Halaman Pertama

3.9K 160 6
                                    

Dalam sejarah sebuah penantian yang paling menyebalkan, mungkin kejadian pada hari ini bisa masuk ke dalam kategorinya. Bagaimana tidak? Ketika sebuah penantian yang cukup panjang ternyata terbalaskan oleh sebuah kekecewaan, bukankah itu terdengar begitu menyakitkan?

"Lo bahagia?"

Suara dari seorang lelaki berperawakan tinggi membuat gadis yang tengah terduduk di atas kursi mendongakkan kepalanya, kedua sudut bibir tipisnya terangkat ketika lelaki di depannya mengambil tempat untuk duduk di atas kursi tepat di samping gadis itu.

"Apa lo nggak mau jawab pertanyaan gue, Na?"

Anna, gadis itu sedikit tertegun ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu dari lelaki yang kini duduk di sampingnya. Mencoba bersikap normal seperti biasanya dan menolehkan kepala agar saling bersitatap.

"Aku ... mungkin aku nggak terlalu bahagia, Nu. Tapi untuk kamu, aku akan berusaha untuk bahagia, aku janji."

Lelaki bernama Yanu itu mengacak rambut panjang Anna dengan gemas, membuat gadis itu hanya tersenyum mendapatkan perlakuan seperti itu dari lelaki yang sangat dikenalnya dengan dekat.

Hati Anna tentu saja begitu senang ketika dia mendapatkan perlakuan semanis yang dia dapatkan saat ini, duduk berdampingan meski tanpa kejelasan. Itu bukan kebahagiaan, baik Anna atau Yanu tahu akan hal itu. Tapi mereka harus bagaimana ketika semua terlanjur merajarela.

Sebenarnya semua harus baik-baik saja, mereka tetap bersama dalam satu hubungan yang terjaga begitu lamanya. Namun, ternyata salah satu dari mereka membuat pengakuan pahit sehingga membuat hubungan yang terjaga langsung sirna entah mengapa. Tak guna untuk menyesali, Anna hanya harus mengikhlaskan dan membiarkan Yanu berjalan sesuai keinginannya.

"Ini juga bukan keinginan gue, Na. Lo yang terlihat berubah di mata gue, lo seakan ...." Ucapan Yanu menggantung begitu saja, membuat Anna mengernyitkan dahi kebingungan, "membosankan."

Semua rasa bahagia yang Anna rasakan tak pernah sirna hanya karena beberapa kata, setiap perkataan yang akan menyakiti perasaannya benar-benar tak berpengaruh sama sekali. Dia seakan telah buta, tuli, gadis itu tak bisa berpikir dengan benar semenjak memiliki hubungan kelam dengan lelaki yang kini duduk di sampingnya.

"Iya, aku membosankan. Maafkan aku."

Untuk kesekian kalinya, Anna terlihat salah di mata dunia. Bukan membela diri atau mengelak dengan perkataan Yanu, gadis itu lebih memilih untuk mengiyakan semua itu.

"Gue nggak tau ya Na apa yang sekarang lo rasain terhadap semua ucapan gue, ntah benci, murka, sungguh gue nggak peduli sama sekali. Mungkin dulu kita emang sama-sama, tapi sekarang udah waktunya buat kita jalan masing-masing dulu."

Tidak ada yang mengetahui apa maksud Yanu berbicara seperti itu pada Anna, lelaki itu membuat Anna hanya bisa terdiam dengan tatapan mata sendunya. Hati Yanu tentu saja masih ada, tapi saat ini ... entah mengapa dia sangat terlihat tidak punya hati sama sekali.

Sedangkan Anna? Gadis itu tentu saja bisa merasakan rasa sakit yang teramat besar dalam hatinya. Bohong bila dia mengaku baik-baik saja dan bahagia dengan semua keputusan ini, karena pada kenyataannya semua gadis akan merasa sakit jika berada dalam posisi yang Anna rasakan saat ini.

"Aku ngerti kok, Nu. Dari awal kita emang jalan sama-sama tapi terasa seperti individu, aku emang ngerasain keberadaan kamu, tapi kamu ... kamu bahkan nggak pernah ngerasain sedikit pun keberadaan aku. Aku bodoh, aku terlalu bodoh untuk bersanding di samping kamu."

Melirih, nada suara yang Anna keluarkan semakin melirih ketika kedua manik matanya tak berhenti saling pandang dengan manik mata lelaki di sampingnya. Saling menoleh satu sama lain membuat mereka bertubruk pandangan.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Where stories live. Discover now