14 : PERGI

7.8K 723 42
                                    


[Ange]

Aku tiba di hotel Ascott saat waktu sudah nyaris tengah malam. Memutuskan pulang lebih dulu setelah kemenangan atas grup kami diumumkan. Aku tidak mau mengikuti eforia pesta penutupan acara pertandingan tari jalanan internasional itu melainkan memutuskan pulang.

Perasaan dilanda rindu luar biasa pada Trev, 12 hari tidak bertemu dan komunikasi yang makin langka, membuatku resah.

Saat aku tiba sepertinya ada sebuah perayaan besar, sebuah pernikahan dari keluarga pejabat kota. Tamu mulai pulang tapi pengamanan tidak kendur. Aku bisa melewati keamanan karena penjaga pintu mengenaliku dan mengijinkan aku masuk. Aku bisa melihat poster pertujukkan Patricia telah di copot dan diganti poster lain, sebuah seminar. Aku bernafas lega karena Patricia sudah tidak melakukan konsernya lagi.

Aku naik dari lift pribadi dimana mengarah ke suite pribadi yang hanya tersedia 4 sesuai mata angin di hotel ini. Suite pribadi Trev merupakan lantai pribadi yang ada disisi barat gedung. Suite privat keluarga Ascott tepatnya. Dan Trev bilang ia akan tidur di suitenya hingga lusa. Itu artinya ia pasti masih ada disana. Kamar tempat kami bercinta 12 hari lalu.

Jantungku berdebar, kuat hingga rongga dadaku terasa nyeri. Antusiasme bertemu Trev sangat besar. Terlebih 5 hari lalu sebelum berangkat ke Las Vegas, aku mendapat satu lagi surat pemberitahuan beasiswa S2 yang akan aku terima. Aku akan ke Harvard, jadi kami tidak perlu berjauhan. Walau aku sangat ingin kuliah di Den Haag yang merupakan kampus impianku juga memberiku beasiswa tersebut tapi Harvard tidak bisa diabaikan. Tapi dimanapun asal dekat dengan Trev, tidak masalah.

Aku mendekat ke pintu dan terkejut saat pintu itu terbuka sedikit. Aneh, Trev selalu menguncinya walau akses ke suitenya sangat pribadi. Aku mendorong pintu dan melangkah ke dalam. Ruangan temaram nyaris gelap. Apa Trev pergi dan lupa mengunci pintu? Trev bukan orang yang ceroboh. Makin penasaran, aku masuk kedalam melintasi ruang tamu yang sunyi. Kemudian ia mengarah ke balik partisi sambil menyalakan lampu. Aku terbelalak kaget melihat apa yang terjadi.

Trev sedang bersama seseorang diatas tempat tidur. Kekasihku sedang dicumbu seorang perempuan diatasnya.

Perempuan itu tersentak dan menoleh. Patricia! Aku masih mengenal gadis yang membuat Trev patah hati hingga bertahun tahun. Aku tidak akan lupa wajah elegan cantik milik gadis cinta pertama Trev.

"Ange!!!." Trev dengan cepat menyingkirkan Patricia dari atas tubuhnya dan turun dari pembaringan. Tepatnya membanting Patricia ke samping dengan kasar. Ekspresi panik hinggap dengan cepat hingga wajahnya pucat pasi.

Mereka masih berpakaian lengkap tapi kemeja Trev terbuka, begitupula gespernya. Sedangkan bahu patricia terbuka, dan roknya sudah naik ke atas. Rambut mereka berantakan, bibir mereka bengkak karena berciuman. Jelas mereka sebelumnya bergumul penuh gairah.

Aku merasa dirinya hancur saat itu juga. Nafasnya terasa direnggut paksa dari paru-parunya hingga tubuhnya mengalami kejang dari puncak kepala hingga keseluruhan tubuhnya. Rasanya begitu menyakitkan dan membuatku hampir pasti mengalami serangan jantung.

Trev masih panik dan kini terlihat ketakutan. Mendekat dan meraih jemariku erat-erat kemudian memelukku kasar hingga tubuhku yang kaku kemudian merasakan sakit. Lalu timbullah murka yang membakarku hingga darahku mendidih. Rasa panasnya menembus ubun-ubunku dengan desingan cepat menggantikan rasa dingin menyengat yang sempat hinggap.

"Lepaskan aku Tuan muda Trevor Ascott, jika kau masih melakukannya, aku akan menuntutmu telah melakukan pelecehan seksual terhadapku." Ancamku dingin. Aku tidak bisa menahan air mata yang mengalir di pipiku, aku bahkan tidak sanggup menghapusnya. Hatiku seakan ditusuk seribu jarum dan urat sarafku seakan ditarik kesegala arah.

ALWAYS YOUWhere stories live. Discover now