15 : TAMENG

15.4K 896 180
                                    


[Trev]

Ketika aku mendatangi keluarga Ange di Texas setelah menerima nasehat dari ibuku, mereka begitu marah. Aku dipukuli habis-habisan oleh kedua kakak lelaki Ange tapi aku tidak membalas. Aku pantas mendapatkannya.

Datang berikutnya mereka membiarkanku dan terus berlanjut hingga setahun. Aku duduk di teras rumah mereka dan menunggu hingga akhirnya mereka mengusir dari cara halus hingga kasar. Aku tidak perduli. Aku sudah bertekad saat itu.

Suatu siang di bulan Desember tepat setahun kemudian, Ibu Ange keluar dari dalam rumah dengan sebuah nampan berisi kopi dan kue yang baru dikeluarkan dari oven. Harum manis dan gurih mengisi udara dingin dan membuatku menyadari aku belum mengisi perutku sejak pagi.

Ibu Ange menatapku tenang dan duduk di sampingku setelah meletakkan nampan diatas meja kayu. "Minumlah kopinya Trev."

Aku melakukannya. Kopi enak, pemandangan luar biasa dan kenangan tak terlupkan soal Ange. Saat mengingatnya aku merasakan kerinduan dan kehilangan bercampur menikamku hingga membuat kedua mataku panas.

"Apa kau tidak lelah Trev?. Ini sudah setahun. Ange bahkan tidak mau pulang karena menghindarimu." Ibu Ange mulai bicara dengan gusar. Aku tahu ia merindukan Ange. Dan karena aku, Ange tidak pulang. Kesalahan lagi. Tapi aku tidak tahu cara lain selain mengintimidasi keluarganya.

" Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa berhenti. Hati dan pikiranku terus memikirkan Ange." Aku menatap ibu Ange dengan tatapan menyesal. Air mataku tak dapat kubendung lagi. "Aku... Hanya..." tenggorokanku terasa tercekik dan nyaris tak bisa bernafas karenanya. "Hanya mencintainya." Lalu aku terisak dihadapan ibu dari gadis yang kucintai.

"Kau tahu kami tidak akan menghianati Ange demi kau kan?. Kami tidak akan sanggup melukai Ange setelah apa yang kau lakukan padanya." Ibu Ange memperingatkan, kesabarannya diuji.

"Aku tahu..." Aku mengagguk dan menghapus air mataku dengan tegas saat kembali menatapnya. "Aku juga paham dan mengerti. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Kalian adalah keluarganya, dia mencintai kalian lebih dari apapun. Jika melalui kalian, aku memberitahunya kalau aku menyesal, aku akan lakukan. Jika melalui kalian, aku harus memohon, aku tidak keberatan. Jika melalui kalian, dia menghukumku, aku akan menerimanya. Aku hanya berharap kalau Ange memberiku kesempatan sekali lagi."

Ibu Ange mendesah dan bersandar di sofa rotan nyaman sambil menyesap kopinya." Ange kami anak yang tulus, ia selalu memberikan seluruh hatinya jika mencintai. Ia orang paling setia yang pernah aku temui, tapi juga orang yang paling ... Keras kepala. Jika ia sudah memutuskan sesuatu, maka ia akan melakukannya sepenuh hati. Dia bukan orang yang mudah merubah keputusannya. Dan kau sudah menghianatinya. Kesalahan besar untukmu. Akan lebih baik kau berterus terang sejak awal dan memberitahunya secara sportif dibandingkan membohonginya. Aku pikir kau sudah mengenal putriku, Trev. Aku kecewa."

Aku menelan ludah dan hanya bisa menunduk lemah. Ternyata aku tidak hanya mengecewakan Ange tapi juga orang-orang di sekeliling kami. Tapi aku berusaha untuk membuktikan aku mencintai Ange dan bertekad untuk mendapatkan Ange. Aku tidak boleh menyerah. Tidak sekarang atau nanti.

"Maafkan aku. Aku telah mengecewakan kalian semua. Bahkan orangtuaku kecewa padaku. Mereka sangat menyukai Ange dan marah padaku karena menghianatinya. Tapi aku tidak bisa hanya menunggu. Aku tahu aku harus memperjuangkan cinta kami. Aku akan tetap menunggu."

*****

[Ange]

"Kau tidak pulang lagi natal tahun ini?." Suara ibuku tidak lagi memelas kali ini. Tepatnya ia mulai meradang marah. Aku tidak pulang saat natal hanya karena ada laki-laki yang mencintaiku menungguku pulang.

Terdengar luar biasa indah bukan?. Seperti apa yang selalu dibayangkan dan diimpikan perempuan manapun di dunia.

Tapi tidak bagiku.

Tidak, saat aku menganggap kalau perasaan laki-laki itu hanya rasa bersalah karena menghianatiku. Tidak, karena aku sangat sulit membayangkan bertemu dengannya dan mengingat apa yang ia lakukan untuk menghancurkan hatiku. Tidak, ketika aku tahu bahwa aku akan sulit memaafkannya.

Aku pengecut. Itulah aku. Aku tidak berani menghadapinya tanpa sekali lagi jatuh cinta padanya dan luluh dibawah pesonanya. Sepertinya aku dikutuk hanya jatuh cinta dan mencintai satu laki-laki seumur hidupku. Perasaan itu membuatku menjauh dari keluargaku, aku membencinya. Aku membenci laki-laki itu. Trevor Ascott.

"Aku akan pulang, ketika aku siap, Mom." Putusku tegas. Kembali menempatkan keluargaku di posisi yang paling kubenci. Tamengku

[BERSAMBUNG]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALWAYS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang