. Ketika sebuah hubungan yang terlajin lama sekali pun bisa saja hancur dengan begitu mudah bahkan tanpa pertimbangan. Lama atau tidaknya sebuah hubungan ternyata memang tidak menjadi alasan untuk sebuah perpisahan.

Anna bisa saja menangis tepat di hadapan Yanu saat itu, tapi entah mengapa semua terasa berat untuk dilakukannya. Gadis itu hanya bisa menatap kosong ke arah di mana mantan kekasihnya tengah memperbincangkan sesuatu tentangnya. Sesuatu yang bahkan sangat membuat hancur isi hatinya.

Namun, Anna tetap menjadi Anna saat ini, dia tersenyum kecil kala itu dan berpura-pura menerima keadaan begitu saja.

"Udah disakitin, ditinggalin, dan lo masih aja mau pura-pura bahagia di depan kita?"

Erina, salah satu gadis yang cukup dekat dengan Anna sedari tadi tidak habis-habisnya berniat untuk memaksa Anna agar membuka mulutnya. Dia sangat hapal dengan semua perilaku Anna, tertutup dan selalu tak ingin terlihat buruk. Terlebih lagi jika itu bersangkutan dengan Yanu, Anna seakan lupa dunia.

"Nggak gitu, Er. Aku cuma mau belajar sama waktu aja. Toh juga ini udah kejadian, buat apa aku marah?"

Cindy, Erina, dan juga Vanya yang duduk satu meja dengan Anna di sebuah kantin, mereka hanya menggeleng maklum hampir bersamaan.

"Gue semakin merasa bersalah, An. Karena pada dasarnya semua ini berawal dari gue, cuma gue masih nggak nyangka aja kalau sebenarnya Yanu punya pemikiran seburuk itu ke lo."

Cindy sedikit menundukkan kepalanya di depan Anna. Bagaimana pun juga dirinya sudah pasti akan merasa bersalah. Dia akan berdiri paling depan ketika akan membahas tentang siapa yang paling bersalah dalam hal ini.

"Kamu apaan sih, Cin. Aku nggak pernah nyalahin siapa pun, bagi aku, ini salah aku sendiri ... salah aku kenapa aku bisa jatuh cinta sama dia."

Jatuh cinta pada orang yang salah adalah hal yang memang biasa terjadi, tapi Anna tak pernah berpikir bahwa dirinya salah karena telah mencintai mantan kekasihnya. Dia hanya merasa bahwa mengapa dia harus mencintai seseorang dengan akhir yang sangat mengejutkan seperti ini.

"Dan lo masih cinta sama dia sampe sekarang?" tanya Erina sedikit hati-hati.

Senyum tipis lagi-lagi terulas di kedua bibir Anna. Gadis itu tentu saja tak akan dengan mudah melupakan kenangan yang sempat membuatnya hampir tak bisa tidur setiap malam. Bukan hanya satu atau dua bulan dia menjalani hubungan, tapi hampir dua tahun lamanya hubungan itu terjalin cukup baik.

Yanu mengutarakan perasaannya pada Anna tepat ketika kenaikan kelas dua tahun yang lalu. Pria itu membuat Anna melayang dengan segala sikap manisnya. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menjalin hubungan.

Tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan sama sekali dari Yanu saat itu. Anna selalu berpikir bahwa perasaan yang Yanu berikan untuknya adalah perasaan yang begitu tulus dan juga murni karena cinta. Tapi ketika tadi dia mendengar sendiri pengakuan itu ... Anna tak tahu harus bersedih atau bahagia karena mengetahuinya.

"Melupakan seseorang yang cukup lama berada di hidup kita bukan hal yang mudah, Er ...."

Erina menganggukkan kepalanya dengan maklum. Untung pelayan di kantin segera datang membawakan pesanan mereka sehingga keadaan tidak terlalu canggung dan mereka sibuk untuk melahap makanan masing-masing.

"Ya kamu yang salah, Ka! Kenapa kamu tadi di sana sok baik sama aku sedangkan sekarang nyalahin?"

Suara yang cukup nyaring terdengar, membuat beberapa murid seisi kantin menolehkan pandangannya ke sumber suara untuk melihat keributan. Beberapa dari mereka menatap penuh kebingungan dan juga ada yang tidak peduli sama sekali. Tapi dengan suara yang sekencang itu, tentu saja sebagian orang di kantin akan merasa terganggu.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang